PDKT sama Maretta, jadiannya sama Feby.
Meski tahu Januar menyukai cewek lain, tapi Feby tidak menyerah untuk membuat lelaki itu menyukainya. Dia melakukan segala cara untuk menarik perhatian Januar. Namun, sekeras apapun Feby berusaha, dia akan sel...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
“Dek, gue pinjam mobil lo, ya, buat ngampus?”
Maysha mengalihkan pandangan dari sereal yang sedang dia makan. Dia menatap Feby, menunggu adiknya itu menanggapi ucapannya barusan.
“Emang mobil Kakak kenapa?” Feby balas menatap kakaknya dengan kening berkerut.
“Lagi rewel. Kemarin aja sempat mogok. Untung habis itu bisa hidup lagi sampai sini. Rencananya mau gue bawa ke bengkel nanti habis ngampus. Sekarang gue buru-buru, ada kelas pagi.”
“Terus, aku ke sekolahnya nanti gimana?”
Selain membawa mobil sendiri, Feby biasanya ke sekolah nebeng Aprilio. Itu dulu saat dia masih tinggal di rumah orang tuanya.
Lah kalau sekarang, bagaimana Feby ke sekolahnya kalau tidak dengan membawa mobil?
Menunggu ojek online pastinya akan membuang waktu. Feby sekarang juga sedikit trauma berangkat siang. Dia takut terlambat lagi karena waktu itu dia sudah diberi peringatan oleh Guru Tata Tertib.
Mungkin saat itu dia tidak mendapat hukuman lari, tapi dia tidak yakin akan lolos lagi dari hukuman yang satu itu jika terlambat sekali lagi.
“Nebeng tetangga sebelah aja,” saran Maysha.
Bibir Feby refleks mengerucut. Dia sangsi Januar mau menebenginya. Bahkan jika diingat-ingat lagi, sejak mereka pacaran, mereka belum pernah berangkat atau pulang sekolah bareng.
Januar selalu menolak menebengi Feby, dan Feby lama-lama kapok meminta nebeng padanya.
“Ya udah lha,” balas Feby pasrah. Dia menyerahkan kunci mobilnya pada kakaknya.
Maysha menerimanya dengan senang hati. Dia menganggap Feby sama sekali tidak masalah membiarkan mobilnya dia bawa karena dengan begitu adiknya itu punya alasan untuk menebeng pada gebetannya.
“Bukannya lo senang nebeng dia?” tanya Maysha dengan mengangkat sebelah alisnya menggoda.
Feby hanya menampilkan senyum paksa, tanpa membenarkan atau membantah dugaan kakaknya. Kakaknya itu tidak tahu kalau dia selalu gagal menebeng pada Januar.
Yang Maysha tahu Feby sering berangkat bersama Januar padahal hanya penolakan yang Feby dapat. Pada akhirnya dia tetap berangkat sendiri.
Selesai sarapan, Feby menuju unit sebelah. Dia melangkah ragu menghampiri pintu unit Januar yang sedang dalam keadaan tertutup. Tangannya terangkat untuk mengetuk pintu itu.
Sejujurnya Feby menduga hanya penolakan yang akan dia dapat seperti sebelumnya. Namun, dia masih ingin mencoba meskipun tidak ada harapan di dalamnya. Kalau pun Januar menolaknya lagi, dia tidak akan terlalu kecewa.
Beberapa detik kemudian pintu di depan Feby terbuka memunculkan si penghuni apartemen yang sudah dalam keadaan rapi.
Tubuhnya sudah dibalut seragam yang pas. Ranselnya juga sudah menggantung di bahu kanannya. Sepertinya Januar memang sudah ingin berangkat.