Sola

7 2 0
                                    

Yogyakarta, 15 Maret 7.52

My mouth is dry
Forgot how to cry
What's up with that?
You're hurting me

I'm running fast
Can't hide the past
What's up with that?
You're pushing me

Kala duduk sendiri di sebuah bangku panjang, yang berada di depan ruangan Klub Diskusi Musik. Saat lagu berjudul Smoke milik Natalie Imbruglia mengalun dari dalam ruangan.

Kala terkikik-kikik sebenarnya, mendengar suara Natalie Imbruglia ini. Beberapa siswa kelas satu yang jadi anggota Klub Diskusi Musik, mulai tergila-gila mendengarnya lagunya. Setelah bahasan tentang penyanyi satu ini, sebelum liburan awal puasa.

Kini pandangan Kala mengarah ke langit biru yang cerah. Setelah semenjak 2 hari yang lalu, selalu terlihat mendung.

Hari ini, Klub Diskusi Musik sedang melakukan hal yang sedikit berbeda. Siswa kelas 2 yang jadi pengurus ekskul, memberikan kebebasan ke siswa kelas 1, untuk melakukan apapun yang mereka mau. Semuanya termasuk Kala, hanya akan menjadi pendamping kegiatan yang kelas 1 akan lakukan.

Mereka semua, diberi waktu satu jam untuk memikirkan apa yang akan didiskusikan. Hal ini, dimanfaatkan oleh Bobby dan Husna untuk pergi melihat ekskul band, yang sedang latihan bersama ekskul karawitan. Dengan alasan, untuk mendapatkan materi bahasan Klub Diskusi Musik.

Padahal, Kala tahu itu hanya kedok mereka berdua. Kedok, agar mereka bisa berduaan saja. Kala sebenarnya masih tidak menyangka, bahwa Bobby dan Husna akhirnya berpacaran. Sedangkan Biru, yang bisa dibilang saingan Bobby dalam hal mencuri hati Husna. Malah akhirnya berpacaran dengan Rena.

Lalu di dalam ruangan, ada Biru dan Chika yang mendampingi adik-adik kelasnya mencari bahan diskusi.

Terlihat, beberapa siswa kelas 1 keluar dari ruangan Klub Diskusi Musik, untuk meminta saran ke Kala. Dan Kala, dengan mudahnya memberikan saran yang mereka minta.

Kala sendiri terkejut, bahwa dia dengan mudahnya memberikan saran ke mereka. Dia dulunya, adalah orang yang cukup kesusahan berbicara ke orang-orang selain Lydia, Ed, Mitha, maupun Danu. Seperti kecanggungan dalam mengatakan sesuatu, hilang dari diri Kala.

Walaupun, Kala masih kadang kesulitan merangkai kata-kata.

"Jadi..., Lydia hari ini gak masuk ya, Kal?"

Terdengar suara Kinan, saat Kala masih sibuk menjawab pertanyaan dari adik-adik kelasnya tersebut. Kala segera menolehkan kepalanya, ke arah di mana Kinan sedang berdiri.

"Wow...," gumam Kala.

Kala tidak berkedip, melihat ke arah Kinan. Kinan terlihat memotong rambutnya, menjadi model bob yang dipotong sebatas dagu. Dengan poni simetris di bagian depannya. Sangat berbeda sekali, dengan potongan rambut Kinan sebelumnya.

Kala terkesima dengan penampilan rambut Kinan yang baru tersebut. Sampai-sampai, dia tidak mendengarkan, apa yang Kinan katakan kepadanya.

Mata Kala tanpa berkedip, memandangi Kinan. Ya, Kala kali ini benar-benar terpesona dengan penampilan baru Kinan ini. Penampilan Kinan, yang membuat Kala teringat lagi dengan percakapannya dengan Ed. Saat mereka sedang sahur di warung burjo depan kos Kala.

¤¤¤

"Ed...," ucap Kala sambil menyendok nasi ayam miliknya. "Dari mana kamu bisa nyimpulin, kalau aku sekarang beneran suka sama Bu Kinan?"

"Oh itu...," jawab Ed sambil memainkan sambal di piringnya. "Kerasa banget Kal..., semenjak yang kamu dicium Bu Kinan, di rumahnya Bu Kinan itu."

"Ngerti sendirilah, Kal..," lanjut Ed. "Hobiku tuh, kan merhatiin orang-orang di sekitarku lagi ngapain. Dan kelakuanmu akhir-akhir ini.., makin aneh aja. Bahkan aku bisa ngerasain, interaksimu sama Lydia ..., makin ke sini, makin kayak bukan orang pacaran."

What ever are you looking for?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang