YELLOW

1 0 0
                                    

Yogyakarta, 30 Maret 16.37

Tooi mukashi ni nani ga atta no?
Shisen wo sorasu anata no hitomi ni
Hitori de samishii yoru ni dakishime rareru
Sonna atataka sa shitteru?

Why doushite katachi ni kodawaru no?
Why kokoro wo hirai te
Ookina nimotsu wo seotta
Anata wo ukeire rareru chikara
Aru wa shinji te mi te?

Hari pertama Idul Fitri, dan Kala sedang menikmati suasana sore di teras rumah kakeknya. Dan lagu Why dari Ayaka, menemani sore harinya ini. Lagu ini mengalun pelan dari hp Kala.

Daerah Palagan tempat rumah kakek Kala berada, kini memang terlihat sepi. Ketambahan hujan yang masih turun dengan derasnya, membuat suasana makin syahdu. Ketambahan, kakeknya sedang pergi. Sehingga dia berada sendirian di rumah.

Tapi sore ini seharusnya, jadi sore yang tenang bagi dirinya.

Jika tidak ada seseorang, yang kini duduk dengan wajah tanpa merasa berdosa di kursi di seberang Kala. Sore ini memang Kala berharap bisa sendirian, menikmati suasana sore hari. Tanpa siapa pun yang bisa mengganggu dirinya.

Kalaupun ada seseorang yang menemani sore harinya ini. Dia berharap itu Lydia atau Kinan, buka satu orang ini.

"Lama-lama...," ucap Kala. "Bosen juga ya Ed..., hampir tiap hari ketemu kamu. Emangnya, gak punya temen apa kamu, Ed? Bisa-bisanya..., lebaran gini malah ke sini."

"Bukannya mau ngusir ya, Ed...," lanjut Kala. "Tapi emangnya..., beneran gak ada temen lain, selain aku? Atau gak ada gitu..., tempat saudaramu ngumpul pas lebaran gini?"

"Nah..., itu masalahnya, Kal," jawab Ed. "Emangnya, kamu tau temenku selain kamu? Dibilangin dari dulu aku gak punya temen..., masih aja gak percaya. Hahahahaha."

Kala menghela napas, melihat sahabatnya satu ini. Lama-lama, Kala merasa dia dan Ed ini seperti ikan maskoki dan kotorannya. Kala sebagai ikan maskoki, dan Ed adalah kotorannya.

"Beneran Ed..., ini cuman nanya doang. Bukannya ngusir kamu," kata Kala, sambil menekankan nada bicaranya di kata 'ngusir'. "Katamu sendiri..., trah keluarga Arcanaga kalau lebaran gini selalu ngumpul. Kok kamu bisa-bisanya..., malah ke sini. Kalau gak deres kayak gini..., mungkin dah aku usir kamu, Ed."

"Udah Kal...," balas Ed sambil berdiri dan berjalan ke arah Kala. "Kalau ngusir.., bilang aja ngusir. sok-sokan pake tanya soal trah keluargaku segala."

"Loh..., emang niatku ngusir ini," ucap Kala dengan santainya. "Soalnya, kamu ganggu beneran, Ed. Ngapain juga ke sini, naek sepeda? Kayak kurang kerjaan aja."

"Oh..., ngajak berantem?" kata Ed dengan nada tinggi, sambil berdiri dari tempat duduknya. Kemudian sambil berkacak pinggang, dia berjalan mendekat ke Kala. "Ayo, kalau mau ngajak berantem. Emangnya, aku takut gitu? Gara-gara ini di rumah kakekmu."

"Eh..., malah nantanganin," balas Kala yang langsung berdiri. "Baru lebaran hari pertama..., udah nantangin buat berantem."

"Terus kenapa, kalau masih lebaran hari pertama," kata Ed dengan nada tinggi. "Kalau gak berani berantem..., bilang aja, Kal."

"Emang goblok ya kamu, Ed," jawab Kala. "Apa gunanya maaf-maafan tadi..., kalau sekarang ngajak berantem."

"Bener juga ya...," ucap Ed sambil menganggukkan kepalanya. "Kenapa aku gak kepikiran itu ya, Kal. Kan kita baru aja maaf-maafan. Kenapa pula..., kita malah berantemnya besok pas udah masuk sekolah."

"Kan..., apa-apa sekarang gampang pake emosi kamu tuh, Ed," balas Kala.

"Oh, kalau gitu...," kata Ed sambil menjulurkan tangannya ke Kala untuk berjabat tangan. "Minta maaf lagi deh, Kal."

What ever are you looking for?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang