SIANG itu, SMA Swasta Pancasila mendadak geger begitu kabar tentang tiga siswa dan satu guru ditemukan tak sadarkan diri: Sabrina Yusuf, Andito "Dito" Mahendra, Zimmy "Jimi" Hermawan, dan Mahmud Sucipto. Begitu ditemukan, mereka berempat lekas dibaringkan di kasur-kasur UKS yang untungnya berjumlah lima unit.
Siswa-siswi berdesakan di dalam lorong menuju UKS lantaran penasaran untuk melihat. Mereka saling tolak-menolak dan mengumpat satu sama lain saking membeludaknya sehingga menciptakan kekacauan yang luar biasa.
Bayu ada di antara mereka. Dirinya berdiri di dekat ruang UKS sehinga bisa melihat Pak Tanto melangkah keluar ruangan dengan wajah gusar.
"DIAM SEMUANYA!" pekiknya.
Tidak hanya Bayu, mungkin untuk pertama kalinya pula semua siswa melihat pria berkumis tebal itu bersuara begitu lantang. Hening pun tercipta.
"Apa yang ingin kalian lihat di dalam sini, hah!? Apakah semata hanya ingin melihat guru dan teman-teman kalian tidak sadarkan diri?" Pak Tanto menunjuk ruangan dimana sesosok pria kurus sesenggukan memeluk Sabrina yang terbujur tanpa bergerak sesentipun. "Apa kalian tidak memikirkan perasaan orangtua teman kalian yang sedang berada di dalam sana!? Dimana nurani kalian!?"
Senyap.
Di tengah kesenyapan itu, Bayu melihat melalui jendela Ayah Sabrina menangis sejadi-jadinya. Pria berkemeja cokelat dan celana hitam kain itu duduk sembari memeluk lengan anaknya yang tak kunjung memberi respons di atas ranjang.
Bajunya memang beda. Nggak salah lagi, batin Bayu. Om Yusuf yang tadi memang Dewan Galaksi.
Meski menyayangkan, Bayu paham mengapa Sabrina dan Mahmud bisa sampai terkena 'intervensi' Dewan Galaksi. Namun ia masih bertanya-tanya mengapa Dito dan Jimi bisa sampai ikut terlibat.
"Sekarang saya minta kalian lekas kembali ke kelas masing-masing!" Pak Tanto melanjutkan. "Keberadaan kalian di sini hanya akan membuat semua jadi tambah kacau! TUNGGU APA LAGI!?"
Kerumunan itu pun perlahan berpaling dan mulai meninggalkan lorong UKS. Sayup-sayup Bayu menangkap percakapan-percakapan di sekelilingnya.
"Si Bayu Cupu anak IPS itu juga kabarnya nggak kelihatan dari tadi pagi. Apa dia kenapa-kenapa juga?"
"Bisa jadi. Itu sampe sekarang bokapnya masih nunggu di ruang guru."
"Gilaaaa. Agung Pratama sendiri yang datang kemari coy!"
"Gue nggak kebayang deh rasanya jadi dia... atau jadi bokapnya Sabrina."
Di kerumunan lain, Bayu mendengar:
"Tapi masa' iya sih Pak Karno yang baik itu pengedar obat-obatan terlarang? Lu denger dari siapa?"
"Lu nggak denger kejadiannya? Heboh tau! Jadi tadi pagi segerombol polisi dan BNN datang ke sekolah ini untuk nyari Pak Karno, tapi beliau udah nggak ada. Ada siswa yang denger percakapan antara mereka dengan Pak Tanto, katanya Pak Karno pengedar obat-obatan jenis baru yang bisa berdampak pada kelumpuhan otak."
"Jadi menurut lo mereka yang terbaring di ruangan UKS jadi begitu gara-gara pake obatnya Pak Karno? Dito sama Jimi sih gue nggak heran. Tapi masa' Sabrina dan Pak Mahmud ikutan pake sih?"
"Yaaah, mungkin mereka ga pake langsung. Tapi lu tau kan mereka itu tukang gosip paling parah? Apalagi semenjak Sabrina bikin video tentang Pak Karno yang heboh itu. Orang jadi mikir macem-macem tentang dia. Bisa jadi mereka berdua ikut jadi korban karena Pak Karno yang cekokin obatnya."

KAMU SEDANG MEMBACA
The Universe
Science-FictionBabak ke dua Xade dalam melatih dan membawa Lubang Hitam ke Sanivia. Usai mendapatkan kekuatannya kembali, Vahn sang Lubang Hitam justru mengalami kesulitan baru lantaran perubahan fisiknya yang menimbulkan tanda tanya semua orang. Masalah Xade pun...