Chapter 18

425 70 21
                                    

Brak!

Tiba-tiba ada kendaraan beroda empat melaju dari samping, menabrak (Name) yang barusan berjalan ke depan. (Name) terlambat mengelak karena laju kendaraan yang tinggi disedang (Name) berjalan biasa.

(Name) pun jatuh di tempat, dengan keadaan tubuh sakit yang seketika berdarah banyak di beberapa bagian, pandangan (Name) semakin buram, sekujur tubuh (Name) terasa sakit sampai air matanya menetes. Tangannya memegang ke arah perutnya yang masih mengandung anak, ia masih lebih takut dengan keadaan anaknya saat ini dibanding keadaan dirinya.

Di sekitar situ ada beberapa orang yang menyaksikan, ada pula yang sedang merekam sekitar tak sengaja merekam kejadian kecelakaan itu. Mereka yang syok pun spontan menghampiri (Name).

"Eh, tolongin itu! Ada yang kecelakaan!"

"Bentar tak ambil kendaraan!"

"Ayo buruan, ibu hamil ini,"

(Name) sudah tak bisa melihat apapun lagi, kesadarannya sudah lenyap, semuanya hanya kegelapan baginya.

Warga sekitar sibuk dengan (Name), membuat jalanan di situ ramai. Ada yang mengambilkan kendaraan mobil untuk mengantar ke rumah sakit, ada yang beramai mulai mengangkat (Name) untuk dimasukkan ke dalam mobil, ada juga yang memberitahu Sopan pasal ini. Beberapa hingga terhitung banyak orang di dalam mobil ikut ke rumah sakit mengantar (Name).

Plak!

"Yow, Sopan!"

Yang sehabis dikeplak--padahal niatnya ditepuk biasa--kini jadi tersedak air minum. Membuat si pengeplak alias Gentar kaget.

"Eh, maaf banget, Pan, gak bermaksud gua tuh." Gentar pun bergabung duduk di samping Sopan.

Tak lama kemudian, batuk Sopan mereda. "Gak tau aja orang lagi minum."

"Emang gak tau, gak kelihatan, hehehe."

Sopan menatapnya dengan datar. Kemudian, perhatian keduanya teralih pada handphone Sopan yang berdering, menampakkan ada yang menelepon.

"Siape, tuh?"

"Tetangga. Tumben banget telepon." Sopan pun segera mengangkatnya. "Selamat siang, ada keperluan apa menelepon?

"Sopan, ini kabar penting tentang istri kamu. Dia tadi kecelakaan, sekarang barusan tiba di rumah sakit."

Dada Sopan berasa dipukul benda tumpul, tentunya syok. "Apa?! Rumah sakit mana?"

Gentar yang masih di situ tentunya kaget karena Sopan yang tiba-tiba berseru. Niat untuk nyolong makan siang Sopan jadi terurung, ia jadi menyimak Sopan yang sedang bertelepon.

"Baiklah, saya akan ke sana." Sopan mematikan telepon. "Gentar, tolongin, aku terburu-buru."

"Hah? Ngapain? Tolong habisin ini?"

"Iya apa aja, intinya aku harus pergi, tolong buatkan izin!" Sopan melengos begitu saja dari kampus, menuju rumah sakit untuk menemui (Name).

Gentar jadi bengong di tengah situasi ini. "Kemana dia ... kenapa gak ngajakin gua sih, lumayan bolos kelas."

Kini, suaminya (Name) sedang berkendara dengan cepat. Untung tadi pagi ia ke kampus dengan membawa motor, memudahkannya saat ini untuk berkendara dan menyalip, hingga tiba di tujuan dengan cepat. Sopan parkir, menggantung helm di motornya dan tak lupa mengambil kunci motornya, lalu masuk ke dalam rumah sakit.

Baru masuk, ternyata ada yang menunggu dirinya, itupun adalah orang yang menelepon Sopan. Orang itupun mengantar Sopan ke ruang tunggu UGD. Sopan diberi penjelasan kronologi kecelakaan berdasarkan kesaksian warga sekitar.

Certainty [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang