TANPA menunggu aba-aba, Yadsendew langsung berubah menjadi mobil kuning begitu mereka keluar dari pintu Istana. Bukan mobil yang lazim Vahn lihat, mobil itu tidak memiliki roda. Xade, Vahn, Yadnom, serta Lind lekas masuk ke dalam. Xade dan Vahn duduk di bangku depan, sedangkan Lind di belakang. Yadnom diam di atas pangkuan Vahn.
Yadsendew yang berbentuk mobil pun mulai melayang dan memelesat cepat melewati pekarangan Istana Sanivia yang luas. Terbangnya tidak tinggi, hanya satu setengah meter dari tanah.
Vahn menengok keluar, dan menemukan beberapa prajurit berzirah hitam berjaga. Namun tidak berdiri tegak dan siaga sebagaimana prajurit seharusnya, mereka semua duduk—bahkan ada yang berbaring telentang.
Jika Vigard menyerang lagi, apa mereka sanggup bertempur melindungi Istana? tanya Vahn dalam hati. Apa semua prajurit di planet ini sudah selelah itu?
Gerbang Depan dibukakan oleh prajurit yang berjaga. Segera setelah meninggalkan Istana, Yadsendew langsung melaju kencang menuju Bungker Timur.
"Berapa jauh sih perjalanan ke sana?" tanya Vahn.
"Sekitar 20 leiv," jawab Xade.
Vahn menghitung-hitung konversi dari leiv ke satuan yang lebih ia pahami. "Seribuan kilometer!?" tanggapnya kaget. "Itu kan lebih jauh daripada perjalanan dari Surabaya ke Banten. Ujung Jawa ke ujung Jawa!"
Xade tergelak seraya geleng-geleng kepala, "Vahn, Vahn. Setelah kau dapat semua kemampuan prajurit Sanivia—stamina itu, kekuatan itu, kecepatan itu—kau masih menganggap 20 leiv itu jauh?"
"Itu karena Vahn belum pernah mencobanya," kata Lind. "Percayalah, Vahn, berlari bahkan lebih dari jarak segitu mau tak mau harus dilakukan siapapun yang terlibat dalam perang, terutama untuk mem-back-up area lain dengan cepat."
"Setelah ini kau coba saja sendiri," ucap Xade tersenyum. "Berlarilah sekuat tenaga, Vahn. Kau akan terkejut dengan jarak yang bisa kau tempuh dengan kekuatanmu yang sekarang."
Vahn mengingat bagaimana dirinya berlari dari Jakarta sampai Bekasi hanya dalam hitungan detik untuk mencegah komplotan Kain Merah beraksi. Ia jadi sadar, waktu itu jangankan lelah, Vahn bahkan serasa tidak melakukan gerakan sama sekali.
Dan meski kini Yadsendew bergerak dalam kecepatan hex 4 membawa mereka semua, Vahn masih dapat memperhatikan semua yang mereka lewati sepanjang perjalanan.
Vahn bisa melihat ribuan jasad makhluk Vigard bergelimang hampir di sepanjang perjalanan. Sebagian dari mereka berubah menjadi abu setelah terbakar dengan sendirinya. Itu merupakan proses alami tubuh makhluk-makhluk Vigard setelah kematian. Sebagian lain dibakar oleh petugas Sanivia berseragam putih menggunakan perangkat yang memiliki slang panjang yang mampu mengeluarkan api dan membakar jasad-jasad yang belum terbakar agar proses pemusnahan semakin cepat. Orang-orang berseragam kuning pun tak kalah sigap membersihkan abu-abu hitam menumpuk yang terlihat hampir sejauh mata memandang. Mereka semua memakai pelindung yang menutupi seluruh wajah.
Pasti untuk menutupi bau yang luar biasa busuk, batin Vahn mengingat saat-saat pertama ia menginjakkan kaki di Sanivia, apalagi mereka sedekat itu dengan tubuh-tubuh mati makhluk Vigard.
Tertangkap juga oleh mata Vahn prajurit-prajurit Sanivia yang digotong oleh petugas-petugas berseragam hijau. Ada yang terluka parah, bahkan ada yang sudah tidak bergerak lagi. Bukan hanya di tempat-tempat yang terlihat oleh mata, prajurit-prajurit berzirah hitam malang itu ditemukan pula di bawah puing-puing besar bangunan yang diangkat menggunakan sejumlah alat berat serupa excavator. Mereka semua digotong oleh para petugas seragam hijau itu ke dalam kendaraan mirip bis yang besar yang arahnya sama dengan yang mereka tuju saat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Universe
Science FictionBabak ke dua Xade dalam melatih dan membawa Lubang Hitam ke Sanivia. Usai mendapatkan kekuatannya kembali, Vahn sang Lubang Hitam justru mengalami kesulitan baru lantaran perubahan fisiknya yang menimbulkan tanda tanya semua orang. Masalah Xade pun...