The Universe

CHAPTER 3 - FRAGILE

WIRDEN Dleir kritis. Racun dari para agen yang dicampur ke dalam minumannya melalui Pell si pelayan ternyata cukup ampuh untuk melemahkan orang yang dianggap tidak memiliki kekurangan itu. Dan Wilck Fraht adalah yang paling merasa bersalah atas kejadian tersebut. Ia sama sekali tak menduga ekstrak biji hitam yang begitu digilai Wirden dapat digunakan sebagai celah oleh musuh untuk mencelakainya. Karenanya, kini Sanivia semakin rentan tanpa kehadiran Wirden sebagai Pemimpin Tertinggi.

Keesokan hari setelah Wirden diracuni, rapat antar dewan pun digelar untuk menunjuk wakil yang mampu menggantikan Wirden sebagai Pemimpin Tertinggi Sanivia selama ia dalam masa kritis. Sebagai orang terdekat sekaligus penasihat yang selalu didengar Wirden, Wilck Fraht pun dengan mudah ditunjuk sebagai wakil tersebut. Semua dewan sepakat. Wilck pun menerimanya dengan penuh rasa tanggung jawab.

Serahkan semua kepadaku, kawan, tekad Wilck dalam hati setelah penunjukannya. Semoga aku bisa sekuat dirimu dalam memimpin Sanivia.

Beberapa jam setelahnya, Wilck dapat panggilan dari Lind Dleir, istri Wirden untuk menemuinya di istana. Rasanya sudah lama Wilck tidak bertemu dengan wanita itu. Mantan prajurit wanita yang dulu cukup berani mendekati Wirden muda yang tegas dan kaku. Orang yang cukup percaya diri dengan kecantikannya sehingga berani mendekati dan memenangkan hati Wirden yang waktu itu menduduki posisi jenderal di usia yang muda. Situasi yang kian memanas ditambah berbagai kesibukan lain membuat Wilck dan Lind jarang bertemu.

Lind adalah sosok yang pintar, sigap, berkeyakinan teguh, serta tegas dan lugas seperti suaminya. Namun Wilck merasa wanita itu kian melunak semenjak menikah, apalagi setelah dikaruniai dua anak. Kepribadian keras khas prajuritnya berangsur berganti menjadi keanggunan sebagaimana layaknya istri seorang pejabat pemerintahan. Wilck menyadari betul perubahan Lind dari prajurit yang tangguh menjadi pribadi yang lembut seperti sekarang.

Wirden sedang lemah, dan Xade belum kunjung kembali. Wilck dapat membayangkan betapa khawatir dan risaunya seorang Lind saat ini. Mungkin saat ini ia butuh kepastian dari Wilck apakah semuanya akan baik-baik saja. Wilck harus bisa meredakan kekhawatiran Lind. Itu satu-satunya hal yang dibutuhkan wanita rapuh itu saat ini.

Wilck hampir tiba di istana. Dari jauh, ia dapat melihat bangunan megah berwarna putih itu masih berdiri tegak dan indah meski ada beberapa bagian yang hancur. Warna putihnya terlihat amat terang seolah bercahaya sehingga Wilck dapat mengabaikan noda-noda hitam akibat ledakan yang pernah menimpanya. Wilck bersyukur bangunan tempat bernaungnya para pemimpin tertinggi dari generasi ke generasi itu masih utuh dan terawat meski Vigard tak henti menyerang. Bola-bola penerang pun masih berfungsi dengan cukup baik. Untunglah Istana Sanivia masih punya nyawa meski terluka, yang berarti planetnya pun demikian.

Petugas keamanan istana yang berjaga di gerbang tetap menjalankan Protokol Keamanan Masuk Istana meski mereka tahu itu mobil seorang dewan. Mobil dipindai, barang bawaan diperiksa, dan Wilck beserta sopir digeledah. Setelah melalui itu semua dan diperbolehkan masuk, Wilck yang mengenakan jubah putih-emas dewannya pun turun dari mobil dan langsung menaiki tangga menuju pintu masuk. Di sana, dua prajurit khusus istana menyambutnya dengan penuh hormat. Wilck membalas mereka berdua dengan mengangkat tangan sembari terus maju.

"Ibu Pemimpin sudah menunggu Anda di ruang tamu," kata petugas istana yang menyambut Wilck di lobi utama. Kendati ada lubang besar di atap lobi akibat serangan Vigard, ruang luas yang didominasi warna putih itu masih terlihat sangat indah dan terasa teduh. Wilck merasa terlindungi berada di bangunan itu. Mungkin karena simbol naga berperisai yang terpampang di dinding lobi yang besar itu masih utuh dan belum rusak setitik pun. Simbol penguasa Sanivia, yang mana naga mewakili kekuatan dan perisai mewakili tekad untuk melindungi. Dua syarat utama agar seseorang dapat menjadi pemimpin tertinggi.