Feby menghempaskan tubuhnya ke ranjang. Matanya terpejam, menikmati rasa nyaman yang kasurnya berikan. Rasa lelahnya setelah seharian beraktivitas seolah menguap. Kini tubuhnya terasa segar kembali setelah mandi air dingin.
Hari Senin memang selalu melelahkan. Mungkin karena hari ini dia tidak bertemu Januar juga yang membuat energinya melemah. Bukan karena Januar menghindarinya atau menyewa bodyguard abal-abal lagi untuk melindungi dirinya dari Feby, tapi karena Feby yang mendapat banyak tugas di luar jam pelajaran.
Jam istirahat pertama tadi Feby habiskan untuk kerja kelompok, lalu di jam istirahat kedua dia ke ruang guru untuk mengumpulkan tugas yang diberikan Miss Naya saat kelas modeling minggu lalu.
Saat itu Miss Naya tidak bisa datang karena ada acara keluarga jadi anak-anak modeling diberikan tugas yang harus dikumpulkan pada hari Senin. Dan, Feby diberi amanah untuk mengumpulkan tugas-tugas itu.
Mata Feby mulai terasa berat setelah kepalanya menempel pada bantal. Rasa kantuk pun menyerang. Sepertinya dia akan tidur sebentar sebelum mengerjakan tugas setelahnya.
Tinggal sedikit lagi Feby menjelajahi alam mimpi, tiba-tiba matanya kembali terbuka karena terkejut setelah mendengar ponselnya berbunyi. Jenis dering panggilan yang dia sematkan untuk nomor keluarganya.
Mengerang malas, Feby meraih ponselnya yang berada di atas nakas. Dia menyipitkan mata menatap layar ponselnya yang ternyata menampilkan kontak kakaknya.
Sebenarnya dia ingin mengabaikan panggilan itu, tapi dia takut kena semprot kakaknya kalau mereka bertemu nanti.
“Halo,” ucap Feby malas.
“Dek, lo udah pulang kan?”
Maysha langsung menembak Feby dengan pertanyaan begitu panggilannya tersambung. Dari suaranya, Maysha sepertinya sedang panik.
“Udah. Kenapa?”
“Tolong bawain dress gue yang warna ungu ke apartemen dong. Nanti malam mau gue pakai,” suruh Maysha tanpa sungkan.
Dia seperti kakak pada umumnya, suka menyuruh-nyuruh. Dan, Feby adalah Cinderella yang diperbudak kakaknya sendiri.
“Ambil sendiri kenapa, sih. Aku capek baru pulang sekolah.”
Feby sedikit merengek, terlampau kesal. Baru juga istirahat, kakaknya sudah mengeksploitasinya kembali.
“Gue masih di kampus, Dek. Gue lupa kalau acara ulang tahun teman gue nanti malam.”
“Ya pakai dress seadanya aja kalau gitu.”
“Kalau bisa juga gue nggak bakal minta tolong lo. Masalahnya dress code pestanya ungu.”
“Emangnya di apartemen nggak ada dress ungu?”
“Nggak ada. Gue kan punya dress warna ungu cuma satu yang gue pakai pas acara kawinan kambing tetangga. Ingat nggak lo?”
KAMU SEDANG MEMBACA
Shilly-Shally
Ficção AdolescentePDKT sama Maretta, jadiannya sama Feby Meski tahu Januar menyukai cewek lain, tapi Feby tidak menyerah untuk membuat lelaki itu menyukainya. Dia melakukan segala cara untuk menarik perhatian Januar. Namun, sekeras apapun Feby berusaha, dia akan sela...