PDKT sama Maretta, jadiannya sama Feby.
Meski tahu Januar menyukai cewek lain, tapi Feby tidak menyerah untuk membuat lelaki itu menyukainya. Dia melakukan segala cara untuk menarik perhatian Januar. Namun, sekeras apapun Feby berusaha, dia akan sel...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ponsel yang berada di dalam tas Feby berdering bertepatan dengan terbukanya pintu lift. Dia meraih ponsel itu lalu mengeceknya sembari melangkahkan kakinya keluar lift. Ternyata ada panggilan masuk dari Aprilio.
Feby bertanya-tanya, kenapa cowok itu menelponnya padahal mereka baru saja berpisah. Bahkan belum ada 10 menit. Ingin tahu jawabannya, dia pun mengangkat telepon itu.
“Halo, Kak Leo.”
“Halo, By. Kamu udah sampai unit?” tanya Aprilio to the point.
“Belum, sih, tapi sebentar lagi sampai.”
Memang tinggal beberapa langkah lagi Feby sampai di unit kakaknya
“Kenapa, Kak?” lanjut Feby bertanya.
“Cermin kamu ketinggalan di dashboard mobil aku,” jawab Aprilio.
“Oh, ya?”
Feby mengapit ponselnya di antara telinga dan bahu, sementara tangannya merogoh tas untuk mengecek isinya.
Dia hanya ingin memastikan karena mungkin saja cermin yang tertinggal di mobil Aprilio itu bukan miliknya, tapi milik teman cewek Aprilio yang lain meskipun dia belum pernah melihat Aprilio dekat dengan cewek selain dirinya.
“Eh, iya cerminku nggak ada,” ucap Feby setelah tidak berhasil menemukan cerminnya di dalam tas.
Setiap pergi Feby memang selalu membawa cermin kecil di dalam tasnya. Cermin itu dia gunakan untuk mengecek penampilannya sebelum keluar mobil.
Tadi pun begitu, dia sempat menggunakannya sebelum turun dari mobil. Mungkin dia lupa memasukkan cermin itu lagi ke dalam tasnya.
“Ini mau kamu ambil sekarang atau aku simpan dulu? Aku masih di depan apartemen, soalnya,” tanya Aprilio.
“Tolong simpanin aja, deh, Kak. Aku mager turun lagi.” Feby menyengir meskipun Aprilio tidak bisa melihatnya.
Terdengar tawa dari Aprilio di seberang sana. “Oke, besok aku bawa sekolah, kali aja kamu mau ngambil.”
“Makasih, Kak Leo,” ucap Feby dengan nada riang yang membuat Aprilio kembali tertawa.
“Ya udah, aku pulang, ya,” pamit Aprilio.
“Iya. Hati-hati di jalan,” ucap Feby sebelum mengakhiri panggilan mereka.
Dari unitnya, Januar bisa mendengar pembicaraan itu dengan cukup jelas. Apalagi suasana koridor apartemen sedang sangat sepi karena sudah malam. Dia saja heran mengetahui Feby baru pulang padahal dirinya saja sudah pulang dari tadi.
Begitu langkah kaki Feby terdengar semakin mendekat, Januar langsung membuka pintu unitnya, membuat Feby yang berada di depan unitnya seketika terkejut sampai memegangi dadanya. Dia menatap Januar dengan bola mata membesar.