S-41

264 11 0
                                    

sudah 2hari kepulangan Alva dari rumah sakit dan kini dirinya kembali masuk kampus mengendarai motornya yang sudah dibawa pulang oleh zega setelah malam itu, sebetulnya bunda dan papanya melarang ia untuk membawa motor apalagi ia juga masih masa pemulihan tapi lagi dan lagi karna rengekannya sepanjang hari kemarin membuat bunda dan papanya menyetujui dengan syarat ia harus pulang tepat waktu dan bunda menyambungkan GPS dihape nya jadi ia tidak bisa berbohong dan itupun disetujui oleh Alva meski terpaksa.

"Aku berangkat yaa bun barengan kok di jalannya sama zega aruni walapun mereka dimobil, bunda tenang ajaa" Rayunya dengan manis.

"Kenapa gak bareng aja sih dek dimobil zega heran bunda sama kamu"

"Bun kan bunda sendiri yang udah ngasih syaratnya dan aku juga udah setuju kenapa masih dibahas sih"

"Ya gimana lagi kalo gak gitu kamu bakal terus ngerengek".

" Definisi nyusahin diri sendiri yaa gitu bun, dikasih yang enak dan gampang malah bikin ribet sendiri" Samber tania yang sedang sarapan dan Alva hanya meliriknya saja.

"Lo tuh udah dikasih orangtua yang baik, sahabat yang selalu ada tapi kok bisanya ngeyel terus kalo dibilangin , percuma bunda sama papa selalu nurutin kemauan lo tapi lo sendiri gak nurut" Ketusnya lagi.

"Udah kak" Ucap bunda lembut.

"Gabisa bun anak ini emang harusnya dikerasin biar mikir makin kesini malah makin jadi".

" Gue cuma mau mandiri, gak boleh?" Sahut Alva yang sedari tadi diam.

"Cih mandiri macam apa kalo ujungnya tetep nyusahin orang² sekitar lo, jangankan mandiri ya minimal jaga diri sendiri aja gabisa".

" Kak udah cukup kalian mau berangkat sekolah loh jangan ribut"

"Bunda gausah belain dia stop manjain dan selalu nurutin apa yang dia mau" Tunjuk tania ke wajah Alva.

"Salah gua apasih kak? Lo berubah sejak sama dia".

" Gausah bawa² dia ini gaada hubungannya!"

"Dia siapa? Tanya bunda lagi

" Gausah ngalihin omongan bisa!"

"Iya iya gua salah semuanya juga salah gua, bukan salah lo bunda papa ataupun mereka iya ini salah gua! Sorry"

"Jelas semua emang salah lo! Anak penyakitan gausah belagu!".

"TANIA CUKUP!!" Suara bunda terdengar lebih lantang dan sudah menunjukan amarahnya tania pun seketika langsung terdiam dan Alva yang terkejut mendengar ucapan tania kini mukanya sudah memerah napasnya naik turun dengan cepat matanya pun sudah berair dengan satu kedipan mungkin airmatanya sudah lolos, ia menatap kearah tania lalu kearah bundanya dan ia langsung pergi keluar tanpa sepatah kata pun.

"Cukup tania kamu keterlaluan kamu sadar apa yang baru aja kamu ucapkan sama adik kamu" Ucap bunda dengan suaranya yang sudah bergetar dan matanya yang berembun.

"Jangan bahas itu didepan Alva kak, bunda dan papa sudah sering mewanti-wanti kamu soal ini. Bunda sayang sama kamu dan Alva , bunda dan papa selalu berusaha untuk adil tapi tolong kak jaga ucapan kamu walaupun lagi emosi" Bunda duduk dan sudah menangis sesenggukan.

"Maaf bunda tapi maksud aku gak gitu, aku tau dan aku sadar atas ucapan aku. Tapi untuk sekarang aku benci hadirnya dia bunda!!"

Bunda yang sedang menunduk pun langsung menoleh kearah tania seketika ucapannya yang baru saja keluar dari mulut anak perempuannya itu.

"Apa kak? Benci? Apa yang membuat kamu benci sama dia? Dia adik kamu gak seharusnya kamu kayak gini sayang kalo sampai papa tau apa yang sudah kamu ucapkan hari ini untuk adikmu sendiri bunda gatau akan semarah apa papa sama kamu".

SeandainyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang