YADSENDEW yang kini berwujud pesawat kecil mendarat perlahan di atas hamparan pasir putih yang lembut. Ia lalu membukakan pintu keluar untuk Xade dan Vahn. Mata keduanya langsung terbelalak melihat gelombang kecil air berwarna biru menggulung di bibir daratan. Tidak seperti di Jakarta, cuaca di sana terik. Namun bunyi kicauan burung dan desiran ombak mungil di hadapan mereka mampu menyejukkan.
Xade hanya bisa pangling dengan mulut menganga menyaksikan semua itu di depan matanya.
"Xade dan Yadsendew," ujar Vahn layaknya pemandu wisata profesional, "selamat datang di pulau Lombok."
"Wow," ucap Xade penuh rasa kagum. "Aku tahu Bumi memiliki pantai. Bahkan aku sering melihatnya di gambar-gambar. Aku selalu tahu semua pantai itu indah. Tapi...." Ia melangkah ke tepi, dimana air laut nyaris menyentuh sepatu kulitnya. "... aku tak menyangka mengetahui dan merasakan bisa terasa seberbeda ini. Ini semua benar-benar indah melampaui dugaan. Tak kalah dengan langit biru di atas sana. Aah, aku akan sangat merindukan ini."
"Apa kubilang," ujar Vahn nyaris congkak. "Aku dan keluarga sering berlibur ke pulau ini. Sangat sering sampai aku hafal setiap sudut Lombok. Dan tidak perlu khawatir, ini adalah salah satu tempat yang jarang didatangi pengunjung. Kalaupun ada yang lewat, paling hanya warga setempat yang jumlahnya pun tidak terlalu banyak."
"Vahn benar," kata Yadsendew. "Tidak kutemukan kehadiran satu manusia pun di sekitar sini. Pemukiman warga juga cukup jauh. Kurasa kita aman untuk melanjutkan latihan di sini, Xade."
Xade memastikan lagi dengan melihat sekeliling. Tidak terlihat sedikitpun olehnya tanda-tanda manusia. Tidak ada jejak kaki, tidak ada suara, bahkan satu gubuk pun tidak ada di situ. Sejauh mata memandang, hanya hamparan pasir putih dan tebing tak berujung yang terlihat. Sedalam ia merasakan, hanya bau air laut dan bunyi desirannya yang Xade dapatkan. Ia pun mengangguk. "Baiklah. Terima kasih sudah membawa kami kemari, Vahn. Ngomong-ngomong, kamu tahu kan kita akan menghabiskan cukup banyak waktu untuk latihan? Mungkin sampai malam. Orangtuamu tidak apa-apa?"
"Aku sudah minta izin untuk pulang lama karena kubilang aku ingin ikut les tambahan," jawab Vahn. "Sopirku juga sudah kuingatkan untuk tidak menjemputku. Yaah, mungkin paling tidak jam 8 malam aku sudah harus di rumah agar mereka tidak curiga, Xade."
"Tidak masalah bagiku." Raut Xade berubah serius. "Nah, hari ini perubahan apa lagi yang kamu rasakan selain perubahan postur tubuh?"
Vahn tersenyum. Ia lalu menghilang dari tempatnya berdiri, kemudian muncul di atas tebing. Dari tebing yang tinggi itu, ia kembali lagi ke hadapan Xade dalam hitungan detik. "Sejak segel kekuatanku dilepas, tidak hanya minusku hilang, penglihatan mataku juga menajam bersama naluriku. Aku bisa melihat benda-benda yang bergerak cepat dengan jelas, dan yang lebih mengejutkan... aku bisa bergerak lebih cepat dari semua benda itu. Aku bahkan mampu menangkap lalat yang cepat dan kadang tak terlihat hanya dengan dua jari."
Xade tiba-tiba maju, kemudian melayangkan tinju ke wajah Vahn. Vahn mampu menangkapnya dengan mantap. Xade lalu bergerak lebih cepat dan hendak menyerang perut, itupun masih bisa ditahan Vahn di detik yang tepat. Hingga akhirnya Xade bergerak dengan kecepatan yang sama sekali tidak bisa Vahn ikuti. Tahu-tahu, genggaman tangan Xade berhenti persis di depan mata Vahn. Energi tinju itu begitu terasa sampai membuat Vahn kesulitan menelan liur.
Xade tersenyum. "Kau sudah bisa bergerak dengan kecepatan hex 3. Instingmu juga lumayan."
"Perkembangan yang bagus," tanggap Yadsendew.
"Hex 3?"
"Hex adalah istilah yang digunakan di Higes sana untuk mengukur kecepatan gerak suatu makhluk. Rata-rata penduduk galaksi Higes mampu bergerak dengan baik menggunakan hex 3, seperti yang kamu lakukan barusan."

KAMU SEDANG MEMBACA
The Universe
Science FictionBabak ke dua Xade dalam melatih dan membawa Lubang Hitam ke Sanivia. Usai mendapatkan kekuatannya kembali, Vahn sang Lubang Hitam justru mengalami kesulitan baru lantaran perubahan fisiknya yang menimbulkan tanda tanya semua orang. Masalah Xade pun...