XADE dan Yadsendew meninggalkan sekolah dan mengikuti Mei hingga tiba di atap sebuah gedung kosong yang proses konstruksinya terbengkalai. Benar-benar tidak ada siapapun di situ kecuali mereka, Yadsendew juga ikut memastikan.
Mei menatap perban yang masih terbalut di lengan kiri Xade. "Apa itu luka karena melawan Vigard beberapa hari yang lalu? Masih belum pulih?"
"Sudah kering, tapi bekas lukanya masih terlihat mencolok. Maka aku memutuskan untuk menutupnya dengan perban."
"Mengapa tidak memakai baju lengan panjang?"
"Tempatku menyamar mengharuskanku memakai batik berlengan pendek ini."
Mei tidak menyahut lagi. Ia mendekat ke Xade dengan ekspresi datar. Lalu tanpa berkata sepatah kata pun, Mei keluarkan smartphone-nya dan memperlihatkan video yang diunggah Sabrina ke Xade.
"Aku sudah menontonnya," tanggap Xade singkat.
"Pak Karno yang dimaksud di video itu benar dirimu?"
"Anda bisa lihat sendiri di foto yang anak ini tampilkan di layar."
"Dia manusia Bumi yang rutin berada di lokasi misimu?" tanya Mei lagi.
"Dia adalah siswi SMA Swasta Pancasila," Xade mengoreksi. "Namanya Sabrina."
"Kejadian koridor sekolah yang si Sabrina ini bicarakan, apa itu benar?"
Xade menelan liur, lalu mengangguk kecil. "Kejadiannya persis seperti yang ia ceritakan."
Gigi Mei terkatup. Urat dahinya timbul. "Tentang gudang belakang sekolah? Itu benar juga?"
"Itu adalah tempat latihanku bersama Lubang Hitam. Gudang itu hancur karena kekuatannya."
"Berarti anak yang perubahan fisiknya mendadak yang dimaksud di video ini adalah Lubang Hitam?"
Xade mengangguk.
Mata Mei menajam. "Bagaimana seorang kesatria Yad bisa bertindak setolol ini, Xade Dleir? Mengapa kau harus bersusah payah menolong anak itu di koridor?"
"Lalu aku harus bagaimana, Ibu Dewan? Membiarkan Sabrina jatuh dan terluka di koridor itu?"
"Biarkan ia terluka," jawab Mei. "Biarkan kepalanya pecah, bila perlu. Itu bukan urusan kita!"
"Bukan jawaban yang kuharap keluar dari mulut seorang dewan yang terhormat."
"Tapi andai kau melakukan seperti yang kukatakan, masalah tidak akan jadi sepelik ini. Tidakkah kau tahu penonton anak itu banyak, Dleir!? Dan sekarang ratusan orang sudah tahu ada 'sesuatu' tentang dirimu! Dan kau," Mei beralih ke Yadsendew. "Harusnya kau tahu lebih baik. Harusnya kau tidak membiarkan penggunamu bertindak sembrono."
Yadsendew menjawab, "Xade hanya melakukan apa yang seharusnya ia lakukan sebagai seorang manusia yang baik, Ibu Dewan. Itu yang membuatku memilihnya sebagai pengguna sejak awal, kan? Dan jika sudah kutunjuk sebagai pengguna, maka aku tidak berhak mempertanyakan tindakan yang Xade lakukan selama itu tidak melanggar norma."
"Sekalipun itu berakibat sefatal ini?"
"Tidak ada yang menyangka peristiwa itu bisa bermuara ke kejadian ini," balas sang robot kuning.
Namun Xade menimpali. "Kalaupun aku tahu kejadiannya akan begini, aku tetap akan menyelamatkan Sabrina."
"Oh, Xade...." gerutu Yadsendew.

KAMU SEDANG MEMBACA
The Universe
Science FictionBabak ke dua Xade dalam melatih dan membawa Lubang Hitam ke Sanivia. Usai mendapatkan kekuatannya kembali, Vahn sang Lubang Hitam justru mengalami kesulitan baru lantaran perubahan fisiknya yang menimbulkan tanda tanya semua orang. Masalah Xade pun...