Chapter 38

171 30 3
                                    

Makin hari makin terlihat kandungan yang dibawa oleh (Name), yang menandakan anak di dalam rahim (Name) akan segera ke luar, menjumpai dunia yang keras.

Walau membawa perut besar, (Name) tetap lancar melakukan aktivitas rumah. Sebab sudah terbiasa, apalagi ketika kehamilan pertama yang ia jalani itu lebih keras dari yang sekarang. Saat ini, (Name) sedang menyapu di halaman. Dibantu Abyan, bantu lihat.

"Ibu, nanti ayah puyang, kiya-kiya dibawain apa yaa," Abyan mulai dengan ocehan yang baru. Ia saat ini sedang berdiri dengan memeluk gagang pengki.

(Name) yang sedang keliling menyapu pun menyahut, "Apa ya. Mungkin mainan?"

"Ihh, aku dah bocan! Mau na yang lain,"

"Apa, dong? Emang kamu udah bilang mau apa sama ayah?"

"Ndak. Tapi Abi yakin, cuala hati Abi, pasti didengal ayah."

Kebanyakan dibacain dongeng ama Gentar nih.

"Gak ada hal begitu di dunia ini, nak. Jangan percaya sama Om Gentar kamu tuh."

Abyan malah nyengir.

"Ibu, duduk duyuu, ental itu jatuh, gimana?" ujar Abyan

"Apa yang bisa jatuh?"

"Ituu, yang besaal itu." Abyan mencoba menjelaskan, "Depan ibu itu, besal banet."

(Name) seketika lihat-lihat depan. Ia menunjuk sapu, Abyan menggeleng. Lalu, ia pun melihat perutnya sendiri dan menyentuhnya dan kembali menoleh ke Abyan.

"Iya, itu! Abi takut itu nanti jatuh kayo ibu jayan teyus!"

(Name) dibuat tersenyum, tersenyum sabar. "Enggak bakal jatuh ini, nak."

"Asal kamu tau, kamu pernah kok ada di dalam sini." ucap (Name)

"Oh, iya? Aku 'kan gede, kok bisa di dayem cana?"

"Bisaa, dong. Kamu tuh dulu kecil, segini." ucapnya seraya menunjukkan dua jari sedang mencubit.

"Ihh, ndak mungkin. Abi mah gede." ucapnya dengan kaki lebar dan tangan direntang.

(Name) tertawa kecil melihatnya. "Kalau ibu duduk santai, kamu mau sapu ini?"

"Mauu!"

(Name) tersenyum. "Ya udah, ini," (Name) memberi sapunya pada Abyan, yang tentunya itu besar untuk Abyan.

Bocah itu pun memegang sapunya menggunakan dua tangan, tampak ke-berat-an. Hendak menggerakkannya, ia pun mengeluarkan tenaga dalam, tapi sapu itu tak bergerak banyak.

(Name) tertawa lagi. Ia pun mengambil sapu itu dari Abyan. Abyan pun melihatnya diambil lagi dan tangannya hendak mengambil balik.

"Mau nyapuu!"

"Kok enggak dari tadi?"

"Hehe, balu penen ..."

"Ya udah, ibu ambilin sapu kecil." (Name) pergi ke gudang, mengambil sapu kecil yang bisa dibawa Abyan.

Kegiatan menyapu pun kembali dilakukan, hingga semua bersih. Sehabis menyapu, mereka kembali ke dalam rumah.

"Ibuuu, gelaah." rengek Abyan

"Mau mandi, gak?" tanya (Name)

"Mauu, sambil main ail!" ucapnya dengan girang, kedua tangannya pun sudah terangkat.

(Name) suka melihatnya. Ia pun menarik lepas baju atas Abyan hingga anak kecil itu tak tertutup apapun lagi. Setelahnya, pergi ke kamar mandi.

Sehabis mandi, (Name) membantunya memakai pakaian kembali. "Habis ini ngapain, ya?"

Certainty [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang