CHAPTER 11 - AND THEN A HERO COMES ALONG

32 11 10
                                    

BERUNTUNG Vahn sering main ninja-ninjaan dengan adik laki-lakinya Riko sehingga mampu menutup wajahnya menggunakan sarung bak ninja sungguhan. Tidak ada masalah dengan penyamaran ini, kecuali bau anyir yang membuat Vahn beberapa kali ingin muntah.

Yah, penyamaran seorang superhero memang selalu butuh pengorbanan, yakinnya dalam hati. Ada yang ketat, ada yang ribet, dan kali ini ada yang bau. Jangan gentar, Vahn. Kau bisa melakukan ini.

Maka Vahn pun mengendap dan membuka pintu belakang rumah Aminah dengan perlahan. Ia terus melangkah melewati dapur dan meja makan hingga akhirnya dua orang itu terlihat juga: seorang wanita berdaster yang terduduk lemah sembari sesenggukkan, dan pria kekar bertelanjang dada yang sibuk menengok keadaan di luar. Benar kata warga, orang ini membawa senjata tajam. Golok di tangan Rusdi begitu mengkilap dan terlihat sangat terasah. Satu sabetan di kulit bisa membuat sayatan yang dalam.

Vahn memperhatikan Aminah, dan hanya menemukan lebam di ujung bibir dan pipi kirinya. Ia pun bersyukur sepertinya bilah golok Rusdi masih belum menyentuh wanita berkulit bersih itu. Vahn akhirnya mengerti mengapa warga begitu kukuh ingin menyelematkan wanita itu dari cengkeraman Rusdi. Meski mulai berumur, Aminah merupakan wanita yang cantik. Memang tidak secantik Scarlett Johansson, namun cukup untuk membuat hati pria manapun tertawan.

"Monyet!!" umpat Rusdi, masih menatap ke luar melalui celah gorden. "Mereka kok nggak pergi-pergi sih!?" Intonasinya pun ia naikkan. "WOI!! LO PADA PERGI, NGGAK? GUA KASI WAKTU LIMA MENIT, KALO LO SEMUA MASIH NGGAK CABUT, AMINAH BAKAL GUA MAMPUSIN!!"

Gertakan Rusdi disambut raungan amarah warga di luar sana. Kendati demikian, tak satu pun dari mereka yang bergerak padahal berjumlah jauh lebih banyak.

Aminah kian tersedan.

"Udeh, lu diem!" hardik Rusdi ke perempuan itu. "Abis mereka pergi, lu ama gua langsung ke kamar."

Vahn pun masuk. "Kalian nggak akan kemana-mana."

Rusdi dan Aminah menoleh.

Vahn berhenti, berdiri tegak, berkacak pinggang, lalu sembari menunjuk Rusdi, ia mencoba bersuara sewibawa mungkin, "Kamu pergi sekarang. Tinggalkan wanita ini sendiri."

Rusdi pun nyaris tertawa. "Lu siapa? Supermen? Tiba-tiba nongol dari belakang." Pria kekar itu lalu beralih ke Aminah sembari menghunus goloknya. "Lu pelihara bocah!?"

"Nggak! Nggak!!" jawab Aminah histeris sembari menatap bilah golok itu dengan ngeri. "Gua nggak tau siapa dia."

"Jangan lakukan itu!" Vahn memperingatkan. "Kalau kamu tidak mau menyesal, serahkan golok itu sekarang."

"Kenapa sih ngomong lo kaya' anak idiot begitu?" Kini golok teracung ke Vahn. "Sekarang gua bukain pintu, trus lo cabut dari sini. Sekalian lo bawa juga orang-orang kampung di luar sana!"

"Kalau tidak, kamu mau apa?" giliran Vahn yang mengancam menggunakan golok Rusdi.

Rusdi yang terperanjat lantaran golok andalannya berpindah tangan sontak mundur hingga nyaris jatuh tersandung kaki kursi. "Kap... kapan...," ia tergagap, "kapan lu ambil golok gua!?"

Dengan tinjunya, Vahn hancurkan bilah golok tersebut. Gagang kayu yang sudah tidak berguna itu pun ia buang. "Menyerahlah, Rusdi. Polisi sedang dalam perjalanan kemari."

Betapa berangnya Rusdi melihat golok kesayanganya menjadi serpihan tak berguna. Gelap mata, ia pun maju. "KAMPRET LOOOOO!" Ia mendorong Vahn sekuat tenaga.

The UniverseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang