LEDAKAN armada udara Vigard di tengah kota terlihat sampai Istana. Selama beberapa saat, kepekatan langit kota Gahand berganti menjadi kemerahan. Ledakan itu amatlah besar hingga getarannya terasa sampai ke tanah tempat Marx dan ribuan prajurit penjaga Istana berpijak.
"Whoa!"
"Tuan Gonomid memang hebat," puja dan puji para prajurit terhadap Kleon menusuk telinga Marx.
Kesatria Yad tertampan itu pun hanya bisa tersenyum. "Dasar tukang pamer."
"Marx," kata Yadrutas, "mereka datang."
"Tuan Pyarev!" seorang prajurit menghampiri. "Kami dapat kabar dari tengah kota bahwa prajurit Vigard datang bersama hewan-hewan besar dari planet Ayrus!"
Marx menghela napas. "Akhirnya mereka kerahkan kekuatan dari planet lain yang telah mereka kuasai."
Bunyi gemuruh kian mendekat.
"Satu hal lagi," prajurit itu meneruskan.
Namun belum sempat sang prajurit menyelesaikan kalimatnya, lehernya ditembus sebilah pedang yang seolah muncul begitu saja di udara. Makhluk Vigard yang menggenggam pedang itu pun mencabut bilah tersebut dari sang prajurit dan membiarkannya terkulai tak bernyawa.
Berikutnya, giliran tombak Yadrutas milik Marx yang tertancap ke leher makhluk Vigard itu. Sesaat, tubuhnya tak kasat mata. Namun ia terlihat kembali dengan wajah yang jauh lebih memilukan. Marx pun menamatkan riwayatnya dengan menembakkan bola energi ke kepala makhluk itu.
"Muncul dari mana prajurit Vigard itu?" tanya Yadrutas.
Marx pun memperhatikan sekeliling dan menemukan makhluk Vigard berkemampuan serupa muncul tiba-tiba dan menyerang kubu Sanivia. "Ini kemampuan bio planet Laryon," terka Marx. "Sial, mereka muncul dengan kekuatan dua planet lain di saat kekuatan kita sendiri sedang tidak lengkap."
Marx bergerak secepat yang ia bisa untuk membantu para prajurit. "Hati-hati, semuanya!" pekiknya sembari menumpas makhluk-makhluk Vigard berkemampuan teleport itu dengan tombaknya. "Mereka punya kemampuan-kemampuan baru! Pastikan kalian dapat membaca kemampuan itu dan mengalahkan mereka dengan langkah yang tepat!"
Marx dan prajurit-prajurit bertempur dan berkoordinasi dengan baik sehingga makhluk-makhluk Vigard berkemampuan itu dapat teratasi dengan cepat.
Gemuruh semakin terdengar. Terlihat di hadapan para prajurit Sanivia: ribuan prajurit Vigard dan ratusan monster besar yang melaju pasti ke Istana. Armada udara Sanivia sudah menembak dari tadi namun sepertinya tidak begitu membuahkan hasil. Pasukan musuh terlalu banyak. Mereka tetap mendekat dengan hewan-hewan mereka dengan jumlah yang mengerikan seolah tidak berkurang satu jiwa pun.
Marx memberi perintah, "Yadrutas, buat meriam besar sebanyak yang kau bisa agar kita bisa menembaki mereka dengan kekuatan yang besar tanpa menguras banyak tenaga."
Detik berikutnya, deretan meriam muncul di sepanjang Istana, siap menembak.
"TEMBAK MEREKA DENGAN MERIAM ITU! SEKARANG!" Marx menggaungkan perintahnya.
Tanpa menunggu lagi, para prajurit pun lekas menggunakan puluhan meriam itu. Tembakan demi tembakan terlontar dan ledakan hebat terjadi di kubu musuh.
"JANGAN LUPA DI UDARA JUGA ADA ARMADA MUSUH DAN MONSTER-MONSTER BERSAYAP! TEMBAK MEREKA SEMUA!"
Ledakan membahana di darat dan udara kota Gahand hingga Marx harus memicingkan mata akibat panas dan silau yang dihasilkan dari ledakan-ledakan besar itu. Namun ia masih menggeleng. "Belum cukup," katanya. "Yadrutas, kita perlu meriam yang lebih besar."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Universe
Ciencia FicciónBabak ke dua Xade dalam melatih dan membawa Lubang Hitam ke Sanivia. Usai mendapatkan kekuatannya kembali, Vahn sang Lubang Hitam justru mengalami kesulitan baru lantaran perubahan fisiknya yang menimbulkan tanda tanya semua orang. Masalah Xade pun...