CHAPTER 16

20.4K 1.7K 212
                                    

.
.
.

"Nih, kamu aja yang simpen."

Adelia gelalapan menangkap benda yang dilempar Max kepadanya. Siang itu dia tengah menggambar di ruang bermainnya, tapi tiba-tiba Max datang memberikan sesuatu.

Begitu Adelia memperhatikan benda apa itu, mata Adelia membulat sepenuhnya.

"I-Ini..." Adelia tidak bisa berkata-kata, dia memandang Max dengan tatapan memuja lalu tanpa aba-aba berlari menerjang Max dengan sebuah pelukan erat.

"Adel sayang Kak Max! Kak Max yang terbaik! Makasih!" Teriak Adelia tak berhenti memeluk Max dengan gembira

Max terkekeh-kekeh penuh kemenangan, mungkin dia akan memamerkannya pada Azel nanti.

"Sama-sama." Ucap Max menepuk-nepuk lembut puncak kepala Adelia.

Adelia menatap kunci yang selama ini dia buru dengan mata berbinar sampai Max bertanya penasaran.

"Kamu sesuka itu ya sama kunci?"

"Suka banget!" Ucap Adelia cepat, matanya masih berbinar

"Padahal itu nggak berguna juga buat kakak, kakak nyimpen ya karena Kak Darren yang nyuruh" ucap Max mengedikkan bahunya, dia menjatuhkan dirinya disofa dan mulai membuka-buka buku bacaannya.

Adelia terdiam, dia penasaran tentang satu hal "Eum.. kakak pertama itu orangnya gimana?"

"Nyeremin." Jawab Max spontan tanpa menoleh lalu melanjutkan santai "Pokoknya jangan sampai buat dia marah. Dia bisa baik sampai baik banget, tapi dia juga bisa berbahaya melebihi Papi"

Adelia menelan ludahnya dengan susah payah mendengar penuturan Max. Apa memang semenyeramkan itu kakak sulungnya? Jika Adelia saja ketakutan pada Alderian bagaimana dengan Darren?

"Oh iya Del, ulang tahun kamu bentar lagi ya?" Tanya Max mengangkat pandangannya dari buku

Lamunan Adelia buyar, dia menoleh dan mengangguk semangat. Tapi selanjutnya senyum Adelia luntur ketika dia menyadari sesuatu.

Ulang tahunnya bertepatan pada tanggal kematian Ibunya.

Adelia menelan ludahnya dan mulai menunduk, apa mereka akan merayakan ulang tahunnya? Atau mungkin malah membuat acara peringatan buat Ibu mereka?

"Kita rayain besar-besaran, Papi pasti setuju" ucap Max melempar senyum kecil pada Adelia yang masih tercengang ditempatnya.

Perlahan sudut bibir Adelia mulai terangkat. Dia menunduk mengelus kunci ditangannya. Sepertinya misinya selama ini sedikit demi sedikit sudah mendapatkan hasil.

***

"Ayah?"

Kepala Adelia menyembul dari balik pintu kamar, matanya mencari-cari sang pemilik kamar sampai akhirnya netranya terhenti pada sosok yang baru keluar dari kamar mandi.

Alderian keluar sambil menggosok rambutnya yang basah menggunakan handuk kecil. Gerakannya sempat terhenti saat melihat Adelia berdiri didepan pintu, memandangnya tanpa bergerak sedikit pun dari sana.

"Mau apa?" Tanya Alderian

Saat itulah Adelia menunjukkan senyum manisnya "Ayo makan malem, kakak-kakak udah nunggu dibawah"

"Kenapa nggak duluan aja?" balas Alderian sambil berjalan ke meja nakas mengecek ponselnya

"Maunya bareng Ayah juga"

"Saya mau ke ruang kerja, kerjaan saya masih banyak" jawab Alderian masih fokus pada ponselnya

Adelia mendengus, kerja mulu. Adelia berani bertaruh, uang akan tetap mengalir deras meski Ayahnya itu cuma leha-leha dirumah.

REBIRTH : ADELIA [AGRIENT STORY KE-2]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang