CHAPTER 6 - NOW I'M BACK ON MY FEET

32 11 0
                                    

XADE mengakhiri pelajaran Fisika-nya di kelas XII IPA 5 tepat ketika bel pulang berbunyi. "Sekian untuk hari ini, anak-anak. Jangan lupa kerjakan tugas yang saya berikan di halaman 65. Besok pagi kita akan bahas tugas tersebut, lalu lanjut ke Induksi Elektromagnetik. Terima kasih untuk hari ini, hati-hati di jalan."

Para siswa pun beranjak dari kursi mereka dan meninggalkan kelas dengan cepat.

"Terima kasih untuk tadi pagi ya, Pak." Xade dikagetkan dengan kemunculan Sabrina ketika ia sibuk merapikan buku-bukunya. "Kalo Bapak nggak nolongin saya, mungkin kepala saya udah pecah."

"Lebay kamu! Kepeleset gitu doang kepala mana bisa pecah," sahut Xade acuh tak acuh. "Apalagi kepala kamu yang sekeras batu."

"Yaaah, at least saya nggak perlu merasakan sakit karena terjatuh. Anyway, Bapak hebat juga lho."

"Hebat apanya?"

"Bisa lari secepat tadi pagi tanpa terpeleset sama sekali," jawab Sabrina. "Padahal lantai koridor becek dimana-mana gara-gara atap bocor. Saya yang hanya jalan cepat aja bisa terpeleset."

"Itu karena saya nggak melamun seperti kamu," sahut Xade. "Udah ah, saya mau keluar. Kamu hati-hati di jalan—"

"Tiga puluh lima meter," tukas Sabrina. "Kurang-lebih segitu jarak saya dan Bapak tadi pagi ketika saya terpeleset. Bapak berlari dengan teknik apa sehingga bisa menempuh jarak segitu dalam satu detik?"

"Kamu ngomong apa sih? Saya persis di belakang kamu ketika kamu terjatuh."

Sabrina menggeleng. "I saw you, Pak. Saya sempat menoleh untuk melihat Bapak sebelum saya terpeleset."

Xade mendekatkan wajahnya ke Sabrina. "Are you interrogating me, Sabrina?"

Seseorang tiba-tiba datang menghampiri. "Luar biasa, Pak Karno!" seru Rahmadi Prasetyo antusias. "Cara Bapak mengajar barusan benar-benar membuat saya lebih mudah memahami Hukum Gauss. Terus terang saya sangat terbantu, Pak."

"Kamu mah memang udah pinter dari sananya. Tuh Sab, belajar sana sama Rahmadi! Latihan kamu hari ini aja masih banyak yang salah."

"Yaaa... tapi tadi kan lumayan banyak juga soal yang bisa saya jawab," Sabrina membela diri. "Saya lumayan pinteran kok sejak Pak Karno datang."

Xade menggeleng tegas. "Rahmadi, bawa Sabrina pulang sekarang. Sekalian ajari dia tentang Hukum Gauss seperti yang saya ajarkan tadi."

"Siaaap!" jawab Rahmadi semangat. Ia pun lekas mendorong Sabrina. "Ayo cabut, Sab. Tumben amat hari ini lo keluar belakangan." Rahmadi lalu menoleh lagi. "Pak Karno."

"Ya?"

"Saya mengajukan diri untuk ikut Lomba Matematika-IPA se-Asia Tenggara yang heboh itu. Doakan saya lulus tes oleh Kepala Sekolah ya, Pak."

Xade mengacungkan jempol. "Kamu pasti bisa, Rahmadi."

Mereka berdua pun enyah dari kelas. Sudah tidak ada siapapun di kelas itu melainkan Xade dan....

"Jadi apa rencana hari ini?" Bayu mendekat. "Latihan?"

Xade tersenyum. "Aneh rasanya nggak latihan sama kamu."

Bayu mengangguk. "Gue juga ngerasa aneh. Minggu lalu tekad gue udah bulat buat ninggalin Bumi, tau-tau nggak jadi karena lo salah orang. Tiba-tiba semua kembali menjadi normal bagi gue. Untung lo mastiin semuanya di sini, Xade. Nggak kebayang kalo gue langsung ikut lo ke Sanivia sana. Bakal jadi apa gue?"

The UniverseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang