KEDUA jemari lembut Friska menggenggam erat tangan Mahmud yang dingin. Friska belai tangan sepupunya itu perlahan, berulang kali, namun Mahmud masih juga enggan membuka mata. Pria itu tetap terbujur tanpa daya di atas ranjang UKS.
Dito sudah dijemput keluarganya sepuluh menit yang lalu. Tak lama kemudian, Jimi pun sama. Sebagaimana Sabrina dan Mahmud, dua anak bengal itu juga masih belum sadarkan diri hingga membuat suasana agak heboh dan histeris pada saat penjemputan.
"Apa benar yang saya dengar, Pak Tanto?" tanya orangtua Dito sebelum meninggalkan ruangan itu. "Apa benar anak saya jadi korban kejahatan guru yang Bapak hire untuk sekolah ini?"
Pak Tanto berdeham. Matanya melirik ke bawah. Kedua tangannya ia masukkan ke dalam saku seraya menjawab, "Semuanya masih dalam penyelidikan, Pak Sunan."
Pak Sunan berkata lagi, "Kalau sampai itu terbukti benar, Bapak akan saya tuntut. SEKOLAH INI AKAN SAYA TUNTUT DAN AKAN SAYA PASTIKAN TUTUP UNTUK SELAMANYA!!"
Pak Tanto hanya bergeming. Ia biarkan pria itu pergi setelah anggota keluarga lain sudah membawa Dito keluar.
Kini, tinggal Mahmud dan Sabrina yang masih terbaring di UKS.
Pak Tanto menghampiri dan perlahan menepuk pundak Friska dari belakang. "Sudah hubungi keluarganya belum?"
Friska mengangguk. "Saya sudah bilang ke mereka kalau sebentar lagi ambulance akan kemari dan membawa Mahmud ke Rumah Sakit Citra Medika. Keluarga Mahmud akan langsung ke sana, Pak."
Pak Tanto mengangguk. "Baik."
Ia lalu bertanya hal serupa ke Ayah Sabrina yang sudah mulai tenang meski matanya sembap. "Ibu sudah dihubungi, Pak Yusuf?"
"Sudah, Pak Tanto. Istri saya akan langsung ke Citra Medika. Dia akan tunggu di sana," jawab pria bernama Yusuf itu.
"Baik." Pak Tanto lalu duduk di sofa dekat pintu masuk. Ia usap wajahnya, kemudian membiarkan tubuh lelahnya bersandar lemas pada sofa empuk tersebut.
"Sudah hampir jam pulang sekolah, Pak," kata Friska. "Pak Tanto nggak siap-siap pulang? Atau ada kerjaan lain, mungkin?"
Pak Tanto menggeleng. "Saya tunggu sampai semuanya dibawa ambulance. Sore atau malam nanti, saya besuk semuanya satu-persatu."
"Nggak apa-apa kok, Pak Tanto," tampik Friska lagi. "Bapak masuk aja. Di sini kan ada Bu Nike dan petugas UKS lain."
Pria berkumis itu menggeleng lagi. "Mana bisa saya pergi begitu saja dan kembali ke ruangan setelah semua ini, Bu Friska. Saya telah membiarkan guru dan siswa saya celaka di atap yang saya pimpin."
Friska menunduk. "Saya nggak nyangka semua malah jadi begini. Saya kira dia orang baik."
"Siapa?" tanya Pak Tanto. "Pak Karno?"
Friska mengangguk pelan.
"Memang dia orang baik, kan? Bu Friska juga pasti tahu," ujar Pak Tanto yakin.
Friska tercenung.
"Pak Karno benar-benar membuat saya percaya bahwa dia sepenuhnya peduli dengan anak-anak muda, terutama sekolah ini. Tidak cuma pada saat interview, tapi juga ketika menjabat sebagai wali kelas. Pak Karno benar-benar menunjukkan kepeduliannya.
"Lihat saja perubahan drastis di kelasnya dalam beberapa hari terakhir. Bayu terpilih jadi perwakilan sekolah untuk ajang perlombaan Asia Tenggara. Empat temannya menjadi jauh lebih tertib. Bahkan guru-guru bilang kelas XII IPA 5 jadi jauh lebih baik berdasarkan nilai-nilai ulangan. Kelas itu jadi lebih termotivasi."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Universe
Наукова фантастикаBabak ke dua Xade dalam melatih dan membawa Lubang Hitam ke Sanivia. Usai mendapatkan kekuatannya kembali, Vahn sang Lubang Hitam justru mengalami kesulitan baru lantaran perubahan fisiknya yang menimbulkan tanda tanya semua orang. Masalah Xade pun...