Anak mengaku kotor? Ibu mana yang akan senang?
"Nak?"
"Aku tau, ini mengecewakan, aku hina, berdosa, tapi ini sungguh-sungguh bukan kemauanku, ma. Bukan aku yang mau, aku bahkan melakukannya tanpa kesadaran."
(Mother) berusaha untuk bijak, tidak terhasut emosi duluan dengan pengakuan (Name) bahwa dirinya sudah kotor. Ia tak mau marah-marah di hadapan anaknya yang emosinya masih negatif.
Lalu, (Name) mulai menceritakan kejadian kemarin malam saat di rumah Vita. (Mother) benar-benar tak menyangka anaknya tertimpa kejadian begitu. Tak salah wanita itu kemarin berfirasat buruk saat membiarkan sang anak pergi keluar.
"Jadi, bisa dibilang itu semua gak sengaja?"
(Name) mengangguk. "Aku pun gak ingat apa yang terjadi kemarin ... cuma sedikit sampai kesadaran dan akalku gak terpakai lagi ... aku sama sekali gak ada niat untuk ngelakuin ini. Sungguh."
Air mata (Mother) menetes. (Name) pun tak tau harus melakukan apa lagi. Andai semua ini bisa di-undo (tapi kalau di-undo, ceritanya kagak bakal jadi dong).
"Maaf, ma ... aku bikin mama kecewa." Air mata (Name) yang tadi sudah kering, sekarang kembali mengalir.
(Name) kira dirinya akan didiamkan dan dijauhi, tapi (Mother) tiba-tiba saja memeluknya. Mereka berpelukan dan menangis bersama.
"Ma, aku takut sama reaksi papa ..."
"Kamu jangan khawatir, mama akan coba ngomong dengan papamu." (Mother) masih memeluk anaknya. "Ini semua udah terlanjur, nak, kita bisa apa selain menjalaninya ..."
=====
Hari ini, (Name) sakit.
Sudah dari beberapa hari lalu, (Name) merasakannya. Suhu tubuhnya naik, sakit ini, sakit itu, pokoknya tidak sehat. Mamanya sudah duluan mencurigai bahwa itu gejala kehamilan yang membuat (Name) takut.
Baru perkiraan, (Name) belum melakukan pemeriksaan pada ahlinya. Hal ini pun masih hanya di antara (Name) dan (Mother). Belum ada yang berani memberitahu ini pada orang lain di rumah.
Masih berteduh, belum siap turun dan kebasahan oleh hujan.
"Gimana perasaanmu sekarang, nak?" tanya (Mother)
"Udah mending kok ... tapi aku takut."
(Mother) menghela napas. Wanita itu juga bingung untuk ini, baginya tak ada yang bisa dilakukan selain menjalani dengan benar. Menggugurkan calon manusia yang tak tau apa-apa? Hanya akan menambah dosa dengan membvnvh dan menyakiti.
"Masih belum ada yang lain tau tentang ini, mama juga belum berani memberitahu papamu. Tolong jangan khawatir, ya."
(Name) murung. "Maafkan, aku ..."
Sudah berkali-kali (Name) merapalkan kata maaf di hadapan (Mother), ataupun saat sedang sendiri. Walau ia tau, tak ada gunanya meminta maaf setelah semua terjadi. (Name) merasa sangat bersalah untuk semua ini.
"Mama gak pernah menyalahkan kamu untuk ini. Gak perlu minta maaf terus. Yang penting sekarang, sehat dulu, ya."
Tiba-tiba (Name) mencium sesuatu yang bau bagi hidungnya yang membuat (Name) merasa mual. (Mother) pun dengan segera memberinya kantung muntah, yang seketika (Name) isi.
"Maa ... aku takutt ..."
(Mother) berusaha menguatkan anaknya. "Kamu gak sendirian, nak."
Hari-hari setelah ujian kelulusan cuma diisi dengan libur dan diam di rumah, sesuai arahan dari sekolah. (Name) jadi merasa sedikit aman untuk itu, setidaknya sampai rahasia ini tidak terbongkar apa lagi sampai di telinga orang-orang sekolah.

KAMU SEDANG MEMBACA
Certainty [✓]
Fanfiction୨⎯ BoBoiBoy Sopan w/ Female!Readers ⎯୧ Pahit di awal, manis di akhir‼️ (Name), gadis baik-baik dan termasuk anak pintar di sekolahnya, malah harus terjerumus ke dalam pernikahan dini yang diakibatkan kehamilan pranikah. Sopan, lelaki baik-baik yang...