"Haruhi!"
Mendengar suara yang familiar, Haruhi menghentikan langkah kakinya. Ia membalikkan badannya tuk menatap lelaki yang tergesa-gesa menghampirinya itu.
"Ada apa lagi, Mikage?" tanya Haruhi. Sebelumnya ia bertemu dengan lelaki ini di UKS saat ia ingin mengobati lukanya. Lelaki ini kebetulan ada di sana bersama sahabatnya, Nagi. Saat itu, lelaki ini membantunya mengobati lukanya.
"Kau-! Kenapa tidak bilang kalau kau dikeluarkan?! Hosh.. Hosh.. Cepat kembali, bodoh! Aku akan menyuruh pria itu untuk menarik ucapannya!" ujar Reo dengan nafas yang terengah-engah sehabis berlari.
Haruhi tau betul kalau ucapan Reo pasti akan didengar oleh para guru. Apalagi lelaki itu merupakan anak CEO ternama di negeri ini. Siapa yang berani padanya? Bahkan kepala sekolah pun tidak ingin berurusan dengannya.
"Tak perlu. Aku tidak suka memakai jalur orang dalam seperti itu. Ini juga keuntungan bagiku karena tidak harus melihat wajah menyebalkan mereka lagi. Mungkin kalau berpapasan, aku akan menghajar mereka lagi" ujar Haruhi sembari menyunggingkan senyum lalu berbalik, tak ingin melanjutkan pembicaraan dengan lelaki berambut ungu itu. Kalau tidak, lelaki itu akan terus membujuknya sampai ia mau.
Tangan Reo terulur untuk memegang pergelangan tangan gadis itu. "Kalau kau pergi, bagaimana dengan sepak bola?"
"Tentu saja akan baik-baik saja selagi ada kau dan Nagi disana. Selain itu, sepak bola biasanya tidak memiliki manager setahuku. Apalagi yang kau khawatirkan?" balas Haruhi tak habis pikir.
"Kau."
Haruhi merasakan genggaman yang semakin mengerat pada pergelangan tangannya. Ia menoleh pada lelaki berambut ungu itu.
"Apa yang akan kau lakukan setelah ini?" tanya Reo. Manik ungunya menatap lekat pada Haruhi.
"Aku? Tentu saja mencari sekolah baru dan pekerjaan lebih," balas Haruhi santai.
"Kalau begitu, kerja saja di perusahaan ayahku. Kau akan menerima gaji besar dan diberikan fasilitas yang memuaskan," bujuk Reo tak menyerah.
Haruhi menghela nafas pelan. Ia melepaskan tangan Reo yang mengenggam tangannya. "Karyawan yang memiliki pendapatan seperti itu pastinya memiliki posisi penting di perusahaan yang tidak dapat dimasuki dengan mudah. Sudah kubilang, kan? Aku tidak suka memakai jalur orang dalam. Jika kasusnya seperti itu, aku akan merasa terbebani karena berhutang budi. Dan aku tidak suka perasaan seperti itu. Terima kasih banyak atas tawarannya, tapi aku baik-baik saja."
Haruhi dapat melihat raut sedih di wajah Reo yang membuatnya tersenyum tipis. Ia merasa beruntung sekali memiliki teman yang perhatian seperti lelaki itu. Tapi sayangnya, ia tidak bisa menemuinya seperti biasanya.
Seulas senyum manis terlukis di bibir sang gadis. "Kalau begitu aku pergi dulu, Mikage. Sampaikan salamku pada Na-"
"Haru-chan mau kemana?" tanya seorang lelaki yang tiba-tiba muncul di dekat mereka.
Apes sekali Haruhi bertemu dengan bayi besar disini. Jika sekarang lelaki bertubuh 190 cm itu tau kalau ia dikeluarkan dari sekolah, tidak kecil kemungkinan bahwa lelaki itu akan merengek seperti bayi dan mencegahnya pergi. Nagi lebih egois dari Reo. Permintaannya harus terpenuhi apapun yang terjadi. Dan Haruhi sangat malas menghadapi lelaki itu, terutama saat ini. Padahal biasanya ia suka memanjakannya karena imut.
"Mau pulang," balas Haruhi singkat.
"Tapi kan belum jam pulang. Setelah jam pulang juga masih ada eskul."
"Kurasa aku sedang tidak enak badan. Kau tau kan kalau aku habis dari UKS" ujar Haruhi tak nyaman menatap mata Nagi di saat seperti ini.
"Tidak enak badan tapi pulang sendirian?" tanya Nagi lagi. Haruhi mengangguk santai menanggapi itu. Meskipun sebenarnya ia sedikit berkeringat dingin menghadapi kecurigaan Nagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
[Thief] Blue Lock x Female
FanfikceHaruhi, perempuan yang mulai menyukai sepak bola karena kagum dengan permainan seseorang. Namun ia tidak diperbolehkan ikut bertanding di klub sekolah hanya karena dia seorang perempuan. Haruhi juga sangat menyukai karuta. Telinganya sangat tajam da...