700+ silent readers, ngeri juga. Gapapa sih, asal ga komen naxt next naxt next bikin sakit mata.
Ya pokoknya selamat membaca (^▽^)
.
.
.•••
Adelia menggigit bibirnya yang gemetar sambil menatap sosok yang menjulang tinggi di belakangnya.
"P-Papi." panggilnya tersendat-sendat, Adelia menggeleng ketakutan "A-Adel nggak bermaksud m-masuk ke sini."
Walaupun bilang begitu, tatapan tajam dari sang Ayah tidak juga berubah.
Dengan suara berat, Alderian berkata "Bukankah saya sudah melarang kamu untuk masuk ke sini, Adelia?"
Adelia berusaha keras menahan ketakutannya sendiri. "M-Maaf, Papi."
Alderian tidak menjawab, pria itu berbalik menuju tembok yang ada di samping pintu. Adelia pikir Ayahnya akan memukul tembok untuk menyalurkan emosinya, tapi tidak. Alderian tampak menekan sesuatu di sana dan suara alarm berbunyi.
Adelia menutup kupingnya, rasanya seperti Mansion itu di penuhi oleh ribuan mobil ambulance.
Hanya 3 menit setelah alarm itu berbunyi, Adelia melihat banyak orang berdatangan. Semuanya menatap Adelia yang masih duduk di lantai dengan syok.
Bahkan Darren yang baru datang juga ikut mematung di depan pintu.
"Nona." gumam Emma cemas, ingin sekali dia berlari masuk untuk memeluk Adelia tapi melihat situasi sekarang, dia hanya bisa berdiri di depan pintu masuk dengan ekspresi tidak berdaya.
Darren adalah orang pertama yang berani melangkah masuk ke dalam ruangan itu, dia menghampiri Adelia dan berjongkok di hadapannya.
Mata pemuda itu melirik ke arah bingkai foto, ada kejutan di wajahnya sebelum kembali menatap Adelia.
"Bawa dia pergi sekarang." gumam Alderian membuat suasana benar-benar hening.
"P-Papi." Adelia berusaha berdiri untuk menggapai tangan Alderian yang berdiri membelakanginya.
"SAYA BILANG BAWA DIA KELUAR!"
DEG.
Tangan Adelia terhenti di udara, hatinya tertohok mendengar suara keras itu. Tanpa disadari airmatanya mulai mengalir, Adelia menarik tangannya perlahan memegang dadanya yang berdenyut sakit.
"Adel, ikut kakak ya?" bisik Darren pelan.
Adelia menggigit bibirnya semakin kuat untuk menahan diri agar tidak mengeluarkan isakan. Dia meraih tangan Darren yang membantunya berdiri.
Tapi begitu berdiri rasanya Adelia ingin jatuh kembali, kakinya terasa seperti jelly. Mengerti bahwa adiknya itu masih syok, Darren berbalik badan berjongkok dihadapan Adelia.
"Biar kakak gendong." ucap Darren
Adelia menatap punggung itu dengan nanar, pelan-pelan dia bersandar di sana, memeluk leher Darren dengan erat sambil menyembunyikan wajahnya.
Darren mengangkatnya dan mulai berjalan keluar. Adelia menyempatkan diri melirik ke arah Ayahnya, Alderian masih berdiri di sana tanpa berniat menatapnya sedikit pun.
"Jangan khawatir, Ayah bukan marah sama Adel kok." kata-kata Darren sama sekali tidak menenangkannya.
Adelia tau itu hanya kata-kata penenang untuk anak kecil. Tapi Adelia bukan anak kecil, dia tau bahwa tindakannya tadi sudah membuat Alderian marah besar bahkan tak menutup kemungkinan bisa membencinya seperti awal mereka bertemu.
KAMU SEDANG MEMBACA
REBIRTH : ADELIA [AGRIENT STORY KE-2]
Fantasy[SEQUEL OF ALDANA] 3 kali mengulang kehidupan membuat Adelia tidak bisa mempercayai siapapun kecuali dirinya sendiri. Dikehidupan pertamanya, Adelia dibenci oleh keluarganya sendiri karena menjadi penyebab Ibunya meninggal. Dikehidupan kedua Adelia...