Twinkle

12 5 0
                                    

Yogyakarta, 11 Maret 15.49

Tachitomaru to
Nazeka kimi wa
Utsumuita mama
Ame no you ni sotto
Kawaranai yo
Ano hi kimi to
Deatta hi kara

Namida ni kawattemo
Kimi dake wo mitsukete
Kimi dake shika inakute
Bokura wa
Itsumo haruka haruka tooi mirai wo

Kala memetik gitar baru milik ekskul Klub Diskusi Musik. Sambil diiringi oleh derasnya hujan sore ini, Kala dan Ed menyanyikan lagu True Love milik Fuji Fumiya.

Di bulan puasa ini, kebanyakan siswa Djaya Bhakti lebih memilih langsung pulang. Daripada berlama-lama tetap di sekolah, setelah jam sekolah selesai. Terlebih lagi selama bulan puasa ini, mereka pulang lebih cepat dari hari biasa. Jadi tidak ada alasan untuk tidak segera pulang.

Tiba-tiba saja, angin bertiup kencang dan air hujan turun makin deras.

"Anjir lah...," pekik Ed yang berhenti bernyanyi. "Malah makin deres. Njuk piye iki le bali."

Kala menaruh gitar di tangannya ke lantai, kemudian berjalan mendekati pintu. Sebenarnya tanpa melihat ke luar, Kala sudah bisa tahu kalau di luar hujan makin lebat.

Tapi seperti orang bodoh, dia keluar dari ruang Klub Diskusi Musik. Kemudian menengadahkan tangannya, hingga air hujan mengenai tangannya tersebut.

"Udah laper apa Kal?" tegur Ed. "Kek orang bego tau kayak gitu. Di liat aja udah jelas-jelas deres kek gini."

"Hahahaha," tawa Kala. "Kebiasaan Ed. Kebiasaan mastiin..., kalau bener-bener lagi ujan."

"Gobloknya kamu itu, emang gak ngotak Kal," balas Ed. "Udah parah banget ini itungannya."

"Eh..., ngehina nih," kata Kala. "Jangan mancing emosi orang puasa ya."

"Loh siapa yang ngehina apa mancing emosi?" balas Ed. "Cuman ngomong jujur padahal."

"Jujur sih jujur...," kata Kala. "Tapi ya gak gini juga, bego."

"Loh...," timpal Ed. "Malah bales ngatain bego."

"Kamu duluan yang ngatain aku," kata Kala.

"Oh...," balas Ed. "Ngajak berantem ini?"

"Ayo...," jawab Kala. "Siapa takut berantem sama kamu."

"Oke...," ucap Ed. "Bodo amat sama puasa. Dah lama pengen ngantemi kamu, Kal. Mana tadi pagi..., keburu imsak sebelum mukul kamu."

Mereka lalu saling mendekat, dan langsung mencengkram kerah seragam satu sama lain. Kala dan Ed, saling tarik-menarik kerah seragam mereka.

"Cemen...," kata Kala. "Mana..., katanya mau mukul."

"Kata siapa cemen...," jawab Ed. "Aku cuman ngasih kesempatan, biar kamu mukul duluan."

"Yakin aku yang mukul duluan?" tanya Kala.

"Ya iyalah...," jawab Ed. "Karena aku yakin, kamu gak bisa mukul."

"Eh..., ngehina lagi."

"Ya emang..., soalnya kamu tuh Kal. Kalau mukul kayak cewek."

"Anjir..., ngehina lagi."

"Emang ngehina..., sama bencong aja kalah pukulanmu."

"Anjir..., bikin emosi aja kamu Ed."

"Siapa yang bikin emosi, Kal..., aku cuman ngomongin fakta. Fakta Kal..., fakta!"

"Nih..., aku buktiin aku mukul gak kayak cewek."

"Ya mana...? Apa malah kayak bencong, cara mukulmu itu, Kal?"

What ever are you looking for?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang