DI takhta batunya, Reinbak duduk dengan teramat tenang. Ia bersandar dan memejamkan mata, berusaha menikmati tempat favoritnya meski sandarannya tegak lurus dan keras. Pria Vigard ratusan tahun itu mencoba pula mengabaikan riuh gemuruh orang-orang di bawah sana yang semakin hari ia rasakan semakin berisik.
Kedua prajuritnya masih siaga berdiri tegak nan diam di dekat anak tangga di bawah takhtanya, masih dengan zirah dan pedang yang siap mereka hunus kapanpun.
Terlepas dari suara jutaan orang di luar yang terdengar melalui jendela besar di sisi kiri dan kanan ruangan, balairung itu sebenarnya amatlah sepi. Baik Reinbak maupun kedua prajurit tidak pernah ada yang bersuara jika tidak ada orang lain yang masuk ke sana.
Hingga akhirnya, sang Pemimpin Tertinggi Vigard meledakkan lantai di tengah balairung dengan tembakan energi dari tangannya. Bahkan dua prajuritnya sampai terperanjat dan spontan menghunuskan pedang mereka begitu keheningan itu pecah, siaga sembari mencari tahu apa yang sedang terjadi di balairung yang tidak ada siapapun melainkan mereka bertiga.
Kemudian, suara laki-laki terdengar begitu jelas di hadapan ketiganya meski tidak ada siapapun di sana. "Ternyata memang tidak ada yang bisa bersembunyi darimu, Yang Mulia Reinbak."
Sosok tak kasat mata itu akhirnya menampakkan wujudnya: seorang pria jangkung dengan rambut pendek abu-abu. Agen Z muncul begitu saja di tengah ketiadaan dan mengagetkan kedua prajurit Reinbak.
Reinbak tetap bergeming di takhtanya seraya membalas, "Aku bahkan tidak perlu repot-repot mengerahkan kemampuanku jika kekejian dan kelicikan terpancar dengan begitu jelas dari pikiranmu." Ia menatap pakaian biru gelap yang dikenakan Agen Z. "Kemampuan yang kau peroleh dari bajumu yang ketat itu tidak ada pengaruhnya terhadapku."
Z tertawa kecil seraya menepuk dahi. "Kekejian dan kelicikan," ulangnya. "Lihat siapa yang bicara."
"Berhenti basa-basi di hadapanku, Z," tukas Reinbak. "Mau apa kau kemari?"
Z justru balik bertanya, "Mengapa kedatanganku selalu tak diinginkan di ruangan ini?" Pria tinggi nan berotot itu tetap tenang meski Reinbak menatapnya tajam dari atas sana. "Bukankah aku sedikit-banyak sudah membuat Vigard berada di atas angin sekarang? Membocorkan rahasia aliansi Sanivia dengan Dune dan Artas, mengadu domba sesama prajurit Sanivia, memberitahu siasat Wirden Dleir untuk menggunakan kekuatan pengendali Lubang Hitam, bahkan aku sampai melumpuhkannya yang merupakan orang terkuat segalaksi. Dan yang terakhir: menghadiahimu Karyn Dleir, putri semata wayang Wirden dan Lind Dleir yang kini menjadi mainanmu."
Reinbak tidak merespon. Tatapan kebenciannya tetap tidak berubah.
Z bertanya lagi, "Apa ternyata itu masih belum cukup? Aku pun menginginkan Sanivia lekas mengajukan gencata senjata dan tunduk pada kita setelah semua itu. Aku tidak ingin melihat planet itu cedera lebih parah dari ini. Lagi pula, bukan salahku jika sampai saat ini Lind Dleir masih belum mencoba untuk berdamai demi putrinya dan memilih untuk terus bertahan. Terus terang, itu di luar dugaanku. Aku tidak menyangka wanita itu bisa setegar ini."
Reinbak masih menunjukkan ketidaktertarikannya. Alih-alih, ia berkata dengan dingin, "Beri aku satu alasan bagus mengapa aku masih membutuhkanmu saat ini."
Z mengedikkan bahu. "Kita punya kesepakatan, kau ingat? Aku membantumu mengalahkan Wirden dan yang lain, lalu kau akan menyerahkan Sanivia padaku. Aku bahkan berjanji tidak akan mengintervensi jika kau ingin menaklukkan galaksi, selama kau biarkan Sanivia yang sudah berada dalam kekuasaanku. Kita sepakat untuk bekerjasama sampai tujuan kita terwujud. Apa itu tidak berarti bagimu?"
Reinbak menghunuskan senjata tongkat sabitnya yang tiba-tiba saja ada di tangan kanannya. "Aku ubah pertanyaanku," katanya. "Beri aku satu alasan mengapa aku tidak perlu memenggal kepalamu saat ini juga?"

KAMU SEDANG MEMBACA
The Universe
Science FictionBabak ke dua Xade dalam melatih dan membawa Lubang Hitam ke Sanivia. Usai mendapatkan kekuatannya kembali, Vahn sang Lubang Hitam justru mengalami kesulitan baru lantaran perubahan fisiknya yang menimbulkan tanda tanya semua orang. Masalah Xade pun...