+1

35 17 0
                                    

Yogyakarta, 4 Agustus pukul 8.51

Di belakang rumah Lydia yang terletak di daerah Timoho, terlihat Lydia dan Mitha sedang membumbui daging yang akan mereka bakar di pemanggangan. Ada pula Kala dan Danu, yang sedang menata meja dan kursi yang akan mereka pakai. Dan Ed, sibuk sendirian mencoba menyalakan bara api di pemanggangan.

Hari ini, mereka berlima memang sudah janjian untuk masak-masak bersama. Masak-masak di halaman belakang rumah Lydia. Salah satu kegiatan yang mereka lakukan di hari Minggu, saat mereka berkumpul bersama. Sudah lama juga mereka tidak melakukan ini. Terakhir yang mereka ingat, melakukan hal ini setelah ujian akhir semester kedua mereka.

"Tuh, dah nyala," kata Ed sambil mengipasi bara api. "Dah dibilangin, biar aku aja," lanjutnya. "Gini-gini, dulu masih TK punya pengalaman hampir bakar rumah," kata Ed dengan sombongnya. "Kalian ngapain dari tadi? Gak selesai-selesai."

"Berisik!" balas Kala. "Tuh, yang di piring sana udah siap dibakar," lanjut Kala yang masih mengambil kursi kayu dari gudang dan meletakkannya di taman di halaman belakang rumah Lydia.. "Gak usah kebanyakan komentar," tambah Kala. "Tapi kan, aku capek Beb," balas Ed.

Lanjut Ed, "udah nyalain api, masak masih suruh bakar juga?"

"Arep bakar daging, apa kowe sing dibakar?" kata Mitha sambil kedua tangannya sibuk memotong-motong sayuran. "Bakar wae Mith, cah siji kuwi," timpal Danu. "Iya nih, Ed berisik banget," kata Lydia. "Kalau gak mau, udah pulang aja," lanjut Lydia, pura-pura mengusir Ed.

"Ya jangan," kata Ed. "Kalau aku pulang, aku makan siang pake apa?' tanya Ed. "Bodo amat!" kata keempat teman Ed serempak. "Iya-iya, sini aku bakarin," kata Ed sambil bersungut-sungut, mengambil piring berisi daging yang siap dibakar. "Nah mbok ngana kuwi. Wis ra mbayar, kakean protes," kata Mitha. "Mbakyu ki, malah nyindir," timpal Ed yang kini sedang sibuk membakar daging.

"Oh ya Ed," kata Kala, saat mengingat sesuatu. "Dapet salam tuh dari Sisil," lanjutnya. "Ciee...," sorak Lydia dan Mitha berbarengan. "Sisil siapa?" balas Ed kebingungan. "Kuwi loh Ed, sing cah ayu kelas 1E," timpal Danu. "Oh, ayu toh...," kata Mitha sambil melirik ke Danu. Danu langsung diam, tidak berbicara lagi.

"Bentar, Sisil itu aku gak kenal," kata Ed. "Orangnya yang mana, aku aja gak pernah ketemu," lanjutnya. "Masak gak pernah liat?" tanya Kala. "Sumpah, gak pernah," jawab Ed sambil membalik daging yang dia bakar. "Ngapain juga ngasih salam," lanjut Ed. "Loh dia itu naksir kamu Ed," balas Kala. "Ciee..., ada yang naksir," goda Lydia.

"Hah?" kata Ed kebingungan. "Kok bisa naksir aku?" lanjutnya. "Emang ya, kalau anak populer tuh gak nyadar ada yang suka," timpal Kala. "Iya, sombong banget," Lydia menambahi perkataan Kala. "Mbok wis Ed, ditampa wae," kata Mitha. "Mbangane gagal move on dari Mbak Denta," lanjutnya. "Ya kok malah nyinggung Mbak Denta," timpal Ed. "Nangis loh aku mengko," kata Ed lagi. "Kalau nangis entar santai aja Ed. Kita siap bakar kamu," balas Kala. "Kok kalian sekarang kejam kepada diriku ini?" kata Ed. Sambil tertawa Lydia ikut menimpali, "kan gak enak ngomong apa, ditimpalin kayak gitu?"

"Dih, pada bales dendam ini ceritanya?" tanya Ed. "Emang," jawab Kala, Lydia, dan Mitha berbarengan. "Sadis," kata Ed. Ketiganya lalu tertawa, setelah Ed berkata seperti itu. "Wah malah ngetawain," kata Ed lagi. "Biarin," timpal Lydia sambil menjulurkan lidahnya. "Dan, kok ujug-ujug meneng toh? Sariawan?" kata Ed yang melihat ke arah Danu. "Berisik!" jawab Danu singkat.

"Ed, ini serius aku ngomong," kata Kala. "Besok tuh, kamu diajak ketemuan sama Sisil," lanjut Kala. "Ketemuan di taman deket bangsal, pas istirahat kedua," tambahnya. "Ogah, itu kan jamku tidur siang," balas Ed. "Mbok ditemoni toh Ed," timpal Mitha. "Iya Ed, ketemuan aja. Kali aja emang jodoh," Lydia ikutan berkata. "Paginya aku traktir deh. Di Bang Ateng," tambahnya.

What ever are you looking for?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang