S-85

352 34 3
                                    

3hari sudah alva dirumah sakit namun belum juga sadarkan diri. Zega, nayla dan yang lain juga selalu datang menjenguk bergantian apalagi aruni yang tak pernah absen bahkan ia  pun sampai menginap tak mau jauh dari alva meski sudah dibujuk untuk pulang oleh orangtuanya dan juga orangtua alva namun ia tetap kekeuh. Aruni dan tania selalu bergantian mengajak alva mengobrol meski tak ada respon dari alva. Mereka berdualah yang sangat merasa bersalah karna alva begini juga karna mereka selain penyakitnya.

Seperti sekarang ini ada tania didalam ruangan alva yang sedang mengajaknya ngobrol dengan tangannya yang terus mengenggam erat tangan alva.

"Al.. Kamu masih marah ya sama kakak? Hmm? Ko gak bangun bangun sih? Ini udah hari ketiga loh. Kamu gak kangen sama bunda dan papa? Kangen aku juga gak? Pastinya sih engga yaa soalnya aku udah banyak dan sering banget nyakitin adek aku yang ganteng ini" Tania terkekeh pelan sambil mengelus lembut tangan alva digenggaman nya.

"Dek bangun yuk, kamu mau hukum kakak apa nanti? Masa keduluan bunda sih ngehukumnya? Tau gak dek, bunda gak ajak kakak bicara sepatah kata pun semenjak kamu masuk rumah sakit. Gaada senyum yang bunda kasih buat kakak, tatapannya begitu dingin. Kakak tau bunda begitu juga karna emang kesalahan kakak. Tapi rasanya sakittt banget liat bunda bersikap seperti itu. Biasanya bunda selalu kasih senyuman setiap pagi saat kita berangkat ngampus, siapin sarapan, dipeluk saat kita lagi ngerasa down, selalu ngingetin hal-hal baik, ngasih nasehat pun gak pernah yang menghakimi tapi mampu buat kita ngerti. Karna kakak cemburu buta sama kamu, jadi kakak gapernah liat rasa adil itu dari bunda dan papa. Padahal mereka selalu kasih porsi yang sama ke kita dan lagi-lagi kaka gak bersyukur punya kalian yang selalu mau ngertiin kakak saat kakak selalu banyak nuntut. Mungkin ini yang kamu rasain selama ini ya dek? Saat kaka gapernah mau denger lagi apa kata kamu, saat kaka gapernah mau deket lagi sama kamu, saat kakak menjauh , jangankan senyuman yang kakak kasih, buat liat wajah kamu aja kakak gak mau. Ini pasti lebih sakit dari yang kakak rasain sekarang dek.

"Maaf dek, maaf.. Kakak seegois itu sama kamu. Padahal kamu cuma minta didenger aja kan? Kamu gapernah nuntut apa-apa sama kakak. Kakak jahat dek.. Kakak jahat". Suara tania begitu lirih dan pilu. Tangis tania kembali pecah namun berusaha ia tahan agar tak mengusik Alva. Berulang kali ia kecup punggung tangan Alva dan mengelus pipinya yang semakin tirus.

"Kamu harus kuat yaa, bertahan dek. Superhero gaboleh nyerah, superhero gaboleh lemah! Ada papa bunda dan kakak penghuni dunianya adek yang selalu nunggu kamu bangun. Setelah ini bangun ya dek" Tania mengusap kasar airmatanya lalu tersenyum menatap lekat Alva.

"Kakak udahin dulu ya ngobrol sama kamu nanti kita lanjut lagi, soalnya mesti gantian nih sama cewe specialnya kamu yang mau ngajak ngobrol juga" Tania tertawa kecil. "Kalo diajak ngobrol sama dia respon yaa, kasian dia juga nungguin kamu bangun loh" Bisiknya di telinga alva.

"Bye sayangnya kakak, kak tania keluar dulu yaa ganteng" Sekilas mengecup dahi Alva dan mengusak pucuk kepala alva setelah itu ia keluar ruangan alva.

"Arr.. "

"Iya kak, udah? Gue masuk yaa" Aruji bangkit dari duduknya.

"Ze, nay.. Gue masuk dulu yaa" Mereka berdua pun mengangguk saja.

Yaa zega dan nayla pun tetap berada disana, mereka juga tak mau melewatkan ini. Terlebih zega juga masih selalu merasa bahwa dirinya gagal menjaga alva. Nayla pun berada disini karna ia sambil bisa mengawasi dan mengontrol emosi zega dan aruni yang tiba-tiba nangis, tiba-tiba melampiaskannya dengan teriak. Dengan adanya nayla juga karna ia bisa menenangkan keduanya. Ia juga tau betul bagaimana zega dan aruni menjaga alva saat mereka pertama bertemu tak sengaja ketika menjadi maba. Saat kerenggangan ketiga sahabat itu, saat pengkhianatan, sampai kemarin pembicaraan alva dan aruni dipuncak. Nayla selalu ada di momen-momen penting mereka. Jadi Nayla juga sedikit banyak tau mengatasi mereka seperti apa.

SeandainyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang