Pagi tadi, Sopan membantu ibunya untuk berbelanja bulanan. Sopan awalnya tak tau keharusan apa yang harus beliau lakukan, dan ternyata itu belanja bulanan.
Sekarang, di jam sore, Sopan mengajak (Name) bertemu di sebuah restoran biasa untuk berbicara empat mata (mata Sopan dua, mata (Name) dua, kan jadi empat yak). Kini mereka berdua sudah berhadapan.
"Perihal acara ulang tahun yang kita hadiri waktu ini, bagaimana kronologinya dari sudut pandangmu?" tanya Sopan
Sepertinya ini akan jadi suatu obrolan yang berat.
"Waktu itu, aku diundang oleh temanku ke acara ulang tahun sepupunya. Aku dengan senang hati menerima undangan itu." ucap (Name), sesekali sambil mengingat bagaimana waktu itu berjalan.
"Aku datang sendiri ke situ, terus aku bertemu dengan temanku yang juga diundang. Kami ngobrol-ngobrol biasa. Temanku yang ngundang itu datang, gabung ngobrol. Aku lihat dia bawa minuman, seingatku cuma satu, itupun dia tawarin ke aku."
Sopan mendengar ceritanya dengan saksama. Didengar-dengar, kronologinya mirip dengan yang Sopan alami.
"Nah, masih ngobrol biasa aja. Terus aku minum minuman itu dengan biasa aja. Gak lama setelah minum, aku ngerasa ada yang aneh di diriku. Pokoknya aku kepanasan ... terus aku dibawa ke sebuah kamar sama temanku itu. Habis tuh ditinggalin, eh kakak datang."
Sopan menganggukkan kepala. "Jika dilihat dari sudut pandangku, mirip dengan yang kamu alami. Aku diundang oleh pemilik acara, lalu ke sana dengan temanku, kami duduk beramai mengelilingi meja berisi minuman. Yang jelas saat itu, sehabis minum aku merasa kepanasan, lalu diantar oleh temanku ke kamar dan ternyata bertemu denganmu." Sopan menjelaskan sesuai yang ia ingat.
"Aku curiga pada pemilik acara itu. Ia merupakan teman sekelasku di kampus. Tapi untuk apa juga dia melakukan itu, dan kebetulan sekali kita yang kena?"
"Kalau kakak bertanya padaku, aku gak mungkin tau. Aku dan temanku itu juga berteman baik selama ini." ucap (Name), mengingat bagaimana pertemanannya bersama Vita yang selama ini baik-baik saja, sambil mengunyah kentang goreng.
Sopan menghela napas. Ia meminum sedikit jusnya. "Sehabis itu, keadaanmu belakangan ini, bagaimana?" tanya Sopan dengan keraguan.
(Name) hanya diam, ia tak yakin untuk menjawab jujur jika dirinya sekarang sudah mengandung anak Sopan. Ia takut nanti Sopan malah marah-marah mengetahuinya. Apalagi ini terjadi di luar kesadaran dan keinginan mereka berdua.
Sopan sudah memikirkan banyak kemungkinan, jika memang benihnya bisa jadi, tapi bisa juga ternyata tidak jadi. Walau begitu, ia perlu bertanya pada (Name). Ia ingin melakukan sedikit banyaknya pertanggungjawaban pada (Name) yang tentunya rugi.
Sopan berharapnya jika (Name) tidak hamil, lalu mereka berdua selamat. Tapi dilihat dari reaksinya sekarang, (Name) cuma diam dan tampak ragu, membuat Sopan ikutan gundah dan pikirannya jadi berkata bahwa dirinya akan jadi seorang ayah.
"(Name)?" panggil Sopan
Seketika saja (Name) mengalihkan pandangan kepada Sopan, yang sedang menunggu jawaban dari dirinya. (Name) menghela napas, mencoba meyakinkan dirinya untuk ini.
Rasanya kelu untuk berbicara. (Name) langsung merogoh tas bawaannya, kemudian mengeluarkan sesuatu untuk ditunjukkan pada Sopan, yang membuat calon ayah itu seketika terdiam. Harapan terasa pupus.
=====
"Ma, apa harus kasih tau ini ke papa?"
Wanita kepala empat itu mengangguk. "Harus, ini semua pun udah terjadi. Bukan hal yang baik jika disembunyikan terus."
"... Nanti papa kaget karena aku tiba-tiba ngasih cucu, gimana dong? Kita gak tau gimana reaksi papa dan adik nanti."
"Mama juga mikirin itu ... tapi bukannya lebih baik sakit hati di awal?"
(Name) menghela napas. Dirinya merasa gugup, rasanya seperti berada di ambang hidup dan mati. Ia tak berani dengan reaksi papanya yang bisa saja kaget hingga sakit hati, tau dirinya mengandung anak di luar pernikahan. Selama ini, kedua orang tuanya dan juga adiknya begitu menjaga dan menyayangi dirinya. (Name) rasa dirinya keterlaluan karena memberi ini pada mereka.
"Udah, jangan terlalu dibawa pikiran. Kita makan malam dulu."
Sehabis memasak, mereka berdua menyajikan masakan di meja makan. Di meja makan pula sudah ada (Father) dan Cahyana--adiknya (Name). Makan malam pun berlangsung dengan damai hingga selesai.
(Name) sengaja mengulur waktu untuk memberitahukan hal ini. Jadi, ia sok sibuk dengan mencuci perabot. Padahal biasanya juga ia tak membantu (Mother) mencuci sehabis memasak dan makan.
"Tumben kamu mau bantu mama nyuci. Entar jadi makin cepat nyucinya." ucap (Mother), yang menyadari kelakuan (Name) yang kikuk.
Setelah semua kesibukan habis, (Name) tak tau harus apa lagi selain duduk di ruang tamu, dengan rasa gugup dan canggung. (Name) merasa tak ada jalan lain untuk ini, ia pasrah jika memang harus memberitahu dengan lantang di hadapan seluruh keluarganya. Sudah dihindari terus, malah mendekat dengan sendirinya.
(Mother) ada di samping (Name), selalu meyakinkan (Name) dengan kode. (Name) pun masih hanya diam, sesekali matanya melirik papa dan adiknya yang kelihatan sibuk sendiri-sendiri.
(Name) menoleh perlahan ke arah (Mother) dengan tatapan takutnya, mamanya tersenyum lalu mengangguk.
(Name) menghela napas sebentar. "Papa, Cahyana," panggil (Name)
Dua lelaki itupun merespons panggilan (Name). Gadis yang sudah tak gadis itu kembali mengumpulkan keberanian sebelum melanjutkan kata-katanya.
"Aku ..." (Name) kembali menjeda ucapannya. Kepalanya tiba-tiba kembali terbayang dengan amarah dari papanya.
"Kamu kenapa, kak?" Cahyana menyahut, ia sadar jika kakaknya itu tampak berbelit-belit dan ingin menyampaikan sesuatu yang tidak biasa.
(Father) hanya diam, menunggu anaknya bersuara. (Mother) di sebelah (Name) juga diam dan menepuk pundak (Name) pelan. Cahyana makin penasaran.
Dengan refleks dari dalam dirinya, (Name) akhirnya mengatakan, "Aku sedang hamil."
•
To Be Continued
Beratnya jadi (Name) di sini. Bapaknya yang gak tau kejadiannya, ya bisa ngamuk sengamuk-ngamuknya 🥹.
[ 28 Juni 2024 ]

KAMU SEDANG MEMBACA
Certainty [✓]
Fanfiction୨⎯ BoBoiBoy Sopan w/ Female!Readers ⎯୧ Pahit di awal, manis di akhir‼️ (Name), gadis baik-baik dan termasuk anak pintar di sekolahnya, malah harus terjerumus ke dalam pernikahan dini yang diakibatkan kehamilan pranikah. Sopan, lelaki baik-baik yang...