TREE CLIMBERS

13 6 0
                                    

Yogyakarta, 11 Februari 16.39

"Do pekok...," protes Ed. "Iya..., aku luwih milih nggo ngobrol wae. Daripada nggarap tugas embuh lah iki." Lanjut Ed, "Mung kok ya..., malah mbahas Bu Kinan. Dasar pemuda-pemuda hormon tidak stabil."

Sore ini, Kala dan Ed berada di rumah Darwis, teman sekelas mereka. Untuk mengerjakan tugas kelompok dari Pak Patrick, guru geografi mereka. Selain mereka bertiga, ada juga teman Kala dan Ed yang bernama Santana, Orfeo dan Caraka yang ikut bergabung sebagai satu kelompok. Semuanya sebenarnya sedang sibuk mengerjakan tugas, tentang mitigasi bencana. Tapi tiba-tiba saja, Orfeo yang terlihat pusing dengan tugas ini, malah membuka bahasan tentang Kinan.

"Kowe ki..., sing ra normal Ed," balas Darwis. "Guru ayu masak diomong ora ayu. Iya gak Kal..., Bu Kinan cantik kan?"

Kala hanya tertawa saat Darwis berkata seperti itu. Walaupun Kala memang mengakui, kalau Kinan itu cantik.

"Ayu apane...," kata Ed. "Kalian semua itu yang logikanya udah rusak." Kata Ed lagi, "Coba pikir ya..., wahai buaya-buaya kelaparan. Kalian bisa pada tertarik sama Bu Kinan ki mung siji..., Bu Kinan isih enom."

"Hormon sange kalian itu..., yang bikin kalian nganggep Bu Kinan, ayu dan menarik buat kalian," lanjut Ed. "Saiki aku takon..., emange kalian ana sing tertarik karo Bu Tatik?"

"Cok, ya gak ngana juga Ed," balas Caraka. "Bu Tatik wis tuwo. Wis gak ayu, umure kayak ibuku."

"Nah gene paham...," ujar Ed. "Kalian semua tuh..., tertarik sama Bu Kinan ya karena Bu Kinan kuwi..., isih enom."

"Ah..., tetep aja kamu gak normal Ed," sanggah Orfeo. "Masak ya gak tertarik sama Bu Kinan."

"Ya kalau saya tidak normal...," balas Ed. "Ya mana mungkin saya bisa pacaran sama Sisil." Ed meluruskan kakinya, lalu menghela napas. "Emange kowe Fe..., mung mang menit dijejeri Bu Kinan wae..., langsung ijin ning toilet."

Yang lainnya termasuk Kala, karena mendengar perkataan Ed langsung tertawa terbahak-bahak. Menertawakan Orfeo yang langsung diam, karena merasa terserang oleh Ed.

"Ngasah pedang kah, Fe?" celetuk Kala yang masih tertawa.

Dan mereka makin menertawai Orfeo, karena celetukan Kala tersebut.

"Hanjir...," kata Santana. "Ini joke terkeren lu, Kal. Gue gak expect..., lu bisa bilang kek gitu. Salut-salut..., ternyata lu bisa ngelawak juga. Marvelous..., marvelous."

"Ra ngana juga," ucap Orfeo. "Aku tiba-tiba mules..., makane aku langsung ijin ning wc."

"Alah Fe...," balas Santana. "Lu ngaku cokil aja..., kita-kita pada paham kok. Just tell us the truth."

Orfeo makin terdiam, saat semua teman-temannya tersebut, mengejek dirinya.

"Hahahaha," tawa Caraka menimpali obrolan mereka. "Balik lagi lah..., mbahas Bu Kinan."

"Hasyu...," protes Ed. "Mbok bahas liyane..., bisa kan?"

"Ah..., gak asik lu," timpal Santana. "I'm bored..., you know. We need to talk something-something spicy. Like..., ngomongin soal Bu Kinan kek gini. Chill lah, Ed..., lu juga suka kan..., ngobrolin soal cewek."

"Suwi-suwi pengen tak dupak raimu," ucap Ed ke Santana. "Wis senengane lalu-lalu..., njuk keminggris." Tambah Ed, "ra cocok karo logatmu sing ngapak banget."

Kala terkekeh-kekeh melihat Ed yang jengkel seperti itu. Dia sendiri merasa risih dengan cara berbicara Santana yang seperti itu.

"Tapi ngomongin Bu Kinan tuh, Ed...," timpal Kala. "Nyenengin loh."

"Astagfirullah...," pekik Ed. "Mulai kumat iki Kala." Ed menepuk jidatnya, setelah berkata seperti itu. "Serah lah kalian mau bahas apaan...," lanjut Ed sambil mengambil hp miliknya. "Susah bener, kalau garangan-garangan kayak kalian tuh..., udah ngumpul."

What ever are you looking for?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang