Arienaikamo

10 3 1
                                    

Yogyakarta, 27 Maret 17.27

"Sudah Ibu bilang..., jangan ngehubungi Ibu, kalau gak ada hubungannya dengan sekolah!" bentak Kinan.

Suara Kinan terdengar sangat marah dari speaker hp Kala. "Kamu tahu kan..., apa janji kita berdua? Udah dibilang..., jangan ngelanggar apapun itu alasannya."

"T-tapi Bu...," ucap Kala, tapi dia tidak bisa melanjutkan apa yang ingin dia katakan. Kala sendiri juga bingung mencari alasan, kenapa sore ini dia menelepon Kinan.

"Tapi apa?" balas Kinan. "Kita udah janji, Kal. Ibu bener-bener gak mau ngerusak hubungan kamu dengan Lydia. Jadi..., tutup teleponmu sekarang. Jangan hubungi Ibu..., kalau bukan yang berhubungan dengan sekolah."

Kala berdiri sambil menyandarkan punggungnya ke dinding. Matanya menatap ke arah langit-langit kamar kosnya. Dia mengambil napas dalam-dalam, sebelum mulai berbicara.

"Bahkan sekedar untuk ngobrolin soal Kaela, Bu?" tanya Kala.

"Iya...," jawab Kinan. "Gak ada pengecualian..., bahkan soal Kaela sekalipun."

"Tapi Kala kangen Bu...," ucap Kala. "Kangen, kita ngobrol..., terus haha hihi, karena ngomongin Kaela."

"Emangnya...," balas Kinan. "Kamu pikir, Ibu gak kangen..., ngobrol sama kamu? Kamu beneran jahat, Kal. Ibu..., udah nahan-nahan gak nelpon kamu, ngirim chat ke kamu. Tapi malah kamu, yang ngerusak semuanya."

"Tapi Bu...," kata Kala. "Banyak yang ingin Kala omongin ke Ibu. Kala pengen..., bisa ngobrol sama Ibu sebebas dulu."

"Ibu udah bilang...," balas Kinan yang dari cara dia bicara terdengar, seperti menahan tangisnya. "Kalau gak ada hubungannya dengan sekolah. Ibu gak akan nanggepin, apa yang mau kamu omongin. Titik!"

Kala pun memutar otak, bagaimana agar dia masih bisa mengobrol dengan Kinan. Hingga matanya tertuju ke kuesioner dari BK yang belum dia isi tersebut. Kala tersenyum, mungkin dengan alasan ini dia bisa mengobrol lagi dengan Kinan.

"Bu...," panggil Kala.

"Apa lagi?" tanya Kinan dengan nada kesal. "Udah..., tutup teleponmu sekarang."

"K-kalau..., Kala minta nasihat atau nanya-nanya buat ngisi..., kuesioner dari BK. Apa Ibu mau? Jadi, Kala mau ngobrolin soal ini. Karena Kala..., masih ada bagian yang bingung buat diisi apaan."

Terdengar suara Kinan menghela napasnya. Tapi Kinan sama sekali tidak menjawab pertanyaan Kala. Cukup lama Kinan terdiam tidak menjawab. Dan Kala terus menunggu apa jawaban dari Kinan.

"Bu...," ucap Kala memecahkan keheningan. "Boleh gak, Bu? Kalau Ibu gak mau..., ya gak papa sih. Kala gak maksa juga, Ibu ngeiyain."

Terdengar lagi di telinga Kala, Kinan menghela napas.

"Kal...," panggil Kinan.

"Eh.., iya Bu?" balas Kala.

"Masih puasa kan?" tanya Kinan.

"Iya lah, Bu...," jawab Kala. "Memangnya, kenapa ya Bu?"

"Buat buka puasa..., udah punya?" tanya Kinan lagi dengan nada dingin.

"Ya paling kayak biasanya, Bu...," jawab Kala. "Beli di warung seberang kosan. Gak bisa numpang buka puasa di rumahnya Bu Narti juga. Karena lagi pergi hari ini."

"Kalau gitu...," ucap Kinan. "Kamu dateng ke tempat Ibu sekarang. Buka puasa dulu di tempat Ibu. Baru setelah itu, kita bahas apa yang mau kamu tanyain."

"Beneran Bu?" tanya Kala memastikan.

"Iya...," jawab Kinan pendek.

"Oke Bu..., Kala siap-siap dulu, buat ke sana," kata Kala sambil mengambil messenger bag kesayangannya, lalu memasukkan kuesioner tersebut ke dalamnya.

What ever are you looking for?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang