LARIUS terbelenggu erat di telekinesis Z tepat seperti yang diperhitungkan. Kesatria Yad berambut perak itu sama sekali tidak bisa menggerakkan apapun bahkan lidahnya.
Kena kau! Z bersorak dalam hati.
Namun, ternyata pedang panjang Larius sudah terlanjur memelesat ke arahnya, hampir bertepatan dengan momen dimana Z mengerahkan telekinesisnya barusan. Cepat, dan mustahil dielakkan.
Kecuali aku melepas telekinesisku. Sial!
Di waktu yang terlalu singkat untuk berpikir itu, Z tetap mempertahankan tangan kanannya ke Larius, sembari menangkap bilah tajam yang hampir menusuk perutnya itu dengan genggaman tangan kiri.
Segera setelahnya, Z tidak bisa merasakan jari-jari di tangan kirinya lagi.
Ia pun mendarat dengan oleng lantaran syok, karena alih-alih menggenggam pedang Larius di tangannya, Z menemukan benda tersebut berdenting di lantai berikut empat batang jari yang berlumur darah. Spontan, Z melihat tangan kirinya dan terkejut menemukan hanya tersisa ibu jari di situ, sisanya hanya empat lubang yang mengucurkan darah segar.
Celaka! Tidak ada waktu untuk terkejut!
Z memaksa diri untuk fokus kembali ke pertempuran, namun orang yang seharusnya terbelenggu oleh telekinesis dari tangan kanannya itu berganti menjadi kerumunan makhluk-makhluk berambut merah yang begitu menyebalkan.
"BERENGSEEEEK!!" Z mengerahkan seluruh kekuatan telekesis yang ia miliki ke sekujur tubuh sehingga mendorong semua yang ada di ruangan itu keluar. Dentuman kekuatan yang beradu dengan semua orang di tempat itu laksana ledakan dari sebuah bom yang besar.
Kerusakan akibat telekinesis Z tidak hanya berhenti sampai di situ. Kekuatan itu turut pula menghancurkan lantai tempatnya berpijak, meledakkan makhluk-makhluk Vigard di bawahnya, dan terus luluhlantak hingga ke lantai dasar.
Z pun terjun bebas dari ketinggian itu.
Apa aku berhasil? pikirnya di tengah kesadaran yang menipis. Apa aku berhasil mendorong jatuh seorang kesatria Yad dengan telekinesisku?
Luapan kekuatan itu, dan darah yang terus mengucur dari tangannya menguras habis energi sang agen. Pandangan matanya semakin menggelap.
Atau jangan-jangan... aku justru melakukan sebuah kebodohan terbesar dalam hidupku? Menggunakan kekuatan yang belum benar-benar kukuasai untuk menghadapi seorang kesatria Yad. Apa benar aku sebodoh itu?
Perlahan, riuh tiupan angin Planet Nadex di telinga Agen Z berganti kericuhan makhluk-makhluk yang paling ia benci. Bau tidak enak badan mereka bahkan sudah tercium.
Dan tiba-tiba saja, kepala dan tubuh Z menerima hentakan yang sangat keras. Seluruh tubuhnya terasa remuk dan hancur.
Ya, ternyata aku memang tidak sepintar yang aku kira....
Mungkin... jika aku tidak berpaling ke Vigard, semua ini tidak akan....
Kemudian, pijakan-pijakan yang kuat di kepalanya adalah hal terakhir yang Agen Z dari Sanivia alami dalam hidupnya.
* * *
DI depan Vahn saat ini, armada Vigard yang berjumlah 'gila' itu porak-poranda. Tak terhitung olehnya puing-puing kapal, monster-monster Ayrus, serta makhluk-makhluk Vigard itu sendiri yang melayang tanpa daya di luar angkasa sementara kapal yang mereka tumpangi hancur menjadi beberapa bagian.
Vahn celingak-celinguk, berusaha menemukan penjelasan atas kekacauan yang memenuhi matanya ini.
Tidak butuh waktu lama bagi Vahn untuk menemukan ratusan makhluk yang ia tidak familier dengan bentuknya berpindah ke sana kemari dengan kecepatan hex 4 yang mengagumkan.

KAMU SEDANG MEMBACA
The Universe
Science FictionBabak ke dua Xade dalam melatih dan membawa Lubang Hitam ke Sanivia. Usai mendapatkan kekuatannya kembali, Vahn sang Lubang Hitam justru mengalami kesulitan baru lantaran perubahan fisiknya yang menimbulkan tanda tanya semua orang. Masalah Xade pun...