S-55

341 18 4
                                    

Waktu ke waktu terus berjalan hari demi hari telah dilewati. Pertemanan yang terjalin antara alva dan para katingnya makin akrab dan dekat bahkan mereka sering kumpul bersama diluar kampus, alva sering ikut nyanyi di cafe bersama tama yang memang sering sekali menghabiskan waktu weekend nya untuk bernyanyi meski hasilnya tak seberapa tapi tama anggap ini adalah cara dia untuk melatih dan agar terbiasa berhadapan dengan banyak orang makanya dia mengajak alva untuk itu apalagi lomba pentas nyanyi akan segera dimulai.

Seperti malam ini alva dan yang lain sedang berada dicafe rembulan menikmati malam minggunya.

"Bentar lagi giliran lo yaa nyanyi" Tama.

"Lo dulu lah bang"

"Gpp lo dulu aja itung² belajar masa masih grogi aja sih udah beberapa kali perfom".

" Ya jelaslah orang diliatin banyak manusia² disini".

"Terus lo mau diliat siapa? Setan? Cibir tama dan yang lain pun tertawa terbahak.

" Pokonya lo dulu, baru gue. Kalo ngga gue gamau nyanyi"

"Bocil malah ngancem" Hellen meraup muka alva sambil terkekeh gemas.

"Ish jangan pegang muka gua tangan lo bau karat kak" Dengusnya.

Plaak

"Mana ada.. Enak aja lo tangan gue wangi begini dikata bau karat" Hellen menggeplak lengan alva.

"Aww sakit gila lo perih ini" Alva mengelus lengannya yang terlihat memerah.

"Rasain"

"Udah ih malah ribut, lo juga llen main pukul aja lengan orang ampe merah gitu" Sahut laras

"Cih dibelain"

"Ngga bukan gitu juga.. Alva juga ngapain pake segala gamau nyanyi duluan usahain dong biar terbiasa nanti juga grogi nya ilang . Inget kita tuh bakal ikut pentas jadi biar lo makin PD lo harus berani buat nyanyi didepan orang banyak" Jelas laras.

"Tuh dengerin kata mama dedeh" Celetuk Rahman.

"Mama dedeh.. Mama dedeh.. Gue jait mulu lo yaa.. Jama'ah.. Oh jama'ah" Laras malah menimpali ledekannya lagi.  Semua pun tertawa terbahak-bahak.

"Si anjir kirain mau ngambek gataunya malah dilanjut tau emang!" Ucap danil masih dengan tawanya.

Waktu bernyanyi segera dimulai.

"Yaudah gue ngalah lagi nih, gue yang bakal nyanyi pertama nanti abis itu baru lo" Final tama.

"Nah gitu dong. Baru nih abang gue" Alva merangkul tama dan segera tama tepis karna masih sebal sama Alva.

"Gini aja baru lo bilang abang" Awas gue mau naik" Tama segera bangkit dari duduknya dan naik ke panggung mulai bernyanyi.

Semua menikmati lagu yang tama bawakan , ada yang ikut bernyanyi juga ditempatnya.

Sudah 5 lagu yang tama bawakan sekarang waktunya alva yang tampil.

"Sekarang giliran lo al sana naik, nanti tama makin kesel sama lo" Rahman

"Bentar bang.. Netralin dulu biar gak grogi" Alva mengatur napasnya menghiruo lalu membuangnya perlahan.

"Udah ayo lo pasti bisa" Laras mengelus bahu alva lembut lalu mengenggam tangannya yang terasa dingin.

"Huhh" Alva menghembuskan napasnya kasar

"Al.. Cepet naik ! Giliran lo!" Tama menghampiri alva dan yang lain.

"Yok alva bisa yok semangat.. Semangat.." Danil dan yang lain memberi semangat dan alva pun segera naik ke panggung.

Tepat saat alva mulai menyanyikan lagu pertama bertepatan pula dengan kedatangan 3 couple dimeja yang baru saja mereka tempati.

SeandainyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang