A winter fairy is melting a snowman

12 7 1
                                    

Yogyakarta, 25 Desember 10.21

Libur tengah semester akhirnya tiba. Walaupun di beberapa mata pelajaran, Kala harus mengikuti ujian perbaikan nilai. Setidaknya saat pembagian rapor, dirinya tidak sampai mendapatkan tugas tambahan. Tugas tambahan yang harus dikerjakan saat liburan semester. Dikarenakan, nilai-nilainya tidak tuntas. Karena berada di bawah standar nilai yang sudah ditetapkan.

Dan hari ini, adalah hari yang sangat tidak biasa untuk Kala. Kala dan teman-temannya, diundang ke rumah Kinan. Hari ini, Kinan yang sedang merayakan hari Natal, mengundang Kala dan teman-temanya, sebagai balasan dua kali diundang ke rumah Lydia, saat mereka membuat acara barbecue.

Kala melajukan motor W175TR miliknya ke arah rumah Lydia. Ini pertama kalinya, Kala mengendarai motor untuk menjemput Lydia. Karena memang, baru kemarin Kala berhasil mendapatkan SIM C.

Saat Kala melewati Jalan Kenari, sebenarnya Kala tak habis pikir, soal bagaimana dia berhasil mendapatkan SIM.

Hal lain yang jadi pikiran Kala siang ini. Selain, Kala masih penasaran kenapa Kinan mencium dirinya. Kinan, sama sekali tidak memberi alasan, kenapa Kinan langsung mencium Kala sebagai kado ulang tahun Kala. Walaupun jujur, dia 'sedikit' menyukai apa yang dilakukan Kinan tersebut.

Dan soal SIM Kala, dia benar-benar tidak yakin kalau SIM yang dia dapatkan itu bukan lewat jalur orang dalam.

Memang, Kala juga ikut tes tertulis dan tes praktik untuk mendapatkan SIM. Dan hanya berselang sekitar 2 jam dia selesai tes. Kala yang ke tempat ujian praktik ditemani oleh ajudan kakeknya, langsung mendapatkan SIM C miliknya.

Tapi Kala mencoba untuk tidak memikirkan hal ini. Yang jelas, sesuai janji kakeknya. Kala akhirnya punya SIM, dan bisa mengendarai motor sendiri. Motor yang dibelikan oleh kakeknya, sebagai hadiah ulang tahun Kala yang ke-17.

2 menit kemudian, Kala sudah sampai di depan rumah Lydia. Kala segera memarkirkan motornya.

"Siang Om...," sapa Kala, saat melihat Papah Lydia yang berada di depan rumah.

"Oh..., Kala toh," balas Papah Lydia. "Kirain siapa, kok ke sini naik motor."

"Princess..., masih siap-siap di kamarnya," lanjutnya. "Mau nunggu di dalam, apa ikut Om main Beyblade?"

"Eh...., itu....," gumam Kala sambil garuk-garuk kepala.

Memang dari Kala datang, dia melihat Papah Lydia dan Pak Yitno sedang beradu Beyblade X, di teras rumah. Terlihat keduanya serius mengadu Beyblade yang mereka pegang.

"Tuh...," kata Papah Lydia sambil menunjuk sebuah kotak berwarna hitam, yang tergeletak di lantai. "Pilih aja, mau make Beyblade yang mana. Om punya banyak di kotak itu," lanjut Papah Lydia. "Apa..., kamu punya Beyblade sendiri Kal? Kalau ada, ayo adu sama punya Om."

Kala makin garuk-garuk kepala mendengar ajakan Papah Lydia.

"Kok malah bengong," tegur Papah Lydia. "Daripada kamu bosen nunggu Lydia dandan..., mending maen Beyblade dulu sama Om."

"Iya kan..., Pak Yitno?" kata Papah Lydia lagi, yang langsung dijawab 'iya' oleh Pak Yitno.

"Hahahaha," tawa Kala. "Saya nonton dulu aja Om."

"Ayo lah...," ajak Papah Lydia. "Gak usah malu-malu."

"Hahahahaha," Kala tertawa lagi. "Om kok tiba-tiba maen Beyblade, ceritanya gimana Om?"

"Ini gara-gara temenmu satu itu," jawab Papah Lydia yang matanya menatap serius ke arah arena Beyblade.

"Temen? Temen Kala yang mana Om?" tanya Kala lagi. "Oh..., jangan bilang..., Om maen Beyblade gara-gara Ed."

What ever are you looking for?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang