Chapter 32

238 48 19
                                    

"Om Gental, kita di lumah aja! Abi udah capek jayan-jayan cama ayah cama ibu tadi."

"Kan kamu nginep, Bi, capek ngapain kamu? Capek tidur?"

"Iya. Capek naik mbim." ucap Abyan, "Nanti kayo Abi ikut Om, pasti Om bawa cewek lagi."

"Oh, ya? Emang pernah Om bawa cewek?"

"Ceying! Campe Abi bocan liyat muka ceweknya!"

Kedua mata Gentar melebar, lalu badannya condong ke arah Abyan. "Kamu mau Om ganti-ganti cewek?" bisiknya

Dengan entengnya Abyan mengangguk. "Iya, bial Abi ndak bocan jayan-jayan cama Om. Bial gak bocaann sama pemandangan yang ada."

Gentar tersenyum lebar. "Om bangga sama kamu, nak." Gentar menunjukkan telapak tangannya.

Abyan membalas itu, mereka melakukan tos. Ia sih cuma JUJUR saja tentang isi hatinya selama diajak jalan-jalan oleh Gentar, yang berujung Gentar ketemu pacarnya, atau flirting ke cewek random, membuat Abyan merasa jadi nyamuk bukan lagi bayi. Ternyata, Gentar bangga akan kejujurannya itu.

"Besok Om ganti cewek ya, Abi mau cewek juga, gak?"

Abyan memiringkan kepala. "Buat apa?"

"Iya, Gen, buat apa?"

Ada suara lain yang lebih berat menyahut, seraya orangnya masuk ke ruangan yang berisi Gentar serta Abyan. Awalnya tersenyum, lama-lama menajam untuk Gentar. Abyan tak menyadari itu dan cuma menatap polos ke arah mereka berdua.

===

Sopan tau, selama ini ia masak apa saja (Name) mau makan dengan senang hati. Untuk sekarang, tumben sekali (Name) susah makan. Sekalipun telah dimasakkan makanan kesukaan (Name), mulut (Name) tak mau mangap sedikitpun.

GTM kah?

"(Name), kamu mau makan apa sebenarnya? Hari sudah mau siang, kamu belum juga makan,"

(Name) dengan lesu menggeleng. "Aku gak lapar."

"Kenyang sama apa kamu?"

"Debu."

Khawatir lah ya kalau sudah begini. Pasti ada apa-apanya kalau sudah begini. Sudah dipaksa, (Name) malah merengek nyaris nangis. Ini lebih berat daripada menyuapi Abyan, pikir Sopan.

"Kamu mau makanan dari luar?"

"Enggak."

"(Favourite Food) yang biasa kamu beli, mau?"

"Gak enak."

"Lah?" Sopan berpikir lagi. Saking banyaknya yang (Name) bisa makan, ia bingung harus menawarkan apa.

"(Dislike food)?"

"Ihh! Itu apa lagi!"

Sopan menghela napas. "Jadi, mau makan apa?"

"Aku gak mau makan ..."

"Kenapa? Apa yang bikin kamu gak mau makan?" Sopan masih bisa sabar. Ia tak akan merayu dengan embel-embel "nanti sakit". Ia maunya tau, kenapa istrinya susah makan.

"... Aku ngerasa enek."

"Kok bisa?" Sopan mensejajarkan tingginya dengan (Name) yang sedang duduk di kasur.

(Name) menggeleng. "Gak tau. Bangun tidur kuterus enek."

Tidak lupa menggosok gigi ♬♩♪♩

"Aku pengen jalan-jalan aja." ucap (Name) lagi.

Hubungannya dengan pencernaan, apa?

"Jauh banget, (Name)."

Certainty [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang