5. Hunting Foto

5.7K 547 27
                                        

“Kamu beneran nggak apa-apa nemenin aku hunting foto? Kita bakal panas-panasan lho,” ucap Aprilio pada cewek yang berjalan di sebelahnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Kamu beneran nggak apa-apa nemenin aku hunting foto? Kita bakal panas-panasan lho,” ucap Aprilio pada cewek yang berjalan di sebelahnya. Mereka melangkah keluar dari sebuah coffee shop.

“Emang kenapa kalau panas-panasan?” tanya Feby dengan nada tersinggung. Aprilio seolah meragukan niatnya yang ingin membantu cowok itu.

“Nanti kulit kamu kusam. Kamu kan aset sekolah. Bisa diamuk Miss Naya aku, kalau modelnya gosong,” jawab Aprilio dengan tertawa.

Feby tahu cowok itu tengah meledeknya. Dengan bibir cemberut, dia memukul ringan lengan Aprilio yang membuat tawa cowok itu semakin keras.

“Jadi, aku boleh ikut nggak, nih? Kalau nggak boleh, aku pulang aja,” ucap Feby lalu melengos. Pipinya mengembung kesal.

“Boleh, deh. Jangan ngambek gitu dong.” Aprilio mencubit pipi Feby gemas.

Mata Feby sontak melotot, semakin kesal. Namun, bukannya meminta maaf, Aprilio malah tertawa puas.

Dia suka menjahili Feby sejak mereka masih kecil. Mungkin karena dia tidak mempunyai adik jadi keusilannya dia salurkan pada Feby.

Tadi pagi Aprilio membuat instastory sebuah foto kamera. Di foto itu tertulis caption yang intinya hari ini dia akan hunting foto dan video untuk kebutuhan tugas Sosiologi. Tugasnya adalah mencari foto dan video yang menunjukkan kesenjangan sosial.

Tanpa pikir panjang, Feby mengetik di kolom komentar kalau dia ingin ikut Aprilio hunting foto.

Tidak membutuhkan waktu lama untuk Aprilio membalas komentarnya. Cowok itu menyetujuinya dengan syarat Feby tidak boleh rewel karena mereka akan mengunjungi banyak tempat.

Cowok itu benar-benar menganggap Feby anak kecil padahal umur mereka hanya selisih satu tahun. Feby juga lebih dekat dengannya daripada dengan kakaknya sendiri.

Mungkin karena sama-sama perempuan, Feby dan kakaknya sulit akur. Ada saja yang mereka ributkan. Sedangkan, dengan Aprilio dia lebih rukun karena Aprilio selalu mengalah dengannya meskipun cowok itu terkadang juga jahil.

Setelah membeli kopi dan beberapa snack, Feby dan Aprilio kembali ke mobil. Mereka akan melanjutkan perjalanan ke tempat selanjutnya.

“Kita mau ke mana dulu, Kak?” tanya Feby setelah duduk di kursi penumpang.

“Ke pasar dulu mumpung belum sepi,” jawab Aprilio tanpa menoleh. Tatapannya hanya terfokus ke jalanan di depannya yang sedang padat karena weekend.

Feby manggut-manggut. Dia meraih plastik berisi snack yang tadi dia beli di coffee shop lalu membukanya. Ada beberapa snack di dalamnya termasuk croffle miliknya. Dia meraih box croffle itu lalu mengambil isinya setelah mencocolnya dengan saus coklat.

Mengingat mereka tadi berangkat sudah lumayan siang, Aprilio sengaja mampir ke coffee shop dulu untuk membeli makan siang sebelum mulai hunting foto. Namun, Feby malah sudah memakan makanannya sekarang.

Shilly-ShallyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang