Wake up

8 5 1
                                    

Yogyakarta, 12 Maret 2.49

Kala masih tertidur di atas kasurnya. Terlihat, dia tidur sambil tersenyum-senyum sendiri. Sepertinya, Kala sedang memimpikan sesuatu.

"Bu Kinan...," gumam Kala dalam mimpinya.

¤¤¤

Di dalam mimpi Kala.

Kala sedang memperhatikan Kinan yang sedang mengajar. Semua siswa dalam kelas sibuk mencatat apa yang Kinan ajarkan. Tak ada yang aneh dalam mimpi Kala ini.

Bahkan Kala sendiri, seperti tidak menyadari kalau dia sedang bermimpi. Dia benar-benar merasa seperti sedang mengikuti pelajaran yang diberikan oleh Kinan.

Yang membuat Kala cukup takjub adalah, pakaian yang dipakai oleh Kinan.

Kinan tidak biasanya, tidak memakai seragam guru SMA Djaya Bhakti saat mengajar. Kinan memakai sebuah blus tanpa lengan sebagai atasan. Lalu, sebuah celana bahan warna putih gading sebagai bawahan. Dan rambutnya, Kinan biarkan tergerai di punggung.

Jujur, penampilan seperti ini sangat disukai oleh Kala. Kala memandangi Kinan yang menerangkan rumus matematika di papan tulis, tanpa berkedip.

Tiba-tiba saja, terdengar suara bel tanda jam istirahat tiba.

Kala merasa aneh sebenarnya. Ini hari Rabu, dan jam mata pelajaran matematika yang diampu Kinan, seharusnya tidak selesai saat bel jam istirahat berbunyi. Karena sebelum jam istirahat dimulai, masih ada 1 jam lagi. Untuk pelajaran kesenian dari Pak Maryoto. Tapi Kala tidak peduli dengan keanehan ini. Dia lebih fokus untuk memandangi Kinan.

Semua siswa, lalu berbondong-bondong keluar dari ruangan kelas. Meninggalkan Kala dan Kinan, berdua saja.

"Gak istirahat Kal?" tanya Kinan sambil berjalan ke meja guru. Untuk membereskan barang-barang yang dia bawa ke dalam kelas. "Tumben loh..., Ibu liat kamu gak keluar kelas."

"Biasanya...," tambah Kinan. "Ngumpul di kantin, bareng temen-temenmu itu."

"Males Bu," jawab Kala. "Kala..., mau istirahat aja di dalam kelas."

"Ibu boleh temenin?" tanya Kinan sambil berjalan mendekati Kala, dan duduk di bangku di sebelahnya.

"Eh..., Bu?" ucap Kala yang terkejut saat tiba-tiba Kinan mendekap tangannya.

Sambil mempel ke Kala, kepala Kinan bersandar di bahu Kala.

"Ibu kangen..., berduaan sama kamu, Kal," kata Kinan.

"Bu...," balas Kala. "Ini di sekolah, Bu."

"Enggak apa-apa, Kal. Ibu gak peduli," jawab Kinan yang makin menempel di Kala. "Ibu kangen, deketan kaya gini sama kamu."

Kala hanya bisa menelan ludahnya, karena Kinan makin menempel. Dia juga merasakan, keringat dinginnya mulai bercucuran.

"T-tapi Bu...," kata Kala. "Gimana kalau ada..., yang masuk ke dalam kelas?"

"Ibu tetep gak peduli," jawab Kinan. "Biarin mereka tahu..., kalau kita ini emang sepasang kekasih."

"Tapi Bu...," ucap Kala. Tapi terhenti karena telunjuk Kinan yang menempel di bibir Kala.

"Ibu kangen, pergi berduaan aja sama kamu, Kal...," bisik Kinan yang makin mempererat dekapannya di tangan Kala.

"T-tapi kan Bu...," ucap Kala lagi. Kala merasa ada sesuatu yang tidak beres. Walaupun jujur, dia suka Kinan menempel ke dirinya seperti ini.

"Masak kamu gak kangen, Kal...," kata Kinan. "Kita berduaan aja..., atau pagi-pagi kita sarapan bareng, di nasi pecel Pak Rano."

"K-Kala juga kangen sih, Bu..," balas Kala. "Kita berdua kayak gitu. Tapi..., ini kayak ada yang gak beres."

What ever are you looking for?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang