PDKT sama Maretta, jadiannya sama Feby.
Meski tahu Januar menyukai cewek lain, tapi Feby tidak menyerah untuk membuat lelaki itu menyukainya. Dia melakukan segala cara untuk menarik perhatian Januar. Namun, sekeras apapun Feby berusaha, dia akan sel...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Raut wajah Feby berubah sendu. Untuk berhadapan dengan Januar dalam radius dekat pun kini dia tidak bisa.
Sikap Januar yang mengambil langkah mundur saat Feby maju itu menunjukkan dengan jelas kalau dia akan terus menghindar saat Feby mendekatinya. Dia sama sekali tidak memberikan kesempatan untuk Feby.
“Ya udah aku nggak akan mendekat, tapi tolong terima makanannya. Ini aku buat sendiri.” Feby mengulurkan paperbag-nya.
“Makan aja sendiri. Gue mau makan di kantin sama Tata,” ucap Januar dengan menekan kata ‘Tata’ yang semakin menambah rasa nyeri di hati Feby.
Januar hanya ingin menyadarkan Feby kalau apa yang cewek itu lakukan ini akan sia-sia karena Januar sudah menyukai cewek lain. Cewek yang beberapa bulan ini dia dekati hingga akhirnya mereka bisa dekat seperti sekarang.
Hanya menunggu waktu yang tepat saja untuk Januar menyatakan perasaannya pada Maretta.
Menghela nafas berat, Feby menyingkir ke pinggir, membiarkan Januar dan ketiga temannya berjalan melewatinya.
Mereka berhenti di depan kelas 11 IPA 1. Januar tampak memasuki kelas lalu keluar lagi bersama Maretta setelah itu.
Pemandangan di depan Feby kini benar-benar menyesakkan. Januar sama sekali tidak memikirkan perasaan Feby. Cowok itu dengan santai menggandeng tangan Maretta.
Namun, itu bukan salah Januar karena Januar tidak ada kewajiban untuk menjaga perasaan Feby.
Seharusnya Feby sendiri yang menjaga perasaannya agar tidak sampai terluka, tapi dengan memutuskan untuk mencintai Januar itu sama saja dengan dirinya siap untuk terluka.
Feby tidak kuat lagi. Andai dia lebih lama menatap pemandangan menyakitkan itu mungkin matanya akan berkaca-kaca, jadi dia memutuskan untuk mengalihkan pandangan. Dia melanjutkan langkahnya menuju kelas Januar. Kakinya melangkah menghampiri meja Januar.
Meskipun Januar sudah menolak, tapi dia akan tetap memberikan sandwich itu karena dia memang membuatnya khusus untuk Januar.
Siapa tahu nanti Januar merasa lapar saat pelajaran jadi dia bisa memakannya di saat pergantian jam pelajaran.
Feby meletakkan paperbag-nya di atas meja Januar. Dia membuka buku tulis Januar yang ada di atas meja lalu menyobek kertasnya sedikit. Ada catatan yang harus dia tinggalkan bersama makanan itu.
Halo, Janu! Sandwich sama kopinya tetap aku taruh di meja kamu meskipun kamu tadi nolak. Kali aja kamu nanti lapar pas pelajaran, kamu bisa makan sandwichnya buat ganjal perut.
Kopinya juga diminum, ya!
Kalau udah habis, kotak bekalnya jangan dibuang atau dibawa pulang, ya, soalnya itu punya mamaku. Aku nggak boleh pulang kalau Tupperware mama sampai hilang