21. Penolakan Feby

1.8K 233 35
                                    

Mata Elgar melirik jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mata Elgar melirik jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya. Dia baru menghabiskan waktu 15 menit di sini, tapi rasanya sudah sangat lama sekali. Dia masih harus menghabiskan waktu 1 jam lebih 15 menit lagi padahal dia sudah sangat ingin pergi dari sini.

Baru kali ini Elgar ingin cepat-cepat mengakhiri acara kencannya. Raut wajahnya menunjukkan jika dia tidak nyaman, sayangnya teman kencannya tidak menyadari hal itu. Dia malah menganggap Elgar bahagia karena kencan dengannya.

“Kok diam aja, Gar?” tanya Irna sambil mesam-mesem.

“Terus, gue harus joget gitu?” balas Elgar sinis.

Irna malah tertawa. “Selain ganteng, lo ternyata lucu juga, ya,” pujinya.

Elgar tertawa kaku. “Thanks.

“Gue masih nggak nyangka lo langsung ngajak gue nge-date padahal PDKT kita belum lama.” Irna memainkan rambutnya, centil.

“Sebenarnya ini bukan nge-date. Ini cuma makan malam biasa,” bantah Elgar agar Irna tidak salah paham.

“Kalau cuma makan malam biasa, kok, cuma gue yang lo ajak?” Irna tersenyum menggoda.

“Gue tahu, lo sebenarnya tertarik kan sama gue? Gue sering mergokin lo diam-diam lihatin gue,” lanjut Irna penuh percaya diri.

“Itu gue ngelihatin jendela, astaga! Bangku lo kan di samping jendela.”

Elgar menjambak rambutnya, frustasi menghadapi makhluk dengan tingkat percaya diri tinggi seperti Irna.

“Nggak usah alasan. Gue mau kok kalau lo minta gue jadi pacar lo, karena gue juga suka sama lo.”

Sayup-sayup Januar, Damar, dan Navy bisa mendengar percakapan antara Elgar dan Irna. Mereka kompak mengulum bibir, menahan tawa yang seolah memberontak ingin keluar.

Apalagi saat Elgar menatap ke arah meja mereka dengan tatapan memelas seolah meminta keringanan karena mereka memberi Elgar waktu minimal 1 jam setengah untuk dinner dengan Irna.

“Puas banget gue lihat Elgar frustasi kayak gitu,” gumam Januar dengan tersenyum miring.

“Kapan lagi ngelihat Elgar nggak berdaya begini,” timpal Navy.

Di saat teman-temannya fokus memperhatikan Elgar dan Irna, Damar malah mengedarkan pandangan mencari pemandangan lain yang lebih menarik.

“Eh, itu Feby kan?” tanya Damar tiba-tiba di tengah acara pengintaian mereka.

Sejak tadi bola matanya memang tidak bisa diam. Dia memperhatikan satu persatu cewek di kafe itu dengan tujuan cuci mata hingga akhirnya tidak sengaja melihat Feby dengan seseorang duduk di salah satu meja yang tidak jauh dari meja Damar dan teman-temannya sekarang.

Januar dan Navy seketika mengalihkan pandangan pada seseorang yang dimaksud Damar.

Dugaan Damar tidak salah, yang dia lihat itu memang benar-benar Feby. Dia bersama seorang cowok. Sepertinya mereka juga tengah dinner.

Shilly-ShallyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang