PDKT sama Maretta, jadiannya sama Feby.
Meski tahu Januar menyukai cewek lain, tapi Feby tidak menyerah untuk membuat lelaki itu menyukainya. Dia melakukan segala cara untuk menarik perhatian Januar. Namun, sekeras apapun Feby berusaha, dia akan sel...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
“Janu!” panggil Feby begitu tiba di kantin dan melihat Januar duduk di salah satu meja bersama Maretta.
Januar refleks menoleh. Bola matanya seketika berputar melihat pengrusuh hidupnya sedang berjalan menghampiri mejanya.
Dia hanya berharap semoga Feby tidak mengumumkan pada semua orang kalau mereka sudah berpacaran. Entah bagaimana reaksi Maretta nanti jika dia mendengarnya.
Untuk mengantisipasi terjadinya drama, Januar buru-buru menghampirinya sebelum Feby sampai di mejanya. Terlebih dahulu dia berpamitan pada Maretta.
“Tunggu di sini bentar ya, Ta. Ada yang mau aku omongin sama cewek itu,” ucap Januar sebelum beranjak meninggalkan mejanya.
Maretta mengangguk, tersenyum. Jika Feby terkenal cantik, di mata orang-orang Maretta itu manis. Kulitnya tidak terlalu putih, lebih ke kuning langsat. Namun, wajahnya enak dipandang.
Januar menghampiri Feby lalu menarik tangannya ke lorong toilet yang sepi. Toilet itu terletak di sebelah kantin. Di sana Januar berniat mengajak Feby bicara agar tidak ada yang mendengar pembicaraan mereka.
Tidak ada ungkapan protes dari Feby saat tiba-tiba Januar menarik tangannya menjauhi kantin. Dia malah bahagia melihat tangannya digenggam Januar.
Senyumnya terbit menghiasi wajahnya yang saat ini memerah malu. Dia merona mengingat kejadian kemarin malam, saat dengan agresifnya dia mencium pipi Januar.
Dan, yang membuatnya saat ini sangat bahagia adalah cowok yang menggenggam tangannya itu kini sudah menjadi cowoknya.
Genggaman Januar pada tangan Feby terlepas begitu mereka sampai di lorong menuju toilet. Matanya menatap Feby malas.
“Ada apa?” tanya Januar dengan nada enggan.
Sejujurnya dia malas berurusan dengan Feby, tapi dare dari Elgar malah membuatnya terjebak dalam drama yang sangat tidak dia sukai ini.
“Kamu kok nggak balas chat aku? Kamu tadi juga nggak nungguin aku.”
Feby menatap Januar dengan bibir cemberut. Dia memang terluka, tapi dia tidak marah. Dia hanya ingin Januar lebih memperhatikannya.
“Gue nggak tahu ada chat dari lo,”
Januar berbohong, padahal dia melihat saat pesan Feby masuk ke ponselnya. Memang dianya saja yang berniat mengabaikan pesan itu. Bahkan dia juga mensenyapkan kontak Feby agar cewek itu tidak mengganggunya dengan spam chat yang biasanya dia kirim jika Januar tidak membalas pesannya.
“Tapi, kamu tadi online pas aku chat.”
Feby terus menuntut penjelasan Januar. Dia ingin tahu alasan apa yang membuat pacarnya itu bersikap seperti itu padanya.
“Ya emang lo pikir gue online cuma buat buka aplikasi chatting doang?” Tanpa sadar Januar menjawab dengan ngegas.
“Terus, kenapa kamu nggak nungguin aku? Aku tadi nungguin kamu sampai telat. Aku kira kamu belum berangkat.”