Dancing now

15 9 0
                                    

Yogyakarta, 3 September 10.32

Hari kedua, acara lustrum SMA Djaya Bhakti ke-7. Dan hari ini, Kala bebas dari tugas menjaga booth milik ekskul Klub Diskusi Musik hingga pukul 1 siang.

Kala mencoba berkeliling sendiri melihat-lihat booth dari ekskul yang lain. Berjalan sendirian di lorong sekolah seperti ini, membuat Kala rindu dengan Lydia. Lydia jelas, masih sibuk dengan panitia lustrum lainnya. Mengawasi acara, agar tetap berjalan dengan lancar.

Apalagi, hari ini ada beberapa lomba yang diselenggarakan oleh panitia lustrum. Dan lomba tersebut, bisa diikuti siapa saja, baik siswa dan guru SMA Djaya Bhakti, maupun masyarakat umum yang mengunjungi acara lustrum SMA Djaya Bhakti.

Seperti ada yang hilang, saat Kala menyusuri lorong sekolah sambil memperhatikan booth ekskul lain yang dikerumuni pengunjung. Biasanya, melewati lorong sekolah seperti ini. Kala sambil mengobrol dengan Lydia. Atau, sekedar bergandengan tangan. Benar-benar seperti ada yang hilang di hati Kala. Saat Lydia tidak ada di sisinya, menyusuri lorong sekolah seperti ini.

Ramainya pengunjung, sama sekali tidak membuat perasaan sepi dalam hati Kala hilang. Apa mungkin karena terlalu sering Lydia di sampingnya, membuat Kala yang berjalan sendirian itu yang membuat hatinya sepi? Ataukah, dia hanya butuh teman di sampingnya?

"Apa ngajak Bu Kinan aja ya," gumam Kala yang berhenti di depan booth kolaborasi antara ekskul Pramuka, Rohis. Kedua ekskul ini, membuat sebuah booth yang menjual masakan khas TImur Tengah. Di mana, hasil keuntungan penjualan mereka akan disumbangkan melalui yayasan amal yang ada. Mereka memberi nama booth mereka, Kabsa. Kabsa sendiri, adalah nama masakan dari Timur Tengah yang berbentuk nasi yang dicampur dengan daging. Mirip seperti Nasi Mandi atau Nasi Biryani.

"Ah, janganlah," kata Kala lagi. "Bahaya kalau nanti malah satu sekolah ngira aku pacaran sama Bu Kinan," kata Kala yang berjalan mendekat ke booth tersebut. Bau rempah-rempah yang sedang dimasak, membuat Kala tertarik untuk mendekat. "Aku aja, masih gak bisa jawab pertanyaan Sisil kemarin," lanjut Kala. "Bahaya juga, kalau malah nyebar satu sekolah. Aku gak bisa bayangin, gimana cemburunya Lydia entar."

"Wah, Kala mampir," kata Arno menyapa Kala yang masuk ke ruangan kelas yang jadi booth Kabsa. "Piye kabare Kal?" kata Arno lagi sambil menjabat tangan Kala. "Bar pisah kelas, wis ra tau ngejak aku dolan meneh iki."

"Hahaha, sori," balas Kala. "Makin sibuk aja aku sama Klub Diskusi Musik," lanjut Kala. "Sibuk karo Klub Diskusi Musik, apa sibuk pacaran karo ketuane?" canda Arno menimpali Kala.

"Hahaha," Kala tertawa mendengar candaan Arno. "Ya, dua-duanya lah."

"Sudah saya duga," timpal Arno. "Wis, ayo masuk ke booth-ku ini," lanjut Arno. "Mau pesen apaan? Ada banyak menu yang bisa kamu pesen di sini." Tambah Arno, "mau makan berat ada, cemilan juga ada, atau mau ngopi juga bisa. Ning kene konsepe, perut kenyang bisa sambil beramal."

"Kayaknya," kata Kala sambil mengikuti Arno masuk ke dalam. "Nyari snack aja deh, Ar," lanjut Kala. "Yang bisa dibawa-bawa keliling sekolah lah, kira-kira."

"Oh, Lokma wae nek ngono," saran Arno. "Lokma?" tanya Kala penasaran. "Semacem donat goreng Kal," jawab Arno. "Bar digoreng, dicelupke ning gula cair." Tambah Arno, "iki menu paling laris ning kene."

"Boleh lah," kata Kala.

"Woke, tak catetke sik orderanmu," balas Arno. "Tunggu ya, ning kene," kata Arno lagi mempersilahkan Kala duduk, lalu pergi meninggalkan Kala.

Kala duduk, sambil memperhatikan para pengunjung di booth ini. Cukup ramai, didatangi oleh pengunjung yang kebanyakan adalah guru-guru SMA Djaya Bhakti sendiri. Terlihat, Denta dan teman-temannya yang asyik mengobrol di salah satu meja sambil menikmati pesanan mereka.

What ever are you looking for?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang