You

65 43 1
                                    

Yogyakarta, 16 Juli pukul 14.23

You once thought of me
As a white knight on his steed

Now you know how happy I can be
Oh, and our good times start and end
Without dollar one to spend
But how much, baby, do we really need

Terdengar aluan lagu yang memenuhi ruangan Klub Diskusi Musik. Sambil mengetik di laptopnya, Lydia ikut mendendangkan lagu yang diputar melalui laptopnya tersebut. Daydream Believer, itulah lagu yang sedang diputar Lydia. Sebuah lagu milik band pop-rock dari Los Angeles yang terbentuk di pertengahan 60-an. Sebuah lagu, dari band yang bernama The Monkees. Band yang jadi salah satu band favorit Lydia.

Hal yang mungkin akan membuat orang-orang yang baru mengenal Lydia, tidak menyangka bahwa referensi musiknya sangat berbeda untuk gadis seusianya. Bahkan Mas Cemplon sendiri mengakui, selera musik Lydia itu terlalu tua untuk gadis seusia dia.

Dari penampilannya pun, tidak akan ada yang menyangka bahwa dia itu seorang 'geek' musik. Jauh sekali penampilan Lydia dari penampilan stereotip seorang 'geek'. Gadis berhidung mancung, kulit kuning langsat, rambut panjang sebahu yang sering dikuncir ekor kuda, tidak merefleksikan diri Lydia, yang jika masuk ke Hey! PLON! itu, seperti anak kecil yang masuk ke toko permen.

Ya, penampilan Lydia memang untuk orang yang belum mengenalnya, terlihat seperti gadis berusia 16 biasanya yang menyukai lagu-lagu yang sedang trending sekarang. Terlihat seperti gadis dengan tipe-tipe lagu yang dia dengarkan itu, lagu-lagu seperti lagu-lagu dari Taylor Swift, atau Justin Bieber. Atau, terlihat seperti seorang gadis yang menyukai lagu-lagu grup idol K-Pop yang sedang ramai didengarkan khalayak umum.

Kala sendiri terkejut, kalau Lydia malah tidak paham dengan lagu-lagu yang sedang trending sekarang.

"Ini lagu apa?" kata Lydia kebingungan, saat diperdengarkan lagu Bad Guy dari Billie Elish. Tapi saat lagu A Message to You Rudy milik Dandy Livingstone yang dirilis pada tahun 1967 diputar, Lydia bisa langsung ikut bernyanyi mengikuti alunan dari lagu tersebut.

Lydia yang memang bisa dibilang cukup populer di kalangan kakak kelas ini, sering dianggap tahu musik-musik lawas hanya karena ada di Tiktok.

Tapi Lydia bisa membuktikan, bahwa lagu-lagu yang dia perdengarkan itu memang dia tahu dari awal. Bukan hanya sekedar karena jadi musik latar di Tiktok.

Ya, semua ini karena papa Lydia yang memang termasuk music enthusiast. Lagu yang diputar oleh papanya di rumah, membuat Lydia lebih mengenal tembang-tembang lawas dibandingkan dengan lagu yang sedang populer saat ini.

Dan sore ini, Kala menemani Lydia yang sedang membuat catatan tentang anggota Klub Diskusi Musik. Lydia membuat catatan tentang data anggota yang masuk, maupun keluar dari ekskul ini. Lydia cukup terkejut, karena beberapa teman seangkatannya malah keluar dari ekskul Klub Diskusi Musik, dan pindah ke ekskul yang lain. Lydia cukup sedih, melihat mereka lebih memilih pindah ekskul. Walaupun begitu, Lydia juga senang bahwa siswa-siswa kelas 1 banyak yang mendaftar ke Klub Diskusi Musik.

Padahal, batas pendaftaran masuk ekskul yang sudah diatur sekolah masih lama. Tapi, kuota batas minimal anggota ekskul, agar ekskul Klub Diskusi Musik bisa berjalan tahun ini, sudah terpenuhi.

"Aku ga percaya, mereka masuk ke sini gara-gara aku Kal," kata Lydia sambil memperbaiki kunci ekor kudanya.

"Beneran...," kata Kala. "Mereka itu, ngefans kamu Lyd."

"Makanya mereka milih masuk sini, biar bisa ketemu sama kamu terus," lanjut Kala.

"Masa sih?" kata Lydia tidak percaya. "Cewek populer sepertimu emang sering denial ya," goda Kala, sambil tangannya memilah-milah formulir anggota yang ada di hadapannya. "Plis deh Kal, ga usah ngejek," kata Lydia malu. "Cewek geek kayak aku, masak bisa populer sih?"

What ever are you looking for?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang