Berminggu-minggu berlalu, usia janin (Name) sudah terhitung tiga puluh minggu yang setara dengan tujuh bulan. Dengan hari yang begitu-begitu saja, (Name) bersama bayinya mampu melewati semua ini.
(Name) lihat akhir-akhir ini, Fania jadi jarang berinteraksi dengan dirinya. Tak beda seperti awal, tapi yang kini lebih mengurangi interaksi. Yang biasanya ngebabuin dan teriak-teriak, jadi jarang hingga tak pernah lagi.
(Name) tentunya sadar dengan itu, karena ia memperhatikan bagaimana hari-harinya berjalan, tapi ia diam saja. Tak begitu peduli dengan interaksinya bersama Fania yang makin berkurang, lagipula 'kan ini hal yang lebih bagus dibanding sebelum-sebelumnya.
Walau begitu, sesekali (Name) berbicara dengan Fania bila sedang ada di dekatnya, ketika sedang masak pagi misalnya. Selebihnya tidak, karena rasa canggung juga.
Hari ini, (Name) cuma asik sendiri di rumah bersama camilan. Matanya pun fokus pada tayangan kartun di layar televisi. Sudah seperti biasa orang di rumah itu sibuk, ada yang sibuk untuk hal penting, ada juga yang cuma sibuk untuk hal kurang penting.
"Apa aku kerja aja ya ... mayan lah, daripada diem doang di rumah." gumam (Name)
Tiba-tiba ada Fania yang turun ke lantai bawah, membuat (Name) membenarkan posisinya, yang sebelumnya rebahan di sofa panjang sambil membawa camilan, jadi duduk manis.
Fania cuma melihatnya dengan tatapan biasa. "Ibu akan pergi, jaga rumah."
"Iya, bu."
Hal baru yang terjadi akhir-akhir ini, Fania berpamitan pada (Name) sebelum dirinya keluar rumah. Biasanya pun cuma tampak punggung setiap mau pergi.
(Name) tak mau mikir macam-macam dengan perubahan yang terjadi ini. Ia hanya tak mau kemakan ekspektasi.
(Name) merapikan bungkus jajanannya yang sudah kosong dan meletakkannya di atas meja. Di atas meja itu kelihatan ada banyak bungkus jajan yang telah kosong dan terlipat rapi. (Name) segera memasukkan itu semua ke dalam kantung plastik.
"Sisa satu ini doang," (Name) menatap satu jajannya yang masih tersisa. "Kalau ini habis, gak ada lagi dong."
"Tapi wajar sih bisa habis, belinya aja udah beberapa hari lalu, dimakan terus pula." (Name) mengelus kepalanya. "Apa harus beli lagi? Apa gak bisa kejatuhan jajan aja?"
Dengan rasa yang agak malas, (Name) pun berdiri dan mengambil sampahnya untuk dibuang. Setelahnya kembali duduk. Seketika ia merasa kebosanan, malahan rasa ingin makannya masih ada.
(Name) memutuskan untuk mengintip kulkas, melihat isinya yang mungkin saja bisa dikreasikan.
Ternyata, tak ada. Ia pun beralih ke tempat lain dan tetap saja tak ada bahan yang bisa dikreasikan jadi jajanan.
"Ya udah deh, emang disuruh beli jajan ini."
(Name) pun pergi ke kamarnya, memakai hoodie milik Sopan--karena miliknya sendiri sudah tak muat dipakai--kemudian mengambil handphone yang sedari tadi diam di atas kasur.
Sopan (santun)
mau buah kering lagi|
11.01 √√|Tanpa salam, tanpa embel-embel apapun terlebih dahulu, tiba-tiba "mau buah kering lagi".
|Yang sebelumnya sudah habis?
|11.01iya|
11.01 √√|kalau masih ada ngapain aku minta dibeliin|
11.02 √√||Haha iya jugaa
|11.02|Di rumah lagi apa?
|11.02lagi mau pergi jajan ke depan|
11.02 √√||Baiklah, hati-hati, nyebrangnya lihat-lihat
|11.02iyap|
11.03 √√|*send a picture*|
11.03 √√|nih papp|
11.03 √√|Seberang situ sedang senyum-senyum dikasih pap dari istri. Untung gak ada yang lihat.
|Iya, cantik
|11.03(Aku juga yg hahahehe di sini)
Kelar dengan chattingan, (Name) pun mengantongi handphone-nya lalu pergi ke luar rumah. (Name) melihat kanan-kiri, kemudian menyebrangi jalan, dan tiba di minimarket. (Name) pun memasuki minimarket itu, mulai menyusuri isinya untuk memilih jajanan.
Setelah cukup berbelanja, (Name) keluar dari minimarket dan hendak pulang. Lihat-lihat lagi sebelum menyebrang.
Brak!
"Eh, tolongin itu! Ada yang kecelakaan!"
"Apa?! Rumah sakit mana?"
"Astaga, (Name)!"
•
To Be Continued
Biar apa? Biarin aja, toh gak ada yang baca kali ini 😁.
[ 11 Juli 2024 ]
KAMU SEDANG MEMBACA
Certainty [✓]
Fanfiction୨⎯ BoBoiBoy Sopan w/ Female!Readers ⎯୧ Pahit di awal, manis di akhir‼️ (Name), gadis baik-baik dan termasuk anak pintar di sekolahnya, malah harus terjerumus ke dalam pernikahan dini yang diakibatkan kehamilan pranikah. Sopan, lelaki baik-baik yang...