Chapter 8

799 106 3
                                        

Berkat pesan yang Gentar kirimkan tadi pagi, Sopan jadi tau bahwa ternyata peristiwa malam itu terekam kamera tersembunyi. Malahan itu sudah tersebar luas, yang membuat banyak orang melihat sehingga jadi tau.

Entah (Name) sudah tau atau belum tau tentang itu. Walau begitu, mulut bisa terdengar dari manapun. Itu juga bisa membuat (Name) makin stress.

Sampai siang ini juga Sopan masih di rumah (Name). Ia kini tampak sibuk sendiri yang membuat (Name) kepo.

"Ngapain tuh, kak?"

Sopan menggaruk kepalanya sesaat. "Bukan apa-apa kok. Kamu gak istirahat di kamar aja?"

(Name) menggeleng. "Aku di sini aja, masa aku ninggalin tamu."

"Kalaupun aku tau di sini sudah sepi, aku pastinya pulang ..."

"... Iya sih, tapi aku emang gak mau."

"Baiklah, baiklah." Kembali Sopan melihat layar handphone-nya.

Gentar

|Gua curiga si Nita sih
|13.00

Kenapa bisa?|
13.01 √√|

|Bisa lah. Itu orang mencurigakan kali kalau ngelihat lo
|13.01

|Apa ya
|13.01

|Yahh gitu lah, bingung cara bilangnya
|13.02

Baiklah², paham|
13.02 √√|

|Untuk seterusnya bakal gimana tuh pan?
|13.03

Itu urusanku, kamu gk perlu terlalu tau|
13.04 √√|

|Owh woke
|13.04

(Name) sedang sibuk bermain handphone, mulai kedapatan notif dari grup kelasnya. Begitu dicek, (Name) terdiam dibuatnya.

|Unknown 1:
|Woilah (Name) jd pemain film dong
|13.06

|Unknown 2:
|Beneran?
|13.06

|Unknown 3:
|Minimal kasi link lah woi
|13.06

|Unknown 1:
|Haha entar korban kecelakaannya ngamuk" lagi
|13.07

|Unknown 4:
|Lihat di mana lu?
|13.07

|Unknown 5:
|Njayy beneran dongg, no sensor
|13.07

Hanya mengacaukan suasana hati (Name) kembali. Ia pun meletakkan handphone dan memutuskan untuk berdiam diri. Bersandar di sandaran sofa dan diam.

Sopan melirik ke arah (Name) yang kembali bengong. Ia juga meletakkan handphone, dan ikut bersandar.

"Bagaimana caramu menenangkan diri kembali?" ucap Sopan

(Name) melirik Sopan. "Biasanya cukup dengan bercanda bersama adikku, tapi sekarang dia sedang sibuk. Atau kadang keluar rumah. Untuk sekarang aku gak mau kemana-mana, nanti dilihat orang."

"Kalau dengan makan?"

"Aku masih kenyang ..."

"... Jadi?"

"Berdiam diri."

Kembali diam di situ. Disaat sudah terasa lama diam, ada (Mother) datang dan bergabung.

"Ada apa nih, mama lihat diam aja dari tadi,"

"Em, gak ada apa kok, ma. Diam aja sih karena gak tau mau ngapain."

Wanita itu tersenyum tipis mendengarnya. Suasana positif pun terbangun berkat obrolan yang (Mother) mulai diantara kedua anak itu.

=====

Terkait pernikahan, Sopan dan (Name) sudah mulai mengurus persiapan untuk harinya. Mereka berencana membuat acara pernikahan yang biasa, tidak begitu woah dan hanya mengundang beberapa orang. Karena intinya di sini adalah pengesahan bukan pesta.

"Apa kata ibumu saat tau kakak bakalan nikah di umur segini?"

"Aku bingung cara bilangnya. Tentunya ... kurang senang, karena baru umur segini malah sudah akan menikah. Tapi selebihnya beliau menyerahkannya padaku."

(Name) sudah memikirkan ini dan itu tentang mertuanya nanti. Ia belum pernah menemui wanita itu, karena Sopan juga yang ragu untuk mempertemukan.

"Kita menjalani ini bersama, (Name). Jadi jangan terlalu dibawa pikiran, apalagi pikiran negatif."

"Umm ... tentu."

Sopan tersenyum tipis. "Ayo jajan dulu."

Mereka berhenti di sebuah dagang makanan ringan, membeli di situ secukupnya, kemudian kembali pada kendaraan yang dinaiki dari tadi. Mereka makan dulu sebelum pulang.

"Rencanamu nanti, bakal mengundang siapa saja?"

"... Aku gak kepikiran itu. Teman di sekolahku memang banyak, tapi semua membullyku sejak tau aku hamil. Apa aku harus mengundang tamu nanti?"

"Emm, kalau ada yang bisa diundang, sebaiknya diundang. Kalau enggak, jangan. Aku juga akan mengundang sedikit teman."

"Baiklah, nanti aku pikirkan." (Name) melanjutkan makannya, dan itu cukup memperbaiki suasana hatinya.

Akhir-akhir ini, suasana hatinya selalu saja buruk. Entah karena faktor luar, faktor dalam, membuat suasana hatinya mudah goyah. Hanya dengan makanan enak, sekarang sudah lebih baik baginya.

"Sehabis ini, ada kemana lagi?" ucap Sopan

"... Sebenarnya aku masih perlu makan."

Sopan tersenyum mendengar itu. Ia senang karena bumil di hadapannya masih rajin makan dan tentu itu berdampak baik bagi tubuh dan janinnya.

"Baiklah."

Setelah makan, kendaraan kembali berjalan. Mereka menuju tempat makanan berat, kemudian beralih ke tempat makanan ringan. Mereka tak ada mampir lagi, dan langsung pulang. Terlebih dahulu Sopan mengantar (Name) sampai rumah, sebelum dirinya sendiri yang pulang.

"Wah, habis jalan-jalan nih. Bawa apa aja itu?" ucap (Mother), yang melihat anaknya baru pulang.

"Banyak deh bawaanku, mending kita makan."

To Be Continued

Ini bukan chapter penting sih, gak ada peristiwa mengesankan bagi karakter. Jadi jangan komen nangis-nangis kok pendek kak, karena aku sudah tau itu, mending loe diam 🗿.

Sebenarnya yang terpublikasi selama ini cuma briefing ...

[ 1 Juli 2024 ]

Certainty [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang