CHAPTER 37 - THE SPIRIT CARRIES ON

10 5 0
                                    

DREN dan Zet akhirnya keluar dari lorong gelap dan tiba di gerbang keluar. Namun tepat ketika Zet hendak membukanya, Dren berhenti.

"Ada apa?" tanya Zet.

"Lyot," jawab Dren. "Aku ingin bertemu dengannya."

"Untuk apa?" Nada penolakan terdengar jelas dari pertanyaan Zet. "Aku bisa kena masalah membawa orang luar sepertimu hilir mudik terlalu lama di Istana."

"Kenapa?" Dren balas bertanya. "Aku baru saja bertatap muka dengan Pemimpin Tertinggi, bahkan ia sendiri yang mengundang. Apa yang salah bertemu sebentar dengan orang yang derajatnya lebih rendah?"

"Kau ingin bilang apa? Nanti akan kusampaikan pada Lyot," Zet bersikeras.

Dren menggeleng. "Aku hanya meminta satu permintaan itu. Apa sulitnya bagimu untuk mengabulkannya?"

Zet mengerang jengkel. "Lima menit, Dren! Tidak lebih!"

Ia lalu lekas menjauh dari gerbang dan masuk ke lorong gelap sebelah kanan. Dren mengikuti dari belakang dalam diam.

Sebagaimana lorong menuju balairung Reinbak, lorong yang kini dilalui Dren pun sama gelapnya. Benar-benar temaram hingga Dren harus terus melihat ke bawah lantaran khawatir tersandung sesuatu.

Mereka lalu berbelok ke kiri, dimana lorong menjadi buntu dan terdapat tangga bundar menurun di ujung. Pendaran cahaya keluar dari ruangan melalui tangga menurun tersebut.

Dren terus mengikuti Zet yang sudah pasti menuruni tangga logam itu. Mereka tiba di sebuah tempat redup lainnya dimana wanita-wanita tengah sibuk di tungku dan pemanggangnya masing-masing. Setiap tungku dan pemanggang mengeluarkan asap tebal. Dren bisa mencium hidangan daging rebus dan bakar dari tempatnya berdiri.

Wanita-wanita di sisi lain ruangan luas itu tidak kalah sibuk pula. Ada yang tengah mencuci piring, ada pula yang sibuk menyiangi daging-daging dalam potongan besar untuk dimasak.

Ini bukan tempat yang layak baik untuk bekerja maupun hidup, batin Dren. Tempat yang penuh kepulan asap masakan ini hanya memiliki empat jendela kecil di sisi kiri dan kanan ruangan. Penerangannya bahkan hanya sedikit lebih baik dari lorong yang kulalui tadi.

Ia mengepalkan tangan seraya memperhatikan wanita-wanita yang badannya nyaris tidak tertutupi kain itu. Lihatlah, bahkan Reinbak tidak mempertimbangkan kelayakan pakaian kalian. Bagaimana kalian semua masih bertahan hidup di tempat seperti ini!?

"Lyot!" Zet memanggil. Suara beratnya membuat wanita-wanita itu bungkam dengan penuh rasa takut. "Ada Lyot di sini?"

Seorang wanita di ujung ruangan mengangkat tangan.

Bibir Dren spontan membentuk senyuman meski wajah Lyot tidak begitu terlihat lantaran ruangan yang begitu temaram. Namun ia selalu mengenal suara itu.

"Pergilah," kata Zet.

"Kau tidak ingin mengantarku?"

Zet menggeleng. "Setelah menemui Lyot, pergilah ke lantai terbawah. Di sana ada pintu yang langsung membawamu keluar. Keluarlah dari sana dan jangan kembali lagi. Pastikan saja tidak ada yang masuk ketika kau membukanya. Tugasku selesai."

"Pedangku masih di atas."

Zet menggeleng lagi. "Lupakan pedang jelek itu jika kau masih tetap ingin menemui Lyot."

Dren lantas berpaling dan berjalan meninggalkan Zet. "Kalau begitu ambillah. Aku bisa membuat pedang jelek yang baru."

Zet pun lekas kembali menaiki tangga tanpa menoleh ke Dren lagi.

The UniverseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang