-CHAPTER 61-

17.9K 1.7K 404
                                    

.
.
.

"Adelia?"

Adelia terbangun dari tidurnya, dia melihat kakak-kakaknya berkerumun di sekitar tempat tidurnya. Ada apa lagi ini?

"Apa aku nggak sadar lagi?" tanya Adelia pelan

Mereka saling pandang sejenak sebelum Azel mengangguk, menatap Adelia khawatir "Kamu ngga sadar hampir dua hari. Adel, kamu yakin nggak kenapa-napa? Akhir-akhir ini kamu jadi sering hilang kesadaran"

Adelia terduduk dibantu oleh Emma, dia memegang kepalanya yang sedikit terasa pening.

"Aku nggak papa kok, mungkin ini efek dari kekuatan Amethysta" ucap Adelia menatap telapak tangannya sendiri.

Para kakaknya hanya saling berpandangan cemas, sementara itu Darren sudah mengetahui apa yang terjadi selama mereka menjemput Adelia di kediaman Dirgantara. Darren tidak terkejut saat Max menjelaskan apa yang Adelia katakan, karena sejujurnya dari awal Adelia memang tampak spesial dari keturunan Agrient lainnya.

Adelia memang luar biasa. Namun dibanding bangga, Darren malah khawatir. Menjadi dua pewaris keluarga besar tentunya bukan hal yang mudah, semakin kuat orang itu maka semakin besar pula beban yang akan dipikulnya. Darren tidak mau sampai Adelia kesulitan di masa depan karena hal ini, maka dari itu Darren sudah bertekad akan membantu Adelia di setiap jalannya.

Darren tau dia tidak akan bisa membantu banyak, tapi sebisa mungkin Darren akan berusaha agar tidak menjadi beban Adelia suatu saat nanti.

Sementara itu Adelia tiba-tiba teringat kembali ucapan Rega. Reinkarnasi...

Apa benar dirinya adalah Reinkarnasi Zeanva? Adelia sebenarnya masih tidak percaya soal itu, namun jika Rega sendiri yang mengatakan itu bagaimana bisa Adelia tidak percaya. Untuk apa Rega sampai repot-repot menemuinya untuk mengatakan kebohongan?

Semua kejutan itu datang secara bertubi-tubi, benar-benar membuatnya makin sakit kepala.

"Ah ngomong-ngomong, keadaan Papi gimana?" tanya Adelia teringat Alderian

Seketika hening, Adelia menatap satu persatu orang yang ada di sana tapi mereka hanya bisa menunduk dengan raut wajah yang membuat perasaan Adelia jadi tidak karuan.

"Apa? Kenapa kalian diem aja?" tanya Adelia sedikit mendesak

"Itu... Papi..."

Tanpa menunggu Max menyelesaikan ucapannya, dengan tidak sabaran Adelia menyibak selimutnya dan berlari keluar dari kamar tanpa memakai pengalas kaki.

Semua orang panik dan bergegas mengejar Adelia.

Degup jantung Adelia semakin berisik, dia berlari menyusuri koridor lantai dua tak menghiraukan panggilan di belakangnya. Keringatnya bercucuran dan pintu kamar Alderian terlihat di ujung sana.

Adelia semakin mempercepat langkahnya, para bodyguard yang berjaga di depan pintu sampai terlonjak begitu Adelia menerobos masuk.

"PAPI!" Adelia mengatur nafasnya, semua pandangan orang-orang yang berada di dalam kamar itu langsung tertuju padanya, tak lama Darren dan yang lainnya menyusul.

Sorot Adelia terpaku pada sosok di atas tempat tidur, kondisinya lebih mengerikan dari yang terakhir kali. Dengan langkah berat Adelia berjalan mendekati tempat tidur.

Wajahnya pucat pasi, dia jatuh berlutut di samping ranjang menatap wajah sang Ayah.

"Papi, Papi... Papi!" Airmata Adelia bercucuran, dia menggenggam erat tangan kurus itu sambil memejamkan mata.

Hening, tidak ada yang berani mendekat. Semuanya hanya diam dengan ekspresi sendu.

Bagaimana tidak, Alderian terbaring hampir seperti mayat, tubuhnya kurus kering, yang membedakan hanya pria itu masih bernafas.

REBIRTH : ADELIA [AGRIENT STORY KE-2]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang