SADAR akan besarnya bahaya jika berada di depan tangan Agen Z, Larius bergerak secepat yang ia bisa dan mencoba memulai serangan. Kedua tangan yang memegang pedang itu menyilang dan siap mengayun di saat yang tepat.
Akan tetapi, Agen Z juga bukan petarung kemarin sore. Kecepatan hex 4 tingkat akhir itu masih bisa terbaca olehnya. Ketika Larius sudah melompat dan hanya tinggal kurang dari dua meter dari tempatnya berdiri, Agen Z menghentikan laju sang kesatria Yad menggunakan telekinesisnya. Ia mengangkat tangan kanannya di saat yang tepat. Larius bahkan masih belum mendarat dari lompatannya.
"Whoa, whoa, whoa." Agen Z terlihat berusaha keras untuk mempertahankan ketenangannya. "Mengapa terburu-buru begitu, Larius? Tidak bisakah kita mengobrol lebih lama sedikit?"
"Hei," kata Larius. "Tidakkah kau diajarkan untuk tetap awas dengan sekeliling ketika bertarung?"
Agen Z terlambat untuk menoleh. Perangkat logam bundar nan mungil di belakangnya itu terlanjur mengeluarkan aliran listrik ke tubuhnya. Tegangannya tidak tinggi, namun cukup untuk mengejutkan dan menyakitkan hingga berhasil membebaskan Larius dari belenggu telekinesis lawannya.
Kau kira aku dan Yadsruht tidak melakukan persiapan matang begitu tahu kalian sudah menguasai teknologi dari Laryon? Sepak terjangmu akan kutamatkan hari ini juga, Z!
Dengan cepat, Z memaksa tubuh dan pikirannya untuk lekas fokus dari serangan tak terduga itu. Ia berguling ke samping untuk menghindari kedua pedang Larius yang datang kembali bak halilintar.
Agen Z mencoba kekuatan telekinesisnya lagi dengan membuka telapak tangan kanannya untuk mengunci gerakan Larius. Namun, sang kesatria sudah tidak ada di depannya.
Lagi-lagi, Agen Z terlambat. Ia kalah cepat dengan Larius yang sudah menutup duel dengan menyentuhkan bilah tajam kedua pedangnya ke leher Z dari belakang.
"Selesai, Z," ujar Larius.
Meski demikian, Larius membatin, Tidak mungkin semudah ini bertarung dengannya. Terutama setelah ia memiliki kemampuan baru. Ayo, Z, apa lagi trik yang kau sembunyikan?
Seolah mendengar pertanyaan hati Larius, Z mengerahkan kekuatan telekinesisnya ke lantai menggunakan kedua tangan.
Seluruh lantai atap bangunan tempat mereka berpijak itu hancur. Mereka berdua terjatuh ke lantai di bawahnya bersama puing-puing lantai tersebut, dimana sekumpulan makhluk Vigard memenuhi lantai itu.
Meski agak terkejut dengan kejadian tersebut, Larius tetap bisa mendarat dengan cukup baik. Namun debu yang seketika memenuhi ruangan membuatnya kesulitan untuk melihat. Belum lagi ia harus berdesakan dengan makhluk-makhluk Vigard yang kocar-kacir karena reruntuhan lantai di atas mereka. Kebanyakan dari mereka panik dan saling dorong, sisanya tewas terbentur atau terjatuh ke luar melalui celah dinding yang ambruk.
"Yadsruht, buatkan kubah kaca seperti tadi," perintah Larius. "Buat yang lebar agar orang-orang ini bisa terdorong keluar. Syukur-syukur bila Z ikut terdorong juga."
Namun Yadsruht memperingatkan, "Larius, di belakangmu!"
Sang kesatria lekas menoleh dan menemukan puing bangunan besar melayang pasti ke arahnya.
Larius pun memotong bongkahan itu dengan mudah menggunakan kedua pedangnya, dan menemukan sejumlah bongkahan lain yang lebih kecil menyusul dengan kecepatan yang sama untuk melukainya.
Lagi-lagi, Larius mampu terbebas dari serangan itu dengan memotong puing-puing itu menjadi lebih kecil lagi.
Kemampuan yang mengerikan. Andai lawannya prajurit biasa, mungkin Z bisa langsung menang dengan serangan tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Universe
Science FictionBabak ke dua Xade dalam melatih dan membawa Lubang Hitam ke Sanivia. Usai mendapatkan kekuatannya kembali, Vahn sang Lubang Hitam justru mengalami kesulitan baru lantaran perubahan fisiknya yang menimbulkan tanda tanya semua orang. Masalah Xade pun...