Pagi hari yang baru telah tiba. Di luar masih banyak kabut dan para pemain masih tidur. Namun karena sudah jadi kebiasaan, Haruhi bangun lebih awal dari yang lain.
Gadis itu mengerang kecil dan merasa dirinya tidak bebas. Ia dapat merasakan tangan yang merengkuhnya lembut.
Haruhi membuka mata dan mendapati wajah damai Rin di depannya. Sudah lama sekali semenjak mereka tidur berdua di satu kasur seperti ini. Terakhir pas nonton film horor saat mereka masih bocil, bersama Sae.
Mungkin Haruhi selama ini tidak menyadarinya, kalau ternyata Rin sudah besar. Tubuh lelaki itu lebih besar darinya sehingga ia bisa tenggelam dalam dekapan lelaki itu. Padahal waktu bocil Haruhi sedikit lebih tinggi darinya.
Kalau diperhatikan bukan hanya tubuh lelaki itu yang lebih besar. Wajah lelaki itu juga sedikit berubah. Haruhi menyentuh wajah lelaki itu dengan jemari lentiknya.
Haruhi menekan-nekan lembut pipi Rin yang gak se-cimol dulu. Setelah itu ia mengelus rahang Rin yang sekarang lebih tajam dan tegas, tidak seperti dulu yang masih bulet bulet.
Mata Haruhi mendapati sesuatu yang menonjol di leher Rin. Karena penasaran ia menyentuh jakun itu dengan sentuhan lembut. Tiba-tiba jakun itu bergerak seperti lagi menelan ludah. Keberadaan jakun ini juga membuat suara Rin berubah dari cempreng menjadi lebih berat.
Melihat seluruh ketampanan paripurna Rin membuat Haruhi menyadari sesuatu. "Ternyata laki-laki itu seperti ini."
Perhatian Haruhi kini teralihkan pada bahu lebar dan dada bidang Rin. Ia meremas pelan otot lelaki itu dan ototnya sendiri untuk membandingkan bentuk otot dan tubuh mereka.
Samar-samar Haruhi melihat sesuatu yang menonjol di bawah. Ia menyingkap selimut untuk melihat benda apa itu.
"Ternyata kau mesum juga ya."
Suara itu membuat Haruhi menoleh pada sumber suara. Rin membuka matanya dan menatap tajam Haruhi dengan wajahnya yang dihiasi pias merah yang manis.
Ya, sebenarnya lelaki itu sudah bangun semenjak Haruhi menyentuh wajahnya. Hanya saja ia ingin membiarkan Haruhi melakukan yang gadis itu inginkan. Toh ia juga menikmatinya meskipun jantungnya berdegup kencang seperti orang gila. Saat jantungnya hampir meledak, barulah ia menghentikan Haruhi.
"Mesum? Enak aja. Kau kira aku Shidou?" protes Haruhi yang gak mau disamain dengan Shidou.
"Standar mesummu ketinggian. Shidou itu levelnya sudah beda. Mesum itu seperti kau yang main pegang-pegang orang tanpa seizinnya. Apalagi orang itu lagi tidur" ujar Rin. Meskipun sebenarnya dia sendiri sadar diri kalau dia termasuk dalam kategori mesum itu setelah apa yang ia perbuat tadi malam.
"Tapi kalau pegangnya tangan aja? Atau jari aja? Atau ngerangkul? Atau meluk tiba-tiba? Atau cium pipi tiba-tiba?" tanya Haruhi beruntun. Pasalnya ia pernah melakukan semua itu.
Ctakk!
Satu jitakan mendarat mulus di kening Haruhi. Ingin sekali Rin menyadarkan kepolosan gadis itu. Pasalnya lebih merepotkan dari yang ia duga, meskipun kadang ada untungnya.
"Tergantung orang dan niatnya juga, boge. Kau harus bisa membedakannya sendiri. Yang jelas kalau spesies kayak Shidou harus kau hindari" ujar Rin.
"Terus gimana bedain yang mesum akut kayak Shidou sama mesum biasa?" tanya Haruhi dengan wajah bocah minta diculik.
"Dibilangin bedain sendiri. Kau harus bisa tau perbedaannya sendiri. Kalau kau tidak bisa merasakan niat mesum orang nanti kau bisa dalam bahaya" ujar Rin sambil bangun dan duduk berhadapan dengan Haruhi. Ia menatap gadis itu frustasi.
"Makanya aku nanya gimana bedainnya! Kasih aku contoh biar aku bisa bedain! Aku juga gak mau tiba-tiba hamil!" ujar Haruhi udah kejauhan.
Pembahasan absurd macam apa yang dilakukan dua insan berbeda gender di sebuah ruangan dengan tirai yang menutupi mereka? Kalau ada orang lewat pasti bisa salah paham. Untungnya (?) masih subuh jadi masih pada tidur.
"Hah? Kau ingin aku mencontohkannya?" tanya Rin tidak mempercayai pendengarannya.
Haruhi mengangguk cepat. "Memangnya aku bisa nanya ini ke siapa lagi? Selama ini kau menyuruhku dan melatihku(?) cara menangani Shidou kan?"
Kesalahpahaman Haruhi yang disebabkan oleh perkataan Reo berlangsung lebih lama dari yang diperkirakan.
"Aku sangat dendam pada Ego yang teganya memasukkan gadis sepertimu ke dalam sarang lelaki yang sedang memasuki masa pubertas. Mungkin yang lain bisa menahan diri, ditambah dengan ketakutan terhadap Barou. Tapi, sebenarnya di dalam diri seorang lelaki, terdapat sisi mereka yang seperti Shidou. Aku yakin itu yang ingin Rin sampaikan saat itu."
(Chapter 48)
Berkali-kali juga Haruhi salah paham kalau tindakan Rin yang kadang agak agresif adalah latihan untuk menghadapi Shidou. Ya, gadis itu tidak tau kalau bendera merah pada diri lelaki itu semakin bertambah seiring dengan umurnya.
Rin menghela nafas lelah. Bisa-bisanya seorang perempuan meminta seorang lelaki puber sepertinya untuk memberikan contoh tindakan yang mesum dan tidak. Apalagi saat ini orang-orang masih tidur dan mereka sedang berada satu kasur yang sama.
Rin menatap Haruhi yang sedang menatapnya dengan manik ruby yang berkedip polos. Sudah tidak tertolong. Bocah monyet polos kayak gini memang harus dicuci bentar otaknya.
Kalau dipikir-pikir kenapa Haruhi gak nanya sama abangnya? Yah, pastinya bakal sering ditempeleng sih. Dan banyak interogasinya.
"Rin! Kenapa diem aja?" tanya Haruhi yang melihat teman masa kecilnya itu hanya diam membisu.
Rin kembali menatap mata Haruhi. Namun tatapan kali ini terasa sangat berbeda. Aura yang dipancarkan lelaki itu terasa seperti binatang buas, membuat Haruhi sedikit gugup.
"Kau yakin ingin aku yang mengajarimu?"
Haruhi meneguk ludahnya gugup dan mengangguk kecil. Kenapa tiba-tiba aura Rin terasa berubah? Apa lelaki itu marah?
"Berjanji empat hal padaku. Pertama, jangan jauhi aku setelah ini. Kedua, jangan membenciku. Soalnya kau yang ngotot meminta. Ketiga, jangan menyesal. Dan yang terakhir, yang paling penting, jangan ceritakan hal yang terjadi hari ini pada kakakmu. Apa kau bisa berjanji?" tanya Rin meminta jaminan.
"Tentu saja! Soalnya aku sendiri yang memintamu memberiku contoh" jawab Haruhi percaya diri.
Brak!
Tiba-tiba Rin mendorong bahu Haruhi hingga punggung gadis itu kembali menghantam kasur. Rin menggenggam pergelangan tangan Haruhi di kedua sisi kepala gadis itu. Kakinya menahan lutut Haruhi sehingga gadis itu tidak bisa bergerak.
Rin menurunkan sedikit tubuhnya dan mendekatkan wajahnya pada wajah Haruhi sampai jarak mereka hanya terpaut satu kepal diantara pucuk hidung mereka.
"Baiklah, aku akan mengajarimu tentang laki-laki."
Suara Rin terdengar lebih berat dari biasanya. Haruhi dapat merasakan hembusan nafas lelaki itu menyapu wajahnya. Tatapan lelaki itu juga terlihat sangat berbeda dari biasanya.
Tatapan binatang buas.
"Guru sepertiku, tidak akan pernah membiarkan muridnya kabur."
Tbc.
Author's note:
1010 words
Ehehehek digantungin yah?
SUMPIL UTHOR GAADA NULIS SAMSEK ASDFGHJKL SIBUK BANGET SOALNYA
MINTA DOANYA YA GAES SEMOGA UJIAN (HIDUP) UTHOR DILANCARKAN 🙏🙌
Ketik:
Senin
10 Juni 2024Publish:
Kamis
1 Agustus 2024
KAMU SEDANG MEMBACA
[Thief] Blue Lock x Female
FanfictionHaruhi, perempuan yang mulai menyukai sepak bola karena kagum dengan permainan seseorang. Namun ia tidak diperbolehkan ikut bertanding di klub sekolah hanya karena dia seorang perempuan. Haruhi juga sangat menyukai karuta. Telinganya sangat tajam da...