-CHAPTER 58-

11K 1.5K 224
                                    

.
.
.

"Keen, ngebut lagi bisa nggak sih!? Kita udah ketinggal jauh sama Azel"

Kaifar berdecak sebal, kakak perempuannya itu berisik sekali sedangkan Keen mulai menambah kecepatan mobilnya. Kalau ditanya apa yang sedang mereka lakukan, jawabannya adalah mereka tengah berusaha mengejar mobil Max dan Azel yang sudah jauh.

Beberapa waktu lalu Keen, Kalila dan Kaifar berkunjung ke Mansion. Tapi sebuah fakta menampar mereka begitu kuat, Alderian terbaring koma. Selama ini mereka tidak pernah mendengar apapun soal kondisi Alderian bahkan Alsa, Ibu mereka pun tidak mengetahuinya.

Kedua orang tuanya sedang berada di luar Negeri wajar saja jika mereka sampai ketinggalan info, tapi mereka bertiga? Bisa-bisanya mereka tidak mengetahui apapun.

Setelah penjelasan dari Darren, mereka akhirnya mengetahui apa yang sudah terjadi, termasuk Adelia yang seorang pewaris. Mereka tak menyangka akan ada kejadian besar seperti itu, mereka tidak pernah datang karena sibuk dengan urusan masing-masing dan baru hari ini mereka bisa datang berkunjung.

Darren tidak pernah menyembunyikan apapun mengenai Agrient pada mereka, semua diceritakan secara detail.

Diantara semua kejadian yang diceritakan Darren, ada satu hal yang membuat Kaifar sampai tak berhenti berdecak sebal.

"Sial, Adelia. Bisa-bisanya dia nggak pernah cerita masalah ini, dia sempet keluar dari Mansion bukannya datengin kita malah numpang ke Zenova. Tuh anak kenapa sih?" geram Kaifar kesal sekali

"Mungkin Adel punya alasan," Kalila menyahut, kemudian tampak berpikir "Kata Kak Darren, musuh punya kemampuan mengontrol pikiran. Mungkin Adel nggak mau sampai kita terlibat juga"

Kaifar berdecak sambil melipat kedua tangannya didepan dada, masih tak setuju dengan tindakannya itu. Kalau begitu apa gunanya mereka sebagai keluarganya kalau tidak bisa membantu?

"Udahlah Kaifar, yang penting semuanya baik-baik aja sekarang" ucap Keen menenangkan sambil fokus pada jalan, mobil Max sudah terlihat di depan sana.

"Baik-baik apanya coba?" bantah Kaifar keras "Kakak tau tuh anak ngapain sekarang dan kakak malah nyuruh aku tenang?"

Keen meringis, tidak bisa menjawab sementara Kalila menghela nafas. Kaifar mendengus, menatap lurus ke depan

"Bisa-bisanya dia solo di kandang musuh, dasar goblok!"

***

DORRR!!!

Satu tembakan terakhir dilepaskan dan tubuh itu ambruk sebelum bisa menyentuhnya.

Adelia terengah-engah, tetes-tetes keringatnya jatuh bercampur dengan genangan darah di lantai. Dia berjalan ke arah satu-satunya orang yang masih bernafas di sana, dengan posisi berlutut orang itu gemetar dibawah tatapan gelap Adelia.

"T-Tolong jangan bunuh saya, b-bukan saya yang merencanakan ini semua."

Adelia hanya menatapnya datar.

Gani mengatupkan tangannya di depan dada, memandang Adelia penuh harapan "Tolong kasihani saya, Adelia. Tolong jangan bunuh saya"

"Siapa yang memimpin pertemuan itu?" tanya Adelia to the poin

Gani tampak terpaku untuk sejenak, dia melirik sekitar dengan ekor matanya. Tidak ada tanda-tanda kehidupan selain mereka berdua dalam ruangan sebesar itu, ruangan yang tadinya ramai karena pesta mendadak menjadi lautan darah

Dalam hati Gani berteriak, semuanya benar-benar mati? Terlebih... mereka dibantai habis oleh gadis ini?

"Hei, anda terlalu lama hanya untuk menyebutkan satu nama."

REBIRTH : ADELIA [AGRIENT STORY KE-2]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang