Hide to Seek

21 10 0
                                    

Yogyakarta, 5 September 13.14

Hari keempat acara lustrum SMA Djaya Bhakti sedang berlangsung. Siang ini, Lydia bisa membantu ekskul Klub Diskusi Musik untuk melayani pengunjung yang datang ke booth Hey! PLON! Mini. Dan kini, booth mereka terlihat sepi dari pengunjung.

Walau lelah ku coba
'Tuk menggapai hatimu
Rindu s'lalu mengganggu
'Tuk selalu dekatmu
Adakah kau merasa
Hangatnya tatapanku
Oh manisnya senyummu
Dan kau bukan milikku

Lagu milik Seurieus yang berjudul Bdg 19 Okt mulai mengalun mengisi keheningan ruangan kelas tempat booth ekskul Klub Diskusi Musik berada.

"Apa sih ngeliatin mulu?" tanya Lydia.  "Entar naksir loh," lanjut Lydia.

"Loh, gak boleh gitu?" balas Kala. "Masak, liat bidadari gak boleh naksir?" lanjut Kala. "Siapa sih, yang gak naksir kalau liat ada bidadari yang baru aja turun dari langit, kayak gini?"

"Ih, gombal," kata Lydia yang wajahnya memerah karena malu. "Kok gombal?" balas Kala. "Padahal aku muji sepenuh hati loh."

"Oh ya, Lyd," lanjut Kala karena teringat sesuatu.

"Katanya, Masmu mau mampir ya?" kata Kala lagi. Kala teringat, semalam Lydia bercerita bahwa kakak laki-lakinya pulang. Lydia dan kakaknya tersebut, terpaut sebelas tahun. Lydia pernah bercerita, bahwa kakaknya juga alumni SMA Djaya Bhakti. Dan kakaknya dulu yang seorang kapten tim basket, sekarang bekerja di Batam.

Dan kata Lydia, hari ini dia mau berkunjung ke booth mereka. Karena kakak laki-laki Lydia yang bernama Darian tersebut, sedang berlibur bersama istrinya, Sylvia.

"Iya Kal," jawab Lydia. "Tadi sih, Mas Darian ngabarin kalau dia sama Mbak Vi, udah otw ke sini." Lanjut Lydia, "emangnya kenapa Kal?"

"Ya masak gak boleh nanyain calon kakak ipar?" jawab Kala sambil cengengesan. "Ih, apaan sih Kala nih," balas Lydia yang wajahnya makin memerah. "Godain mulu dari tadi."

"Hahaha," tawa Kala. "Gak boleh ya?" kata Kala. "Kamu malu-malu gitu, makin cantik loh, Lyd."

"Udah ah, gombalinnya," balas Lydia sambil menutupi wajahnya yang sekarang merah padam. "Malu tau," tambah Lydia.

"Omong-omong, ruangan sebelah juga sepi ya Lyd?" tanya Kala. "Iya Kal," jawab Lydia sambil mengintip dari pintu penghubung antara 2 ruangan kelas yang dibuka.

Lydia melambaikan tangannya ke Rena dan Chika yang sedang mengobrol sambil menunggu pengunjung datang. "Sama aja, sebelah juga ga ada yang dateng."

"Bosen apa ya?" tanya Kala. "Mungkin Kal." jawab Lydia. "Tadi pagi pas aku keliling ngecek beberapa booth, emang beberapa bilang kalau booth mereka mulai sepi hari ini." Lanjut Lydia, "yang masih tetep ramai, booth yang jualan makanan sih. Sama yang emang interaktif."

Kata Lydia lagi, "kalau booth modelan kita, emang gak bisa setiap hari rame. Mommy aja tadi ngeluh, booth-nya sama sekali belum ada pengunjung."

"Sampe-sampe, anak fotografi punya ide buat keliling sekolah. Jadi jasa foto keliling buat pengunjung," tambah Lydia.

"Aku jadi punya ide Lyd," kata Kala. "Mungkin bisa narik pengunjung lagi booth kita."

Lydia mendekat ke Kala karena penasaran dengan ide yang akan diutarakan oleh Kala. "Emang punya ide apa Kal?"

"Mumpung ada lcd, speaker, dan mic," jawab Kala. "Gimana kalau kita bikin pengunjung di sini bisa sekalian karaoke?" Lanjut Kala, "mumpung, aku juga bawa dvd player yang ada di ruangan ekskul kita, Lyd."

"Gak semua lagu bisa buat karaoke. Tapi kan Mas Cemplon sempet nitipin ke aku, kotak isinya vcd sama dvd karaoke. Mas Cemplon bilang, gak dijual. Tapi bisa berguna buat booth kita," tambah Kala. "Gimana Lyd, setuju gak?"

What ever are you looking for?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang