💐45💐

13 1 0
                                    

Taehyung berjalan masuk ruang latihan dengan malas karena lelah. Masih belum ada member saat dia datang. Dia duduk dan merebahkan tubuhnya. Rasa lelah membuatnya tidak bisa tidur walau memejamkan mata. Pikiran dan tubuh Taehyung begitu lelah, tapi dia harus lakukan untuk beberapa waktu ke depan. Merasa tidak bisa tidur, Taehyung coba menyalakan musik dari pengeras yang terhubung ponselnya.

"Kau tidak makan dulu, Tae? Aku siapkan jika mau," ucap Sejin.

"Tidak. Aku tidak lapar. Oh ya, Hyung. Bisakah besok kau beri aku waktu untuk tidak berangkat terlalu pagi?" Dari pukul 5 Taehyung sudah keluar rumah, dan sekarang pukul 3 siang dia di ruang latihan. Masih harus melakukan latihan lagi.

"Baiklah, kau bisa undur jika lelah. Jangan memaksakan diri, kau akan tumbang nanti," jelas Sejin.

"Maafkan aku, Hyung." Taehyung malah mengalihkan pembicaraannya. Sejin tau rencananya, dia yang membuat repot Manajer nya itu.

"Aku harap kau berubah pikiran," sahut Sejin.

Taehyung tidak menjawab. Dia masih teguh dalam pendiriannya. Tetap aka mundur. Saat asyik bicara, terdengar seseorang masuk, itu Jimin yang langsung menghampiri Taehyung.

"Ada apa?" tanya Taehyung, tapi dia fokus ponselnya. Tak menatap Jimin yang ada di hadapannya.

"Kau ada waktu nanti? Aku ingin minum bersamamu," jawab Jimin.

"Katakan apa yang mau kau tanyakan. Aku setelah latihan ingin segera pulang. Aku lelah sekali, Jimin aa," sahut Taehyung.

"Tidak ada yang ingin aku katakan. Hanya ingin minum bersamamu saja. Lama kita tidak melakukan itu, mau ya? Tidak akan lama," pinta Jimin.

"Lihat saja nanti," ujar Taehyung.

"Hyung kau meninggalkanku dengan barangmu. Enak saja." Jungkook masuk dengan menggerutu. Dia melempar tas Jimin dan berdiri di hadapan mereka berdua.

"Mau ke mana?" Taehyung malah beranjak saat Jungkook menghampirinya. Segera Jimin menghentikannya.

"Jangan pergi, di sini saja." Jungkook mengalungkan tangan pada leher Taehyung agar tidak pergi. Jungkook bersikap seperti Jimin, ingin lagi bercanda seperti dulu.

"Baiklah, tapi aku hanya akan mematikan musikku," ucap Taehyung.

Mengiyakan apa yang Taehyung katakan, Jungkook melepaskan tangannya. Namun, Taehyung tidak kembali. Dia melihat Suga masuk. Memilih untuk pergi daripada kembali salah. Dia fokus pada ponselnya, menanyakan kabar pada Sang Hee.

Jungkook tak menyerah, dia duduk disamping Taehyung. "Apa Hyung menghubungi Dae Jung. Sudah berapa hari tidak bertemu dengannya, aku rindu. Boleh aku yang bicara padanya," sahut Jungkook. Dia mengambil ponsel Taehyung dan coba menghubungi Sang Hee.

"Hai, Noona. Mana Dae Jung?" tanya Jungkook.

"Dia pergi belanja bersama ibuku. Apa kalian akan mulai latihan?" Dari sambungab telepon mereka mengobrol, tak memperdulikan Taehyung yang hanya diam.

Membiarkan Jungkook bicara, Taehyung membuat dirinya sibuk dengan membuak iPad untuk mempelajari gerakan bagiannya. "Kau sedikit lambat di part ini." Seokjin menunjuk layar iPad Taehyung yang menatap Seokjin terkejut.

"Aku tidak menyalahkanmu, hanya berpendapat," timpa Seokjin sebelum Taehyung salah paham.

"Aku akan perbaiki gerakanku," jawab Taehyung dan kembali fokus pada layar.

Mereka sudah berkumpul, mereka kemudian memulai latihan. Meski lelah, Taehyung tetap bergerak tanpa kesalahan. Akan menjadi bumerang untuknya jika dia salah.

"Lusa kalian mulai tampil, aku harap album kali ini bisa meledak dari yang sebelumnya," ucap pelatih sebelum mengakhiri latihan malam ini.

Taehyung berbaring ditengah ruang latihan. Dia benar-benar lelah karena beberapa waktu ini harus bekerja lebih keras. "Tae--" panggil Jimin. Namun, Taehyung tidak menyauti panggilannya.

"Tae! Kau baik-baik saja?" Terdengar nada suara Jimin khawatir pada sahabatnya itu, karena kejadian seperti ini terjadi di USA. Dia memforsir tubuhnya hingga tumbang.

"Apa Jimin aa?" Ternyata Taehyung hanya tidur. Dia menjawab panggilan Jimin dengan malas.

"Aku kira kau pingsan. Tidak, aku hanya ingin memastikan apa kau jadi pergi bersamaku untuk minum?" Jimin duduk bersila di samping Taehyung yang masih berbaring.

"Setelah perform lusa, apa tidak bisa Jimin aa?" Dia ragu karena lelah. Jam sudah menunjukkan pukul 11 malam, dia tak ingin Sang Hee menunggunya.

"Oh baiklah, kau ingin aku mengantarmu pulang. Aku hari ini membawa mobil sendiri." Tawaran Jimin untuk membujuk sahabatnya. Dia ingin memperbaiki hubungan persahabatan mereka.

"Tidak, terima kasih."

"Apa dengan memutuskan mundur dari grup ini kau akan memusuhiku, Taehyung aa. Kita bersahabat sebelum kita menjadi BTS. Maaf jika aku sempat mendiamimu, tolong maafkan aku, Tae." Sebelum Taehyung beranjak pergi, Jimin mengatakannya.

"Sudahlah, Jimin aa. Tak perlu minta maaf, semua kesalahan ada padaku, yang harusnya minta maaf itu aku. Bahkan membayar dengan kedua kakiku, tidak akan cukup untuk membuat kalian tidaj merasa malu. Aku hanya memberi kalian masalah sejak awal, dan aku tidak ingin memberi derita pada kalian lagi. Tolong terima keputusanku. Aku tidak akan menjelaskan lagi, karena akan percuma. Apa yang aku lakukan sudah salah, kalian tidak perlu membenarkan apa yang memang salah. Maafkan aku." Taehyung memegang kaki Jimin dan bersimpuh memohon ampun. Merasa dirinya banyak memberi masalah.

"Apa yang kau lakukan, Tae!" Jimin melangkah mundur. Dia tak ingin Taehyung mencium kakinya untuk meminta maaf.

"Aku coba memahamimu untuk itu, tapi kenapa aku merasa kau menjauh saat aku ingin dekat denganmu. Haruskah persahabatan kita berakhir begitu saja, Tae?"

"Aku hanya memberimu masalah. Apalagi nanti, aku hanya akan memberikan kalian masalah yang harusnya aku urus sendiri. Berhenti untuk membahas hal ini lagi, aku salah, tak perlu kau uang meminta maaf. Aku di sini yang salah," ucap Taehyung. Dia lelah harus terus membahas hal yang pasti Taehyung lakukan. Karena hatinya sudah yakin.

"Aku temanmu, tapi aku tak bisa paham dirimu. Semua menyesali apa yang mereka lakukan padamu. Mereka hanya kecewa padamu yang tiba-tiba bicara tentang mundur," jelas Jimin.

"Aku membicarakan niatku, bukan mundur begitu saja tanpa penjelasan. Tapi tetap saja aku salah. Aku hanya ingin diam untuk sekarang, Jimin aa. Aku akan tetap saja salah saat bersuara. Sampai kapanpun kau ini sahabatku, kalian juga sama. Hanya saja aku tidak ingin dengan kedekatan kita, membuat diriku semakin menyesal. Mau kau membujukku, menyuruh Sang Hee membujukku juga, keputusanku tetap sama. Maafkan aku." Taehyung berjalan pergi. Dia baru menyadari jika ada member yang mendengarkan obrolan mereka berdua.

Namun, Taehyung tak ingin peduli. Dia berjalan pergi melewati mereka yang ada di dekat pintu. Mungkin member harus coba untuk menerima keputusan Taehyung agar di juga merasa nyaman. Dia tak ingin Sang Hee terbebani, itu sebabnya tak mau mengatakan apapun pada istrinya. Bersikap baik-baik saja dan fokus dengan bekerja keras.

"Kau bodoh, Taehyung aa." Taehyung menyandarkan kepala di setir mobil. Dia memang mengatakan dengan jujur, tapi hatinya juga berat untuk pergi. Mereka para sahabat dan saudara perjuangan dari awal karir hingga sekarang.

"Kau harus tetap kuat dengan pendirianmu, Tae."

Dia juga rapuh, tapi kerapuhannya tak ingin semua orang tau. Tujuannya satu sekarang, hidup bahagia bersama keluarga kecilnya.

So Far AwayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang