You know you love me?

22 12 0
                                    

Yogyakarta, 7 September 18.39

Sabtu, hari ke-6 perayaan lustrum SMA Djaya Bhakti yang ke-7. Hari ini dan besok, walaupun booth dari ekskul kebanyakan hanya buka sampai pukul 5 sore. Tapi acara lustrum, dibuka dari pukul 10 pagi hingga pukul 9 malam. Dengan ketambahan sebuah panggung, yang berdiri dekat dengan bangsal sekolah.

Panggung ini digunakan untuk pentas seni dari siswa-siswa SMA Djaya Bhakti menunjukan kebolehannya. Ditambah pula, dengan band dan musisi lokal sebagai bintang tamunya.

Dan hari ini, Kala masih berusaha keras agar interaksi dirinya dengan Kinan tidak berlebihan. Ya, dia akhirnya masih membalas chat dari Kinan. Atau mengangkat telepon dari Kinan yang membangunkan dia di pagi hari.

Tapi Kala berusaha agar tidak berlebihan menanggapi Kinan. Chat, lebih banyak Kala jawab dengan 'ya' dan 'tidak'. Mengurangi kata-kata bercanda yang takutnya menjurus ke arah menggoda Kinan.

Walaupun Kala harus mengakui, dia kehilangan banyak hal karena ini. Tapi ada sisi positifnya juga, dari apa yang Kala lakukan. Dia merasa makin dekat dengan Lydia. Ada hal yang hilang di antara hubungannya dengan Lydia, semenjak Kala keseringan chat dengan Kinan. Dan kini, mulai terasa kembali.

"Lilinnya mana Dan?" tanya Kala ke Danu.

Kala, Lydia, dan Danu, sekarang sedang berada di kantin sekolah yang sudah tutup. Kantin, menjadi tempat untuk memberikan kejutan ulang tahun ke Mitha. Dikarenakan, di atas pukul lima sore pengunjung umum hanya bisa masuk ke area sekolah secara terbatas. Hanya di sekitaran panggung dekat bangsal, dan lapangan basket dekat parkiran.

Sedangkan area lainnya, hanya bisa diakses oleh warga sekolah saja. Maka dari itu, kantin cukup aman untuk merayakan ulang tahun dari Mitha.

"Iki Kal," kata Danu sambil memberikan lilin angka satu dan tujuh ke Kala. Danu sebenarnya agak takut berada di kantin sekolah. Walaupun masih ada penerangan, tapi kantin benar-benar sepi.

"Tenan iki Kal," kata Danu lagi saat Kala sedang memasang lilin tersebut di kue tart di hadapannya. "Kita ngerayake ultah Mitha ning kene?" Danu menoleh ke arah kanan dan kirinya, melihat suasana sekitar. "Emange ora ngerasa serem Kal?"

"I-ya Kal," timpal Lydia. "Aku juga agak serem kita di sini malam-malam gini." Lanjut Lydia, "beda banget ternyata suasana kantin, kalau siang sama malem gini."

"Udah, tenang aja," balas Kala. "Aku sama Ed udah ngitungin, kalau tempat paling pas buat ngerayain ultah Mitha tuh, di sini." Lanjut Kala, "di sini kita gak bakalan ganggu acara lustrum. Dan kita, juga gak bakalan keganggu ama acara lustrum."

"Lagipula," tambah Kala. "Aku sama Ed, cuman pernah liat penampakan doang di pojok sana. Deket toilet sebelah kantin."

Lydia mendekati Kala karena takut. "Ih, Kala nih malah nakut-nakutin," protes Lydia yang sekarang duduk menempel di Kala.

"Hahahaha," tawa Kala. "Becanda Lyd," kata Kala ke Lydia.

"Hih, Kala," kata Lydia sambil mencubit lengan Kala. "Udah tau aku takut ginian, malah becanda kayak gitu," protesnya.

"A-aduh, aduh," pekik Kala kesakitan. "C-cuman becanda Lyd," kata Kala."Penampakannya gak berani di sekitaran sini. Beda kalau deket gudang sebelahnya mushola. Udah jelas ada penunggunya."

"Ih, masih aja diterusin," protes Lydia.

Kala tertawa terbahak-bahak. Lalu, pandangan Kala menuju ke arah Danu yang berdiri kaku dan wajahnya pucat pasi. "Kenapa Dan?" tanya Kala. "Gak ngompol kan?"

Danu hanya bisa menggelengkan kepalanya.

"Santai aja Dan," kata Kala. "Beneran gak ada, cuman becanda aku." Lanjut Kala, "gimana Dan, Ed dah ngajak Mitha ke sini belum?"

What ever are you looking for?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang