Feby tersenyum saat melihat Aprilio sudah berdiri di depan kelasnya beberapa menit setelah bel istirahat berbunyi.
Dengan gerakan tangannya Feby memberi isyarat agar Aprilio menunggunya sebentar karena dia masih belum bisa keluar kelas dikarenakan guru pengajar masih menjelaskan tugas yang harus mereka kerjakan untuk dikumpulkan minggu depan.
Anggukan kepala Aprilio berikan sebagai respons atas permintaan Feby itu. Dia juga melempar senyum untuk menunjukkan pada Feby jika dia tidak masalah kalau harus menunggu sebentar.
“Itu saja tugasnya. Silakan kalian beristirahat, dan selamat siang,” ucap guru pengajar Bahasa Indonesia seraya menggantungkan tas di bahunya lalu melangkah keluar kelas.
Di depan kelas, Aprilio terlihat mencium tangan guru wanita itu saat guru itu lewat di depannya.
Feby segera merapikan alat tulis dan buku-bukunya agar bisa cepat menghampiri Aprilio yang masih menunggunya di depan kelas sambil memainkan ponsel.
Setelah barang-barangnya masuk tas, Feby melangkah keluar kelas menghampiri Aprilio.
Dia tidak pernah meninggalkan barang-barangnya begitu saja di atas meja saat keluar kelas karena selain tidak ingin bangkunya tampak berantakan, dia juga takut barang-barangnya hilang. Khususnya pulpen dan tipe-x yang rawan sekali hilang.
“Maaf ya, Kak, jadi harus nunggu,” ucap Feby merasa tidak enak.
“Nggak apa-apa, kok. Kan aku yang minta bantuan kamu, jadi nggak masalah kalau aku harus nunggu.” Aprilio tersenyum menenangkan.
Kemarin malam Aprilio memang mengirimi Feby pesan yang berisi permintaan tolong. Dia meminta tolong pada Feby agar merekamnya karena dia mendapat tugas membawakan berita dalam Bahasa Inggris. Ya seperti reporter gitu lha.
Feby langsung menyanggupinya karena dia selalu suka membantu Aprilio dalam mengerjakan tugasnya.
Menurutnya, itu sangat seru. Dia jadi bisa sekalian belajar untuk tugas yang akan dia dapatkan tahun depan.
“Mau makan di kantin dulu?” tawar Aprilio.
“Nggak deh, Kak. Aku masih belum lapar. Nanti aja makannya pas istirahat kedua,” jawab Feby, menoleh pada Aprilio.
Aprilio manggut-manggut, mengerti.
Mereka berdua melangkah beriringan di koridor.Mengobrol dengan Aprilio seperti ini tidak akan membuat leher Feby pegal karena jarak tinggi mereka tidak terpaut jauh.
Beda lagi jika dia berbicara dengan Januar. Rasanya Feby harus terus mendongak karena perbedaan tinggi mereka lumayan jauh. Tinggi Feby hanya 163 cm, sedangkan tinggi Januar sekitar 180 cm.
“Kak Leo mau bawain berita apa nanti?” Feby bertanya sambil terus melangkah menapaki lantai koridor.
“Traffic accident.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Shilly-Shally
Novela JuvenilPDKT sama Maretta, jadiannya sama Feby Meski tahu Januar menyukai cewek lain, tapi Feby tidak menyerah untuk membuat lelaki itu menyukainya. Dia melakukan segala cara untuk menarik perhatian Januar. Namun, sekeras apapun Feby berusaha, dia akan sela...